Prolog

1.6K 112 0
                                    


Darah itu semakin mengalir menembus jas hitam dengan kemeja putih, pekik rasa sakit yang tak tertahankan tampak teredam oleh tawa seorang gadis yang masih menusukan benda tajam itu semakin dalam sampai-sampai sang korban tampak pasrah pada akhirnya dan tak lagi bersuara.

" Misi ke 189, selesai. "

Ia berdiri menjauhi tubuh yang sudah terlepas itu, menatap pisau kesayangan yang masih setia berada di genggaman. Tampak ternoda oleh cairan kental merah dan bau amis, membuat sang pembunuh tersenyum masam.

" Aku sudah melumpuhkan pelakunya hanya dalam 10 menit, bukankah aku harus mendapat penghargaan? "

Tampak seseorang hanya tersenyum, ia menunggu di antara ruangan dan pintu keluar. Mengetuk-ngetuk kan sepatu pantofel nya pada lantai, menciptakan bunyi yang menggema memenuhi tempat itu.

" Dan, misi ke 190. Aku datang~ "

Dia sudah tak sabar untuk segera mematikan raja di dalam permainan bidak catur, wahana putih hitam yang kontras atau lebih menjerumus kepada monokrom seolah-olah baru saja ikut merayakan keberhasilannya.

The Mary Die, mereka menyebutnya begitu.

Assassination Classroom : [ The Battle Past ] • Tahap Revisi •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang