Berubah

356 41 0
                                    

Jihan sudah sampai di rumahnya di antarkan oleh Hobi yang kebetulan kantornya searah dengan rumah Jihan. Sesampainya di rumah Jihan langsung bergegas membersihkan badan agar virus tidak menempel, tetapi kegiatannya di urungkan olehnya dikarenakan seorang gadis sedang duduk manis di dalam kamarnya. Itu Naomi, adik Jihan. Lebih tepatnya adik tiri.

"Hai kak" sapa Lia sambil melambaikan tangan lentiknya.

"Setan, pergi lo" Jihan langsung meninggalkan Naomi sendirian, namun dengan cepat Naomi mengejarnya.

"Hey, lo gak kangen sama gue?" Tanpa meminta ijin Naomi langsung memeluk kakak tirinya itu.

Dengan cepat Jihan mendorong badan Naomi agar menjauh darinya.
"Bangsat, pergi gak lo! Belum puas ganggu hidup gue?"

"Heh harusnya gue yang nyuruh lo pergi, lo gak inget? Semua kendali itu mama yang ngatur? Dan gue kesini juga buat ngusir lo dari rumah ini karna bakal gue yang nempatin" Naomi dengan santainya bersender di tembok dengan tatapan puasnya.

"Haha sorry ya ini rumah Ayah gue yang kasi ke gue untuk di rawat! Ini rumah peninggalan nyokap gue! ngapain si perek itu yang ngatur?!" Jihan rasanya ingin membanting manusia di depannya ini.

"Oh gitu? Okey kita denger sekarang dari ayah, tolong siapkan hati ya hahaha" setelah itu Naomi menelfon seseorang dan di angkat oleh orang di seberang sana.

"Halo sayang?"

"Ayahh! Ayah udah janji kan bakal kasi Naomi rumah yang di Menteng? Kok kakak malah marah2 dan mau ngusir Naomi ya yah?"

"Oh iya gapapa sayang, sini kasi ayah bicara sama kakak"

Mendengar itu, Jihan langsung merampas hp milik Naomi. Dan mulai meredam emosinya sejenak.

"Ayah? Ayah janji sama Jihan kalau rumah Bunda biar jihan yang jaga kan? Kenapa tiba2 ayah ngirim anak setan kesini?!"

"Jihan! Jaga omongan kamu, dia adik mu sekarang! Dan kalau Naomi mau, dia boleh nempatin rumah itu, ayah bakal beliin kamu rumah baru daerah Jakarta juga, jadi tolong ngalah sama adikmu"

Mendengar itu senyum kepuasan terukir di bibir Naomi, yang membuat Jihan mati2an menahan emosinya.

"Iya Jihan tau, apa aja yang ayah suruh bakal Jihan lakuin, tapi untuk rumah Bunda boleh gak Jihan egois yah? Cuma rumah ini yang Jihan punya.."

"Diam! Ayah gak mau tau! Kamu harus berbagi juga sama adik kamu, dia kampusnya dekat sana jadi apa salahnya kalau rumah itu buat Naomi? Kalau kamu nentang keputusan ayah-tutt"

Telfon dimatikan sepihak oleh Jihan, dia pusing dan tidak ingin berdebat dengan ayahnya lagi, ancaman ayahnya hanya akan memberatkan hidup Jihan.

"Gue kasi waktu 3 hari buat berkemas, kalau bisa barang2 tua ini lo bawa deh, kalo gak gue bakal buang, jijik banget satu rumah sama barangnya orang gila" Naomi menutup hidungnya seperti orang jijik dengan sesuatu.

Mendengar hal tersebut Jihan langsung naik pitam dan malah menampar pipi adiknya tirinya. Yang membuat Naomi terkejut dan terpancing emosi.

"BRENGSEK LO YA?"
Tanpa aba2 Naomi langsung menjambak rambut Jihan dan terjadilah jambak2an, untung saja aksi tersebut dapat di hentikan oleh tetet ah bukan maksudnya oleh Victor yang datang tepat waktu untuk melerai mereka berdua.

"Hahahaha bangsat banget jadi kakak, hei lo pacarnya dia ya? Denger ya, ni cewek dah sering ngajak cowok kerumah, sering di ajak nginep lagi haha" Naomi merapikan rambutnya untuk siap2 pergi dari sana.

"Satu lagi, hati2 ni cewek pembawa sial! Bye bitch inget 3 hari lagi lo minggat bangsat"
Akhirnya Naomi langsung pergi dari rumah tersebut.

"NYOKAP LO TUH PEREK BANGSATBANJINGASU" Jihan hendak mengejar Naomi untuk melanjutkan ronde 2 mereka namun badannya segera di tahan Victor, alhasih Jihan malah bersimpuh dan menangis.

"Hey Jihan Jihan calm down ini gue tetet" Victor langsung memeluk Jihan untuk menenangkan gadis itu.

"Lo Victor bukan tetet! Pergi lo" ucap Jihan sembari mendorong badan Laki2 tersebut.

3 jam sebelumnya

"Kata siapa gue kribo?"

"Eh? Tetet ya?" Jihan sedikit bingung dengan atensi temannya tersebut yang terlihat seperti marah mungkin(?)

"Gue Victor bukan tetet" Victor langsung mengambil seat di samping Hobi dan duduk menatap wajah cantik Jihan.

"Lo masih sama ya kaya dulu" ucap Victor dan di beri senyuman manis oleh Jihan.

"Hehe masa sih? Lo juga kok, cuma yah rambutnya beda aja" setelah itu Jihan langsung mengalihkan topik dengan berbicara mengenai pekerjaan dengan Hobi.

"Partner blind date lo Hobi apa gue sih?!" Victor terlihat kesal lantaran seperti obat nyamuk di sana dan memilih untuk pergi.

Jihan dan Hobi hanya terdiam kebingungan lantaran sikap Victor barusan.

"Maksudnya blind date apaan?" Ucap Hobi sambil menggaruk kepalanya.

"Loh? Bukannya lo disini buat kencan buta atas sarannya Juki?" Jihan dibuat kebingungan dengan sikap Hobi sekarang.

"Oh hahaha bukan bukan, gue kesini karna ada janji sama Victor terus tiba2 lo dateng katanya lo temennya Juki, makanya sambil nunggu Victor gue ngobrol dulu sama lo Ji" Hobi menjelaskan dengan singkat kesalahpahaman tersebut yang membuat mereka tertawa bersama.

Di sisi lain ada laki2 yang benar2 kesal karna partnernya itu malah tidak merasa bersalah kepadanya.

---

"Jadi lo kenapa? Kenapa tadi berantem sama Naomi?" Victor akhirnya memilih bertanya saat keadaan Jihan sudah kebih tenang.

"Bukan apa2, sorry Vi tadi gue emosi sama lo" Jihan sudah kembali membaik setelah 2 jam lebih menangis di hadapan Victor.

"Lo yakin gak mau cerita? Ada yang bisa gue bantu gitu? Tadi maksud Naomi 3 hari lagi mau ngapain?" Victor yang berharap dapat memberikan bantuan malah mendapat gelengan oleh lawan bicaranya.

"Bukan apa2 kok Vi.. lo gak usah khawatir ya? Gue capek mau tidur, mending lo pulang aja"

Mendengar itu Victor hanya tersenyum miris dan malah tanpa sadar menahan tangan Jihan.

"Gue masih gak bisa jadi matahari buat lo ya Ji?" Victor terlihat serius namun Jihan malah menanggapinya dengan bercanda.

"Mau ngapain lo jadi matahari? Buat gue gosong? Hahaha dah lah kalo keluar tutup pintu ya Vi gue mau ke kamar dulu" setelah itu Jihan langsung naik tanpa melihat Victor.

"Salah ya kalo gue berharap?" Victor tersenyum miris setelah itu pergi meninggalkan rumah Jihan.

Tanpa mengetahui bahwa Jihan sudah menangis di dalam kamarnya sambil melihat sebuah foto yang terpampang jelas di atas meja kerjanya.

"Bunda.. kenapa semuanya berubah? .."

Vomment pleasee? Thank you😊

Teman Hidup Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang