A Plan

0 0 0
                                    

Setelah mendengar penjelasan Rey. Aku bingung, ingin membahas ini dengan Andhini atau tidak. Jika membahasnya, Andhini pasti mengatakan bahwa dia baik-baik saja sampai aku tak harus khawatir akan keadaannya saat ini.

"Arya, gue rasa kita cukup tau dan tutup mulut aja."

Aku mengamati wajah Raya dari samping. Wanita yang semula fokus dengan minumannya, kini menatapku intens. "Gini, Andhini pasti kepikiran kalau kita udah tau semuanya."

Benar sekali, adik polosku itu pasti akan melakukan hal serupa. Aku mengangguk mengiyakan apa yang dikatakan Raya.

Tatapanku menelusuri jalan di luar kafe. Di sana sepasang kekasih tengah mengenakan pakaian couple dan berselfi ria. Sesekali mereka membagi tawa saat melihat hasil fotonya.

Ngomong-ngomong, aku dan Raya bahkan belum memiliki agenda berbulan madu.

"Yang, ikut mas ke Singapura, yah?"

"Ngapain ke Singapura?"

Aku menyentil pelan alis Raya yang mengerut. "Bulan madu di sana, bagaimana?" tanyaku dengan senyum merekah semerbak bunga yang baru mekar.

"Enggak bisa. Kuliah gue gimana?"

"Entar mas izin ke dosen kamu."

"Yakin? Dosen gue galak, loh."

"Segalak apa pun pasti tidak bisa menolak permintaan mas."

"Hah?"

Jelas dosennya tidak bisa menolak. Aku kan ... emmm, bisa dibilang pemilik universitas itu juga. Sekali-kali menggunakan kekuasaan juga perlu.

"Lusa mas harus balik ke sana lagi, ingat?"

Benar. Setelah pulang mendadak, aku harus mengatur jadwal lagi dengan beberapa klien.

"Tapi ...."

"Gimana? Mas enggak mau kecolongan lagi kayak kemarin." Tegasku padanya. Enak saja dedemit itu mengambil kesempatan dalam kesempitan, hanya karena aku sedang berada di Singapura.

"Hah ... gue ngikut aja."

Yeees! Aku pastikan bulan madu ini akan menyenangkan tentunya.

"Sayang, ntar malam ada kuliah, 'kan?"

Raya mengangguk. "Emang kenapa?"

"Nama pak dosennya, siapa?"

"Pak Samuel."

"Good."

Raya menyingkirkan kepalaku dari bahunya. "Kenapa nanya kayak gitu?"

"Sekalian, Yang," jawabku, ambigu.

"Apaan, sih?"

Raya menatapku heran, kemudian wanita itu tak bertanya lagi. Sifat Raya yang tidak terlalu ingin tahu, terkadang membuatku gemas sendiri.

Beberapa kode mesra yang kulayangkan, tak ada yang berhasil.

"Yang, lebih suka orang yang terus terang atau enggak?"

"Yang terus terang, tapi masih dalam kadar normal."

Aku memangku sisi wajah menggunakan tangan. Menatap Raya dari samping. "Normal dalam bentuk apa?"

"Tau sikon, tau kebenaran, dan mampu mengendalikan mulut."

Sederhana saja jawabannya. Namun, agak susah dicerna. Sama seperti hal yang kutanya beberapa waktu lalu, saat kami menunggu Rey.

"Kalau kamu lagi istirahat, kegiatan apa yang kamu lakuin, Sayang?"

"Yah, bernapas agar bisa bertahan hidup."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 07, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MantanAbleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang