BMW i8 Silver itu melaju membelah jalanan ibukota dengan kecepatan sedang. Didalamnya duduk seorang wanita dewasa bersetelan rapi, tak lupa kacamata hitamnya yang nangkring elegan diatas hidung mancungnya. Meski make-up yang dia pakai tak sepenuhnya mampu menutupi wajah pucatnya, tapi sikap profesionalitas yang selalu ia junjung tinggi selama ini membuatnya mengabaikan semuanya termasuk larangan adiknya.
Perlahan mobil yang ia tumpangi berhenti di satu area lampu merah. Sesaat ia mengecek notif di handphonenya, hanya melihat tanpa berniat membukannya. Kecuali notif itu berasal dari Shani atau Chika. Teringat bahwa hari ini dia sudah ingkar janji dan pasti akan ada omelan-omelan yang harus ia dengarkan setelahnya. Kesalahan yang harus ia tebus biarlah itu jadi urusan nanti. Ada hal penting yang menunggunya dan harus ia selesaikan sebentar lagi.
Setengah jam kemudian mobilnya berhenti di depan sebuah lobby. Tempat yang hampir setiap hari ia sambangi. Gracia, si wanita tangguh satu ini menghembuskan nafas pelan sebelum akhirnya ia keluar dari mobilnya.
"Tamu yang mau kita temui sudah datang?" Gracia terlihat berbicara dengan handphonenya sambil terus berjalan masuk kedalam gedung.
"Oke. Saya sudah dibawah. Temui saya dulu di ruangan sebelum kita ketemu dia." Setelah mengucapkan itu Gracia mempercepat langkahnya agar segera sampai diruangannya.
Baru saja ia duduk, pintu ruangannya terbuka. Managernya masuk sambil menenteng beberapa berkas kemudian di letakkan di atas mejanya.
"Duduk." Perintah Gracia pada Mario. Gracia diam sejenak, berpikir apa yang harus ia katakan.
"Berapa sebelumnya kandidat kuat yang kamu pilih sebelum akhirnya ada keputusan memilihnya?" Tanya Gracia pada Managernya.
"Kemarin ada 5 kandidat yang bersedia. Tapi hanya ada dua dengan rating terbaik dan followers terbanyak. Kandidat pertama harusnya jadi pilihan kita karena dia terbaik dari segi pengalaman dan koneksi. Sayangnya tadi pagi dia menelpon untuk mundur dari kerjasama seandainya dia terpilih. Jadi akhirnya pilihan turun ke yang sekarang. Mengingat dia juga sedang naik daun, dan wajahnya juga sangat komersial Bu Gracia." Mario menjelaskan.
"Bagaimana Bu Gracia? Karena kita harus segera menemuinya. Dia sudah menunggu dari 1 jam yang lalu." Lanjut Mario karena Gracia masih terlihat ragu.
Akhirnya Gracia berdiri sambil menarik napas dalam. Sungguh dia ingin segera keluar dari situasi ini. Kalau bukan demi kemajuan bisnisnya, dia tidak akan mau repot-repot seperti ini.
"Oke. Kita temui dia sekarang." Ucap Gracia kemudian keluar dari ruangannya diikuti Mario menuju ruang meeting.
"Selamat Siang." Ucap Gracia berusaha tenang kemudian masuk menemui seorang gadis yang kini sedang asik bermain dengan handphonenya. Gadis itu kemudian mengangkat kepalanya dan terjadilah kontak mata itu.
"Gracia!" Teriak gadis itu spontan kemudian berdiri dan tanpa basa-basi langsung memeluk. Gracia kaget dengan pelukan tiba-tiba itu tidak terkecuali Mario yang ada dibelakangnya.
"Emm please lepas dulu." Ucap Gracia pelan sambil memejamkan mata karena menahan malu didepan Managernya.
"Upps maaf.." Si Gadis yang akhirnya paham dengan situasi pun mengangguk tak enak.
"Silahkan duduk." Gracia mempersilahkan gadis itu duduk kembali. Kemudian diikuti olehnya dan Managernya.
"Mohon maaf membuat anda menunggu lama Miss. Karena memang rencana saya baru bisa menemui anda besok. Tapi berhubung anda ingin menemui saya sekarang. Apa boleh buat." Gracia mengucapkannya dengan acuh sedikit mengangkat keduanya bahunya.
"Iya gapapa. Saya juga minta maaf karena kesannya tidak mengerti keadaan. Tapi saya sudah terlanjur excited saat tau bahwa saya dipilih untuk kerjasama dengan anda."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nagai Hikari (Love, Lost, Sacrifice) - END
Fantasy••••••••• Cinta bukanlah api asmara yang membara Kehangatan angin yang bagai cahaya matahari Oh, cahaya yang panjang, selama nafas berhembus Tanpa perlu ditahan, teruslah engkau bersinar Di malam ketika tak berbintang sekalipun Kau pasti merasakan s...