==SelamatNite==
Waktu terus berlalu, banyak yang berubah pastinya kecuali sikap Vino yang tak menyerah mengambil kembali hati Shani. Berbagai penolakan halus sampai yang tegas sudah dia terima, tapi tak ada satupun yang membuat dia berpikir akan menyerah.
Bukan tanpa sebab, melihat kondisi Shani yang masih sama saja seperti 1 tahun yang lalu, membuat Vino masih percaya diri bisa meluluhkan hatinya lagi. Selama Shani belum menjatuhkan pilihan hidupnya pada orang lain, peluangnya masih sangat besar, pikirnya.
Seperti malam ini, mengetahui Shani masih berada di dalam ruang kerjanya membuat jantungnya berdegup kencang tak berhenti. Ada 1 misi yang harus dia lakukan kali ini, setidaknya dia butuh mencoba, tidak peduli bagaimana hasilnya nanti.
Dengan langkah tegap, dia berjalan ke arah ruang kerja Shani lalu mengetuk pintunya perlahan.
"Shan?" Ucap Vino sambil menyembulkan sedikit kepalanya. Setelah beberapa menit mengetuk tak ada jawaban, Vino memutuskan untuk membuka sedikit pintunya dan menengok kedalam. Beruntungnya tidak dikunci.
"Apa Vin?" Tanya Shani tanpa menoleh sedikitpun. Fokusnya hanya pada layar laptop yang menyala di hadapannya.
"Aku boleh ngomong sesuatu?"
"Penting?" Tanya Shani lagi.
"Penting."
"Besok ga bisa? Kerjaan aku masih banyak."
"Sebentar aja."
Shani diam sejenak lalu kemudian menggangguk.
"Beneran?" Tanya Vino lagi memastikan.
"Kamu buang waktu kalau terus nanya." Ucap Shani yang masih saja sibuk dengan pekerjaannya.
Akhirnya Vino membuka pintunya lebar. Perlahan masuk sambil menghela nafas mengontrol emosi.
"Minta fokus kamu sebentar ya." Pinta Vino berharap Shani mau melihatnya.
Akhirnya dengan berat hati, Shani melepas kacamatanya lalu duduk bersandar di kursinya.
"So?" Tanya Shani dengan tatapan tanpa ekspresi.
Vino yang melihat tatapan Shani seperti itupun mendadak hilang nyawanya setengah. Padahal seharusnya dia sudah kebal menghadapi sikap Shani yang seperti ini. Entah kenapa kali ini rasanya 100x lipat lebih menakutkan daripada biasanya.
"Jadi ngomong ga?" Tanya Shani lagi mulai kesal.
Mau tak mau Vino mengangguk cepat, tak ingin kehilangan kesempatan emasnya.
Dengan mengumpulkan sisa keberanian yang ada, Vino merogoh sesuatu di kantongnya lalu menyodorkannya ke hadapan Shani.
"Hal yang seharusnya aku lakukan dari lama. Aku tau sudah terlambat tapi aku tetap ingin mencoba." Ucap Vino lalu membuka isi kotak yang dia sodorkan pada Shani tadi.
"Aku udah kehabisan cara bagaimana agar kamu percaya kalau aku bener-bener menyesal dan mau kita balik lagi kayak dulu. Aku janji dengan seluruh nyawaku, cuma kamu satu-satunya prioritas aku. Aku akan turuti semua mau kamu tanpa bantahan. Bahkan jika kamu ingin aku yang kerjain semua pekerjaan rumah ga masalah, asal kamu mau terima aku lagi, kita nikah dan hidup bersama seperti impian kita dulu."
"Kamu boleh pikirkan dulu. Tapi jika kamu sudah punya jawabannya, terima cincin ini jika kamu mau, jika tidak--- ambil lalu buang." Vino yang menatap Shani yang kini juga sedang balik menatapnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/272571285-288-k952940.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nagai Hikari (Love, Lost, Sacrifice) - END
Fantasy••••••••• Cinta bukanlah api asmara yang membara Kehangatan angin yang bagai cahaya matahari Oh, cahaya yang panjang, selama nafas berhembus Tanpa perlu ditahan, teruslah engkau bersinar Di malam ketika tak berbintang sekalipun Kau pasti merasakan s...