Part 17

586 48 64
                                    

"Mami denger dari Sastra kamu buat keributan lagi Baila" Geram seorang wanita paruh baya disebrang telfon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mami denger dari Sastra kamu buat keributan lagi Baila" Geram seorang wanita paruh baya disebrang telfon.

Baila berdecak kesal. Sastra, gadis sok alim itu selalu saja membocor kelakuannya terhadap wanita tua itu. "Apa urusannya sama mami?" Ketusnya.

"Memang anak tidak tau diri! Syukurlah ada anak sebaik Sastra bilang ke mami kalau kelakuan kamu tidak ada baiknya disekolah, mami jadi malu sama temen mami pas tau kelakuan buruk kamu Baila!" dengkus wanita itu.

"Percaya aja terus sama si polos itu! Skalian angkat dia jadi anak mami kalo perlu" sinis Baila sambil menatap wajah cantiknya dicermin besar toilet wanita.

"Seharusnya mami perketatin pergaulan kamu disekolah, makin kesini kamu makin membangkang sama mami!" Murka wanita itu.

"Lihat lah Aurel, Baila! Anak itu penurut walaupun dia anak angkat mami, dia bahkan tidak seperti kamu yang kelakuannya seperti hewan liar diluaran sana!".

"Aduh gini nih punya mami super idiot! Dahlah males gue" celetuknya enteng.

"Anak kurang aj--"

Tut tut

Baila mematikan sambungannya cepat, ia yakin wanita paruh baya yang sialnya adalah mami-nya itu pasti sudah mencak-mencak sendiri disebrang sana. Membayangkannya saja sudah membuatnya bergidik ngeri sendiri.

Bunyi handle pintu toilet membuat atensi pandangannya beralih.

"Hai Baila!" Sapa ceria Sastra yang baru saja masuk kedalam toilet wanita.

Baila yang melihat itu mendadak memutar bola matanya malas, mengingat kejadian tadi membuat perasaannya menjadi dongkol seketika, "Ngapain lo? Mau aduin ke mami gue lagi kelakuan gue hah?!" Damprat Baila kesal.

"Loh?" Sastra nampak mengernyit bingung, namun berikutnya ia mengangguk pelan, "Oh soal itu, aunty Vena sendiri yang telfon ke aku, trus dia nanya, yaudah aku jawab apa adanya aja" ujarnya polos.

"Lo temen gue apa bukan sih hah?! Bisa-bisanya lo sepolos itu trus bilang kelakuan jahat temen lo sendiri ke mami gue! Lo bangga hah dengan tampang modelan idiot lo itu?! Jadi orang kok bego banget dah" cerca Baila dengan suara besarnya yang menggema dalam toilet.

Sastra menundukan kepalanya, diam-diam mengepalkan tangannya kencang. Apakah dirinya salah? "A-aku salah?" Cicitnya tak berani menatap Baila.

"IYA LO SALAH! Kalo bukan karna mami gue, gue gasudi temenan sama cewek polos bego kek lo!" Sarkas Baila tak berperasaan.

"Cukup gue sama Ella aja! Dia ga semunafik lo! Walaupun dia terlihat ga peduli tapi setidaknya dia ga kek lo yang dikit-dikit ngadu ke mami gue" ujarnya lagi kasar, dengan sengaja ia mendorong bahu Sastra kasar.

"Hiks" isak Sastra kecil, hatinya sedikit sesak saat Baila yang sudah dianggapnya sahabat berujar menyakitkan seperti itu.

"Aku udah anggap kamu sebagai sahabat aku Baila hiks, maaf kalau cara aku salah hiks, aku gatau mau bilang apa ke aunty Vena, hiks aku janji kedepannya akan berusaha jadi sahabat yang lebih baik lagi buat kamu hiks" ucap Sastra dengan seungguknya.

Alana SastieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang