Part 7

987 96 3
                                    

Alana berjalan keluar kelasnya sendirian, namun langkahnya seketika terhenti ketika mendengar suara seperti sedang bertengkar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Alana berjalan keluar kelasnya sendirian, namun langkahnya seketika terhenti ketika mendengar suara seperti sedang bertengkar. Padahal lobby sekolah sudah sunyi, meskipun tersisa beberapa kendaraan yang diyakini punya guru-guru.

"Nilai kamu begini terus,  kenapa tidak ada perkembangannya hah?!"

"Saya sudah bilang berapa kali? Mana peningkatan yang kamu janji, bodoh!"

"90 itu nilai udah tinggi! Mami maunya apa sih?! Bisa ngga sih hargain usaha aku sedikit?!"

Karena saking penasarannya, Alana berjalan mendekat ke asal suara itu. Ia menaikan sebelah alisnya melihat drama didepannya ini. Terlihat jelas sekali seorang wanita berusia senja membentak gadis yang ada didepannya.

"Pikir aja sendiri! Kamu cuma tau bikin malu orang tua! Lihat anak temen temen mami semua! Bahkan ada yang sudah memegang usaha sendiri!" Bentak wanita itu.

"Terserah! Aku males dikekang terus" ketus gadis yang berada didepannya.

Wanita tua itu lagi-lagi mendengus kesal. "Seharusnya saya bilang ke papi kamu, jangan terlalu manjain gadis modelan kamu, selalu menyusahkan saja!".

"Lihat Aurel, Baila! Dia padahal bukan anak mami! Tapi dia tau cara membanggakan orang tuanya!".

Baila mengepalkan tangannya kesal, lagi-lagi dia selalu dibanding-bandingkan dengan gadis itu. Ada tersirat kebencian yang besar dalam hatinya.

"Bisa ngga sih mami ngga usah banding-bandingin aku sama dia?!" Hatinya sakit melihat ibu kandungnya membela anak haram itu ketimbang anaknya sendiri.

Wanita itu menatap remeh kearah Baila. "Oh yah! Bahkan kalo dibandingin dia sama kamu tidak ada apa-apanya! Karna kamu ngga selevel dengan Aurel".

Baila menatap wanita didepannya dengan sorot benci, "aku benci mami!".

Tak dipungkiri, air mata yang ia tahan sejak tadi kini berlinang dikedua pipi mulusnya. Huh! Biarkan saja, disini juga tidak ada orang.

"Bodoh!" Decih wanita itu. "Masih baik saya memperhatikan nilaimu".

"Aurel--" ucapan wanita itu terpotong oleh seorang gadis yang baru datang dari belakangnya.

"Permisi tante" sapa gadis itu sopan namun dengan raut wajah yang masih datar.

Wanita itu terdiam menatap wajah anak gadis yang berada didepannya. Namun seperdetik kemudian ia menatap angkuh.

"Siapa?" Balas wanita itu tak kalah datar.

"Saya temennya Baila, kami ada tugas kelompok saya dari tadi nunggu dia tapi ternyata dia lagi ngobrol sama tante" ucap gadis itu panjang lebar.

Sedangkan Baila, ia masih belum bisa membaca situasi sekarang. "Lana lo-".

"Kalo tante mau ngobrol sama dia mending dirumah saja, saya perhatikan dari wajah tante sudah terlihat jelas kalo tante menjunjung harga diri tante, alangkah baiknya selesaikan semuanya dirumah, dari pada ditempat umum seperti ini, malah buat tante jadi malu sendiri" ujar gadis itu tenang.

Alana SastieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang