Part 42

1K 144 58
                                    




==MetIstirahat==










Shani berdiri bersandar di pinggir jendela kaca besar ruangan kerjanya. Memandang kosong semrawutnya kota dibawah sana. Ruangan yang menjadi saksi bisu pergulatan fisik dan batinnya selama beberapa bulan terakhir ini. Ruangan yang dulu juga menjadi saksi bisu perjuangan Kakaknya sampai akhirnya dia menghilang.

Menginjak bulan ke 5 dan masih tak ada kabar apapun dari hilangnya Gracia. Shani belum pesimis. Tapi orang-orang di sekitarnya sudah mulai menyerah. Anin dan Mario pun sudah menyarankan untuk menghentikan pencarian yang menghabiskan terlalu banyak biaya itu. Awalnya Shani menolak keras, namun karena terus dibujuk bahwa mereka akan tetap terus mencari informasi tentang Gracia tanpa orang bayaran sekalipun, akhirnya Shani setuju.

"Permisi Shani." Tiba-tiba suara seorang laki-laki membuyarkan lamunannya.

Shani menoleh untuk melihat Vino berdiri di tengah ruangan.

"Ya?" Tanya Shani tanpa ekspresi.

"Ini berkas yang kamu minta tadi pagi. Termasuk berkas yang perlu kamu tanda tangani juga."

"Taruh di meja aja."

"Oke." 

Vino meletakkan berkas itu di meja yang dimaksud. Sedangkan Shani memilih menatap lagi keluar jendela. Beberapa saat kemudian suasana hening, membuat Shani tersadar sejak Vino masuk ke ruangan ini tadi, tidak lagi dia mendengar langkah kaki keluar dan suara pintu tertutup.

Maka dengan berat hati, dia harus merelakan waktu melamunnya untuk menoleh ke belakang. Memastikan dimana Vino berada. Benar saja, laki-laki masih berdiri disana, menatapnya sedih.

"Masih ada yang mau disampaikan?" Tanya Shani heran.

Vino menggeleng lemah.

"Lalu?"

"Sampai kapan kamu mau kayak gini?" Tanya Vino. Shani hanya mengangkat kedua bahunya acuh.

Shani mengerti pertanyaan ini sudah diluar konteks pekerjaan. Sejak Vino bergabung dengan perusahaan ini. Dipercaya membantu dirinya dan Mario, Vino semakin memperlihatkan niatnya untuk menarik perhatian Shani lagi. 

Padahal sesungguhnya Shani dilema, di satu sisi niatnya hanya ingin membantu Vino untuk memperbaiki keadaannya yang sedang terpuruk itu. Disisi lain dia sangat merasa bersalah pada Gracia, apa jadinya jika suatu saat Gracia kembali dan melihat salah satu orang yang dia benci bekerja di perusahaannya. Kalaupun di masa depan Gracia kembali lalu memilih memecat Vino, Shani tidak akan menyalahkannya.

"Udah cukup Shan, udah saatnya kamu mikirin diri kamu sendiri. Aku khawatir sama kamu." Ucap Vino.

"Makasih. Daripada mikirin aku, lebih baik kamu fokus sama kerjaan kamu aja." Ucap Shani setengah mengusir.

"Tapi Shan...."

"Kenapa kamu peduli?" Tanya Shani.

"Kenapa kamu masih bertanya?"

"Kenapa baru sekarang?" Tanya Shani lagi.

"Apa belum cukup permintaan maafku selama ini? Aku betul-betul ingin membuktikan aku menyesal ninggalin kamu dan aku betul-betul ingin memperbaiki hubungan kita lagi."

"Kenapa baru sekarang?" Shani masih kokoh dengan pertanyaan itu.

"Aku udah jelasin semuanya sama kamu kan."

"Kalau Chika dan Ara ga hilang, Papa kamu ga bangkrut, apa kamu akan merasa menyesal seperti sekarang ini? Kamu akan mikir untuk lebih milih aku daripada mereka? Enggak kan?!"

Nagai Hikari (Love, Lost, Sacrifice) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang