Bekal

123 27 0
                                    

Pagi hari yang cerah, Matahari bersinar, karna semalaman hujan udara dipagi hari jadi lebih sejuk dan lembab, membuat Jihan sedikit malas keluar rumah, ia juga tidak kerja karna belum ada panggilan untuk pemotretan.

Karna hal itu Jihan jadi sedikit bosan tapi dia terlalu malas keluar rumah, tapi kalau di dalam rumah dia jadi terus-menerus berfikir.

"Gue ngapain sih?" Dirinya hanya rebahan saja tanpa melakukan sesuatu.

Tiba-tiba dia memikirkan sesuatu, dia memikirkan Doy yang kemarin sudah niat menemaninya. Jadi oleh karna itu, Jihan ingin mebalas kebaikan Doy dengan membawakan bekal makan siang ke rumah sakit. Sejujurnya Jihan benar-benar malas keluar rumah, tapi tidak ada salahnya bertemu dengan Doy, siapa tau rasa bosannya hilang.

Walaupun Jihan membenci rumah sakit, apalagi itu RSJ. Jihan masak dengan seadanya. Dia tidak terlalu pintar memasak, namun anehnya masakannya selalu dibilang enak oleh teman-temannya.

Nah karna bekal makan siang sudah selesai, Jihan bersiap-siap menuju rumah sakit. Dia yakin Doy ada disana dan tidak mendapat shift malam.

Sesampainya di RSJ, Jihan langsung turun dan menuju resepsionis untuk menanyakan keberadaan Doy, dirinya cukup merasa tidak nyaman dengan pandangan perawat-perawat disana, mereka seperti berbisik-bisik dibelakangnya.

"Maaf saya mau tanya, ruanhan Dokter Dylan dimana ya?" Tanya Jihan pada salah satu perawat yang ada di meja registrasi.

"Maaf bu tolong ambil jomor dulu" Perawat itu menatap Jihan dengan sinis sembari melanjutkan pekerjaannya.

Sebenarnya Jihan tidak masalah jika disuruh mengambil nomor atau semacamnya, tapi tatapan sinis itu apa-apaan?!

"Maaf tapi saya bukan mau konsul atau gimana, saya cuma mau ketemu sama Dokter Dylan aja" Jihan mencoba sedikit sabar walaupun dalam hatinya udah maki-maki.

"tolong ya bu mengerti ini rumah sakit. Sudah banyak orang yang mencari Dokter Dylan dengan kedok pacarnya sekarang ibu mau mengaku sebagai istrinya hanya karna ibu membawa bekal makan siang?"

Jihan sudah sedikit malas berdebat, akhirnya dia pergi saja, tapi saat hendak pergi, ada suara yang sangat ia kenal. Itu Doy yang baru saja datang.

"Doy!!" Jihan berlari kecil kearah Doy yang terlihat tersenyum padanya.

"Jihann" sapa Doy dengan antusias, membuat perawat tadi sedikit kebingungan.

"Maaf Dokter, saya sudah menyuruh perembuan ini untuk tidak memaksa ketemu Dokter, tapi dianya masih ngotot Dok" kata perawat tadi sembari menatap sinis kearah Jihan.

Doy hanya tersenyum dan mengelus kepala Jihan.
"Gapapa, saya kenal kok sama dia"

Doy mengajak Jihan keruangannya di lantai 2, sambil menggandeng tangan Jihan. Gadis itu tidak keberatan lantaran sengaja agar perawat tadi melihatnya digandeng Doy. Haha sukurin.

Perawat tersebut hanya mendecak kesal, bagaimana tidak Doy adalah pangerannya RSJ, semua perawat wanita disana dapat bekerja dengan senang dikarenakan kehadiran Doy, bahkan mereka sampai membuat grup WhatsApp 'fanbase kece Doy'.

"Jihan tumben nyamperin aku? Kok gak ngabarin dulu?" Doy duduk di kursinya sedangkan Jihan duduk di kursi pasien di depannya.

"Oh ini gue mau ngasi bekel makan siang, lo belum makan kan?" Jihan memberikan kotak bekal yang ia bawa.

"Wah kebetulann aku belum makan, wah Jihan udah bisa masak ya sekarang?" Kata Doy sembari membuka kotak nelak tersebut.

"Iyaa gue sempet belajar dikit-di-eh?? Kok lo tau dulu gue gak bisa masak?" Jihan sedikit bingung, lantaran tidak banyak orang yang tahu bahwa dirinya tidak bisa masak.

"Oh itu-emm nebak?" Ucap Doy sedikit kikuk.

"Ohh gitu, yaudah nih makan dulu" Jihan memberikan sendok kepada Doy. Satu suapan masih bisa di telan untungnya.

"Gimana? Enak?" Tanya Jihan dengan wajah penuh harap.

Doy mengangguk antusias, lantaran masakan Jihan memang enak, tapi seperti masakan rumahan biasa tidak seperti masakan hotel bintang 5.

"Makasih ya Ji.. oh iya kamu tinggal sendiri kan? Hebat deh bisa masak, mandiri banget" puji doy, yang tentunya membuat Jihan sedikit malu.

"Hahah enggak lah, hebat apanya sih" Jihan membuang mukanya untuk menyembunyikan pipinya yang memerah, ia paling lemah kalau di puji. Kecuali kalau dipuji cantik itu sudah biasa.

"Padahal kamu orangnya takut ngelakuin apa-apa sendiri kan, pasti selalu minta ditemenin bunda ahah" ucap Doy dengan santai. Membuat Jihan kembali kebingungan.

"Hah? Lo tau darimana? Jangan bilang nebak lagi?" Tanya Jihan dengan nada tidak santai.

"Eh? K-kalau gak salah kamu pernah cerita sama aku" Jawab Doy dengan gelagapan.

"Gak mungkin, gue gak suka ceritain tentang bunda sama orang lain" kini raut muka Jihan semakin serius karna alasan Doy tidak masuk akal.

"hhhh okey, gimana ya bilangnya, aku takut salah ngomong" Doy pasrah karna mulutnya yang sedikit lemes itu.

"Apaan? Jelasin" Tanya Jihan dengan ekspresi datar.

"Kamu inget kan dulu aku bilang tau tentang bundamu?" Doy menatap serius wajah Jihan. Membuat gadis itu sedikit berfikir lagi.

"Itu.. sebenernya bunda kamu ada di rumah sakit ini.." Ucap Doy dengan hati-hati takut kalau Jihan akan terkejut namun gadis itu malah santai saja.

"terus? Lo mau bilang bunda gue jadi dokter disini? Sorry Doy, tapi bunda gue udah gak ada!" Jihan menekankan kalimatnya agar Doy mengerti ucapannya.

"Apa kamu inget di awal aku suka manggil kamu Nia? Itu panggilan kamu waktu kecil kan?" Doy kembali menanyakan pertanyaan pada Jihan, yang membuat gadis itu kini tersentak.

"Aku tau semua Ji.. karna aku Dokter yang nanganin bunda kamu sekarang"

Jihan tambah kaget dengan klimat Doy barusan, ia masih tidak percaya.

"Kamu mau ketemu bunda?"

Oalahh, kira-kira bundanya kenapa ya? Cerita Jihan penuh misterii~

Guys aku kayaknya mau buat jadwal update gitu deh, seminggu 2/3 kali updatenya. Soalmya aku udah mulai kuliah, jadi waktunya juga agak menipis. Mohon di maklumi yaa.

Tolong Vote dan Comment dong. Mudah-mudahan cerita ini cepet rame ya!!❤️😭

Teman Hidup Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang