***
Selamat Membaca"Ini dia, nih. Calon-calon penerus bangsa yang baik." Mona berseru riang saat Sye tiba dikelas. "Gue pikir elo menetap di Semarang, Sy."
Sye mencibir saat mendapatkan seruan dan comohan dari Mona, sahabat dekatnya. Namun, Sye tidak menganggap terlalu serius karena tau mereka selalu bercanda.
"Mana atuh? Oleh-oleh Semarang." Jesya bertanya sambil beralih duduk diatas meja. Cewek yang tanpa beban melakukan itu, emanh dia ini murid bandel paling santuy.
Sye mengeluarkan beberapa barang dari Paperbag yang sengaja ia bawa untuk diberikan kepada para sahabatnya.
"Tuh, ambil tuh." Sye menyodorkan buah tangan yang ia beli saat kemarin bermain ke Semarang. Ketiga cewek disana menyambut dengan girang. Jesya mengambil salah satu barang, sebuah baju batik dan makanan khas Semarang.
"Thank you, Cye," ujar Bela berseru manis. Sye bergumam acuh. Sye duduk dikursinya, mengeluarkan ponsel untuk mengecek info dari sebuah grup. Gadis itu mengirim beberapa foto yang ia dapatkan saat berkunjung ke Lawang Sewu, sengaja ia kirimkan untuk komunitas pencinta gedung klasik ataupun grup pencinta sejarah.
Memang, itu yang biasa dilakukan Syehla Rahayu Hagawijaya, nama lengkap gadis itu. Mempunyai hobi yang sangat mainstream, tak bisa ia bohongi bahwa Sye sangat menyukai hobi itu.
Sye tersenyum, mendapati balasan-balasan bagus dan tentunya positif dari para anggota. Ia senang bisa membagi hasil foto yang terlihat aesthectic itu kepada para teman-teman yang jauh disana.
Kenapa tidak para sahabat Sye saja yang menjadi teman satu hobinya? Itulah, Sye harus menerima takdir, bahwa ia justru dipertemukan oleh orang-orang yang dianggapnya tidak becus ini dalam mengelola hidup, dan tidak sejalan dengan dirinya.
Tak apalah.
"Asiiiiik! Ada banyak buah tangan nih," seru riang seseorang yang baru datang memasuki kelas. Sye mendongak, menunjuk banyak oleh-oleh dengan dagunya. "Ambil dah tuh, keabisan lo ntar."
Mendapat izin dari sang empunya, gadis itu segera loncat, hampir saja membuat Bela terjengkang karena kaget.
"Ah, ada lumpia Semarang. Demenan gue nih."
"Lo tai aja demen, Nay." Jesya menyeletuk
Nayka, nama satu temen Sye juga, mengumpat kasar untuk Jesya yang baru saja berbicara.
Jesya mengendikkan bahu saja, kini beralih pada Sye yang masih asik bermain ponsel. Gadis berwajah manis itu mencolek bahu Sye. Sye pun menoleh, memutar tubuhnya menghadap Jesya.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Meet You ✔
Fiksi PenggemarMasih mengingatkah kalian sosok tangguh pemberani bernama Pierre Tendean? Pria tampan nan gagah yang tidak takut dalam membela dan mempertahankan ideologi negara. 01 Oktober 1965 tepat ia meninggal. Namun, bagaimana jika sosok yang sudah pergi jauh...