Part 22

829 145 19
                                    

==Cheers Everyone==
|
|







Shania dan Boby masih berdiri diam di koridor bangsal depan ruang ICCU tempat Chika dirawat. Disebelahnya Vino juga berdiri dengan sikap yang sama. Tak ada yang bersuara karena semuanya sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Kita harus kasih tau Mama." Ucap Shania akhirnya.

"Iya." Boby mengangguk setuju.

Boby memberikan ponselnya pada Shania. Tak lama terdengar suara Amanda di seberang.

"H-halo Ma."

"Chika Ma....Chika.."

"Kondisinya kritis sekarang."

"Jantung. Dia harus transplantasi jantung segera, jika tidak kita bisa kehilangan dia selamanya."

"Halo Ma? Haloo...." Shania melihat ponselnya, Ternyata panggilannya diputus sepihak oleh Mamanya.

"Gimana?" Tanya Boby.

"Mama ga bilang apa-apa, panggilannya langsung diputus gitu aja." Boby hanya mendengus, mengingat dia sangat hafal di luar kepala bagaimana sikap mertuanya itu. Wanita itu lebih suka bertindak daripada berbicara.

"Kita gimana By? Chika gimana? Kita harus cari donor jantung buat dia." Tanya Shania bingung. 

Boby tak bisa menjawab. Dia sendiri bingung. Mencari orang yang mau mendonorkan jantung tidak semudah mencari kacang di pasar. Prosedurnya sangat panjang. Dia cuma takut Chika tak bisa bertahan selama itu. Membawanya keluar negeri pasti akan membutuhkan banyak biaya. Dia cukup tau diri kalau dirinya tidak memiliki apapun. Selama ini yang punya power melakukan apa saja adalah keluarga istrinya. 

Tak lama ponselnya yang masih di pegang Shania berdering lagi. Ternyata panggilan dari Amanda.

"Ma?" Ucap Shania.

"I-iya. Iya Ma."

"Kenapa sayang?" Tanya Boby ketika Shania menyerahkan ponselnya kembali.

"Mama mau kesini."

"Lalu?" Shania menggeleng. 

"Aku ga tau. Dia ga bilang apa-apa selain itu. Kita tunggu aja." Boby hanya mendesah pelan.

Vino yang masih diam berdiri disamping mereka hanya bisa  memandang takjub keluarga ini.

"Perasaan gue kok ga enak ya sama keluarga ini? Berasa bakal masuk kandang anaconda bentar lagi." Ucapnya dalam hati. 



--------------



Gracia menutup pintu mobilnya setelah terparkir rapi di garasi rumah. Pertemuannya tadi dengan Anin semakin membuat kepalanya sakit. Belum selesai urusan Chika, kini harus ditambah dengan kenyataan bahwa dia harus bisa memastikan Shani tetap dalam kondisi waras setelah ini. 

Harusnya Gracia sudah tidak kaget lagi dengan kondisi ini. Dirinya sudah ditimpa sejak kecil harus memiliki bahu yang kuat untuk menopang kedua adiknya. Memastikan mereka baik-baik saja, tak peduli bayarannya dia sendiri yang hancur. 

Tapi dia juga manusia, dan manusia punya batasan. Bukannya dia menyerah, dia hanya butuh jeda. Dia lelah. Dia butuh mencharge kembali energinya setelah baru saja dihajar bertubi-tubi oleh realita.

"Gracia?" Baru saja akan melangkahkan kaki menuju pintu, dirinya dikagetkan oleh suara seseorang di belakang.

Gracia membalikkan badannya, tak mau repot merespon karena dia sangat hapal suara itu.

Nagai Hikari (Love, Lost, Sacrifice) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang