Selamat Malam
==✌️😌✌️==
Malam begitu tenang. Suasana rumah sudah sepi sejak beberapa jam yang lalu. Sayangnya isi kepala Gracia tidak demikian yang membuat matanya tak juga terpejam. Seseorang lain yang menghuni kamarnya pun sudah terlelap sejak tadi. Yup, sejak kecelakaan dan bisa pulang kerumah, Shani tidur bersama Gracia. Alasannya sederhana, Gracia tidak mau repot bolak-balik ke kamar Shani karena adiknya belum mampu melakukan semuanya sendiri.
Akhir-akhir ini perasaannya sedang tidak menentu. Sejak Shani kecelakaan, Gracia merasa bahwa hal buruk yang akan menimpa keluarganya tidak akan berhenti sampai disitu.
"Kak...?"
"Hmmm?" Gracia menoleh untuk mendapati Shani kini dalam posisi duduk.
"Kamu mau apa?" Tanya Gracia lagi kemudian mendekat. Shani hanya menggeleng.
"Kakak ga tidur?"
"Bentar lagi. Kamu tidur lagi aja. Nanti kakak nyusul. Atau kamu butuh apa?" Ucap Gracia sambil mengusap pelan rambut adiknya.
"Aku butuh kakak tidur. Seharian ini kakak udah capek ngurusin aku."
"Iya nanti tidur."
"Sekarang Kak." Shani menarik tangan Gracia agar ikut berbaring bersamanya.
Akhirnya Gracia mengalah. Ikut berbaring di sebelah Shani.
"Kak, kemarin pas Anin jenguk aku kerumah sakit. Vino telpon aku." Mata Gracia kembali terbuka mendengar nama Vino disebut.
"Terus?"
"Dia minta maaf."
"Ga usah dimaafin."
"Iya enggak kok Kak. Dia minta maaf karena udah bikin aku kayak gini."
"Bagus."
"Dan dia pengen hubungan kita baik-baik aja, mungkin jadi temen walau udah ga sama-sama."
"Ga usah." Jawab Gracia cepat. Shani hanya mengangguk.
"Iya kak aku juga ga mau kok."
"Si kutu kup...Ah dia itu ga pantes dapetin maaf kamu. Lupain aja. Cari yang lain." Tegas Gracia. Shani hanya mengangguk pelan.
Dalam hati berat memang. Melepas seseorang yang sudah jadi bagian hidupmu cukup lama. Yang tau baik buruknya kamu tapi masih tetap bersamamu. Kemarin Shani memang emosi dan menganggap Vino orang paling jahat . Tapi sekarang dia sadar itu bukan salah Vino sepenuhnya. Keadaan yang salah. Dia sudah mulai bisa menerima bahwa mungkin mereka tidak berjodoh. Kalaupun nanti dipaksakan karena Vino lebih memilihnya mungkin hasilnya tidak akan baik.
Tidak hanya orang tua Vino yang menentang. Tapi mungkin juga Gracia. Shani tidak buta. Dia bahkan sangat mengerti bahwa Gracia tidak pernah menyukai Vino sejak hari pertama Shani mengenalkannya sebagai Kekasihnya. Tapi Gracia tetap Gracia. Kakaknya itu jarang mengungkapkan sesuatu lewat kata-kata.
"Tidur Shani." Suara Gracia dan elusan pelan di kepalanya membuat Shani menoleh menatap Kakaknya yang juga kini sedang menatapnya.
"Iya." Shani bergerak membuat tubuhnya kini semakin menempel pada Gracia. Gracia bahkan merentangkan tangannya. Shani yang paham akhirnya meletakkan kepalanya pada tangan kakaknya itu. Gracia sedikit memiringkan tubuhnya, memeluk posesif tubuh adiknya itu.
"Beberapa hal memang tidak pernah berubah sejak dulu. Rasanya masih sama." Ucap Shani pelan karena kini kantuk sudah mulai menyerangnya kembali.
"Apa?" Tanya Gracia yang kini sudah memejamkan mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nagai Hikari (Love, Lost, Sacrifice) - END
Fantasy••••••••• Cinta bukanlah api asmara yang membara Kehangatan angin yang bagai cahaya matahari Oh, cahaya yang panjang, selama nafas berhembus Tanpa perlu ditahan, teruslah engkau bersinar Di malam ketika tak berbintang sekalipun Kau pasti merasakan s...