Part 24

837 150 15
                                    

Ada yang masih tetap berharap meski tahu dirinya tak pernah dianggap


==CheersUp==






Tak ada satupun yang bersuara di dalam mobil. Hanya terdengar suara alunan pelan musik klasik dari speaker mobil yang ditumpangi Shani dan Gracia. Fiony yang tadinya bersemangat sekali layaknya orang kelebihan gula pun kini lebih memilih diam. Pandangannya fokus menatap ke depan sambil mengemudi. Sesekali melirik Gracia dan Shani yang kini duduk di kursi belakang.

Tampak Shani sedang bersandar pada pundak Gracia. Memeluk kakaknya erat, takut jika lengah sedikit saja orang disebelahnya akan ikut menghilang. Tak tahu lagi harus berbuat apa, Shani ingin menyerah saja, memasrahkan seluruh hidupnya pada satu-satunya orang tak pernah gagal menjaganya, tak pernah mengecewakannya.

"Gre..." Panggil Fiony pelan kemudian menengok ke belakang. Gracia mengangkat kepalanya, menatap mata gadis berwajah oriental didepannya saat ini.

"Udah sampe." Ucap Fiony lagi.

Gracia hanya mengangguk kemudian menunduk mengusap pelan kepala adiknya.

"Turun? Udah sampe." Ucap Gracia pelan pada Shani.

Shani bergerak menegakkan tubuhnya. Tak ada daya. Seperti semua tenaganya sudah terserap habis di rumah sakit tadi. Perlahan dia membuka pintu. Namun tangannya ditahan Gracia hingga membuatnya kaget kemudian menoleh ke belakang.

"Tunggu. Jangan turun dulu." Setelah mengatakan itu, Gracia bergegas turun kemudian berjalan berputar ke sisi lain mobil dan membuka pintu belakang. Shani yang mengerti kemudian menjulurkan tangannya pada Gracia agar dirinya bisa dibantu turun.

Setelah membantu Shani turun dan menutup pintu belakang. Gracia memeluk dari belakang tubuh adiknya kemudian sedikit bergerak maju. Tangannya menahan pintu mobil tempat Fiony duduk. Mencegah gadis itu untuk ikut turun.

"Sorry. Sepertinya aku sama Shani mau langsung istirahat. Mungkin kita bisa ngobrol lagi lain waktu?" Tanya Gracia pada Fiony.

Fiony menatap Shani kemudian Gracia bergantian selama beberapa kali untuk kemudian akhirnya dia mengangguk. Mendesah pelan kemudian menjawab. " Oke aku pamit ya. Selamat istirahat."

"Makasih udah mau repot anter kita tadi." Ucap Gracia.

"No problem. Ya udah sana masuk. Kasian Shani-nya." Ucap Fiony.

Gracia mengangguk saja kemudian berjalan memapah Shani masuk kedalam rumah setelah sebelumnya mengucapkan terimakasih sekali lagi pada gadis yang masih duduk di dalam mobil itu.

"Gre!" Teriak Fiony ketika Gracia hampir sampai di depan pintu.

Yang dipanggil hanya menoleh tanpa sedikitpun mengeluarkan suara.

"Telpon aku kapanpun kamu butuh seseorang. Kapanpun Gre, kapanpun." Ucap Fiony dengan senyum di wajahnya.

Gracia menggangguk lagi seperti tak ada gerakan lain yang bisa dia lakukan, berusaha memasang senyum diwajahnya kemudian berjalan lagi masuk ke dalam rumah.

Butuh waktu 10 menit untuk akhirnya Gracia memapah Shani ke kamarnya.

"Ganti baju terus istirahat. Makan malamnya nanti dibawa kesini." Ucap Gracia kemudian berjalan keluar kamar. Shani hanya diam, tak mengiyakan juga tak menolak. Pandangannya kini kosong.

"Kak?" Baru saja Gracia berjalan sampai di pintu, Shani memanggil.

"Hmm?"

"Kakak udah tau semuanya?" Tanya Shani namun tak menatap Gracia. Gracia yang sepertinya mengerti kemana arah pembicaraan Shani pun hanya bisa menghela nafas.

Nagai Hikari (Love, Lost, Sacrifice) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang