==SelamatMalamKamis==
Pagi buta dan Gracia sudah duduk di meja makan hanya ditemani secangkir kopi yang mulai dingin. Entah sejak kapan dia duduk disitu, yang jelas diluar Matahari masih enggan bangun, sukarela membiarkan gelap menguasai sebentar lagi.
Masih betah duduk dengan piyama tidurnya, tatapannya kosong. Raut lelah sisa kemarin masih tampak jelas. Ditambah mata coklat itu terlihat begitu sayu.
Gracia kaget ketika mendengar suara berisik dari lantai atas. Pertanda seseorang yang lain sudah memulai aktifitasnya hari ini. Bergegas dia bangkit dari kursinya dan berjalan naik keatas, masuk kembali ke kamarnya. Entah mengapa dia sedang tidak mood untuk melihat siapapun hari ini dan dia juga tidak ingin membuat mood seseorang rusak karena melihat keberadaan dirinya. Sepele memang, tapi itulah kenyataannya.
2 jam kemudian terdengar pintu kamar terbuka lebar. Kali ini Shani yang muncul. Masih dengan pakaian rumahan meski sudah mandi karena jadwal dia ke Rumah Sakit masih siang nanti. Bergegas dia turun. Keningnya mengkerut ketika tidak menemukan siapapun di bawah, hanya satu cangkir kopi yang masih penuh. Dipegangnya gelas itu, dingin. Sejenak pandangannya dia alihkan ke lantai atas.
"Kak Gre." Ucap Shani dalam hati. Seingatnya tadi malam dia yang terakhir masuk ke kamar. Dia yang mengecek semua jendela dan pintu sudah terkunci dengan aman. Dia juga masih yakin dengan ingatannya, bahwa meja ini tidak ada cangkir ini semalam.
Tapi dia berusaha untuk tidak ambil pusing. Bergegas dia ke dapur, membuat sarapan untuk mereka berdua. Milik Gracia dia letakkan di piring di atas meja, tak lupa mengganti kopi yang sudah dingin itu dengan yang baru. Sedangkan miliknya kini masih berada di tangannya lengkap dengan satu botol air putih. Merasa tak ada lagi yang perlu dilakukan, dia kembali keatas sambil membawa piring sarapannya sendiri.
10 menit kemudian, Gracia keluar dari kamar dengan setelan rapi siap berangkat ke kantor. Turun untuk melihat di meja sudah tersedia sesuatu untuk dimakan, dirinya menghela napas dalam. Akhirnya dia duduk dan memulai menyuapi sesendok demi sesendok ke dalam mulutnya. Baru setengah jalan, gerakannya terhenti karena mendengar ada yang menekan bel pintu depan.
"Siapa yang datang pagi begini?" Gumamnya pelan sedikit protes. Namun tetap memaksa berdiri hendak membuka pintu.
"Pagi Kak Gre." Sapa seseorang ketika pintu dia buka lebar.
"Pagi. Masuk Nin." Ucap Gracia mempersilahkan Anin masuk.
"Makasih Kak. Tapi maaf ini aku datangnya rombongan." Ucap Anin sungkan karena tak enak datang bertamu sepagi ini.
"Masuk dulu aja." Balas Gracia lagi yang diangguki Anin.
Tampak Anin masuk diekori 3 orang dibelakangnya. Mengangguk dengan senyum canggung pada Gracia yang juga hanya dibalas anggukan tanpa ekspresi oleh Gracia.
"Minum?" Tawar Gracia pada tamunya.
"Ga usah Kak. Kita gak lama kok."
"Mau ketemu Shani?" Tanya Gracia.
"Shani sama Kak Gre." Jawab Anin.
"Shani ada di atas." Jawab Gracia seadanya, seperti orang tak niat.
"Oh, siap-siap mau praktek ya?" Tanya Anin.
"Kurang tau. Kamu panggil aja kalau memang butuh ngomong sama dia juga." Ucap Gracia kemudian duduk bersandar di kursi.
"O-oke Kak." Anin seperti mengerti keadaan karena dia merasakan atmosfir yang berbeda di rumah ini. Yang biasanya Kakak beradik ini selalu menyempatkan diri sarapan berdua tiap kali dia datang, kali ini tidak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nagai Hikari (Love, Lost, Sacrifice) - END
Fantasy••••••••• Cinta bukanlah api asmara yang membara Kehangatan angin yang bagai cahaya matahari Oh, cahaya yang panjang, selama nafas berhembus Tanpa perlu ditahan, teruslah engkau bersinar Di malam ketika tak berbintang sekalipun Kau pasti merasakan s...