Karasuma datang dengan wajah datarnya, walaupun begitu. Cara bicaranya benar-benar membuat kami semua yang menyaksikan pergulatan antara Shiota Nagisa serta Akabane Karma memilih untuk diam tutup mulut dan tak melakukan apapun.Sebenarnya, semua ini di awali dengan kesadaran sebagian dari para murid setelah mengikuti acara musik. Mereka tak ingin membunuh Koro Sensei karena gurita itu telah mengubah hidup mereka menjadi lebih baik, memperbaiki kesalahan di dalam mereka dan membuat yang lain belajar untuk lebih percaya dan menghargai diri sendiri. Nagisa adalah satu-satunya orang yang jujur dengan mengatakan bahwa ia akan melindungi sang wali kelas, tapi untuk kubu bersebrangan seperti Karma dan anggota geng Terasaka juga beberapa yang lain tentu saja mereka tak serta merta setuju begitu saja.
" Kalau begitu, Sensei punya satu cara untuk menyelesaikan masalah ini. " Ucap si alien bertubuh kuning itu lalu pergi secepat kilat dan kembali lagi dengan membawa beberapa barang.
Alat untuk pelatihan militer dasar
Di antaranya, ada baju juga helm. Ada pisau khusus serta senapan dengan peluru yang sudah di ganti menjadi biji dengan dua warna. Biru serta merah, tugas masing-masing dari mereka hanya perlu menghabisi tim lawan dengan menembakan peluru itu ke helm lawan dan menang.
Untuk tim yang kalah harus menyetujui semua keinginan tim yang menang, dan di larang keras untuk melakukan tindakan yang membahayakan nyawa sendiri atau lawan.
Tim Nagisa adalah tim yang kontra terhadap pembunuhan Koro Sensei, sedangkan Tim Karma adalah tim yang tetap berpegang teguh pada tujuan awal mereka semua. Membunuh Koro Sensei.
" Untuk Airu Miyamizu, kau di larang untuk ikut dalam pertempuran ini. Terlebih lagi, jumlah seluruh murid ada 29 termasuk dirimu. Untuk membaginya sama rata, hanya di butuhkan 28 orang untuk membagi ke dalam 2 kelompok yang berbeda, kau mengerti? "
Gadis itu hanya mengangguk, walau mungkin kalau di beri pilihan sudah pasti dirinya akan masuk ke dalam tim Nagisa. Tapi yang di katakan Karasuma ada benarnya, kalau ia ikut maka pembagian tim akan tak seimbang, selain itu keahlian Assasin Airu berada jauh di atas mereka semua.
" Baiklah, aku hanya akan membantumu mengawasi mereka saja sambil menemani Koro Sensei di lapangan "
" Kalau begitu, kalian bisa ambil peralatan dan seragam yang kalian butuhkan sesuai dengan tim yang sudah kalian masing-masing pilih "
Semua murid mendekati 2 boks itu lalu mengambil apa yang mereka butuhkan, pertandingan akan di mulai pada pukul 1 siang dan sekarang jarum jam masih tertuju pada pukul 11 siang.
Masih ada 1 jam untuk beristirahat, untuk mencegah pertikaian yang serupa kembali terulang selama menunggu waktu yang di tentukan. Karasuma membagi tim mereka berdua ke tempat yang berbeda, selama itu juga mereka di perbolehkan menyusun strategi cara mengalahkan lawan.
" Nagisa, semoga harapanmu dapat terwujud " batin Airu menatap kedua kelompok itu yang sudah menjauhi lokasinya dengan Karasuma serta Koro Sensei.
•••
[ Assasination Classroom: The Battle Past ]
•••Perang untuk menentukan keputusan akhir mereka sudah berlangsung sejak 3 jam yang lalu, bisa Airu lihat kemampuan para murid cukup mengejutkan. Kirara yang tak terlalu ahli memegang pisau di saat berlatih dapat dengan mudah menumbangkan Kimura dalam hitungan detik. Lalu ada Itona yang berhasil menembakkan peluru dengan senapannya ke arah Sugaya, keadaan yang tak bisa di katakan tenang atau juga kacau. Ambisi kedua tim yang saling bertentangan itu seolah-olah seperti magnet dengan dua kutub yang berlawanan, tim satu menarik lawan dan tim dua tertarik oleh lawan. Kemampuan selama pelatihan juga terlihat jelas di butuhkan, Kataoka dan Terasaka yang saling menghindari peluru dari masing-masing senapan juga tampak Kayano yang sudah mengunci pergerakan Sugino dengan pisau khususnya.
Airu terpukau dengan mereka, baik cara mereka menyelematkan dan melindungi diri, melawan dan bergerak maju atau bahkan niat juga semangat mereka. Keputusan Koro Sensei untuk membuat pertarungan ini memang sangat tepat, Karasuma dan dirinya bisa melihat seberapa progres kemajuan para murid kelas 3-E sampai saat ini.
" Kini, hanya ada kau dan aku. Karma-Kun " Nagisa berucap di tengah padang rumput luas dengan cahaya langit sore yang menguning.
" Tak ku sangka, kau masih bisa bertahan sampai saat ini. Shiota-san " jawab si Akabane itu melepaskan baju pelindungnya, ia menatap tajam ke rival terakhirnya yang kini sudah berhadapan dengannya.
Nagisa tak menjawab apapun, ia segera melakukan penyerangan dan begitu juga apa yang di lakukan Karma. Para murid yang sudah gugur dalam pertandingan tadi hanya bisa melihat mereka berdua bertikai, tapi kali ini bukan dengan kata-kata. Melainkan menjawabnya dengan senjata masing-masing.
Pisau di genggaman Nagisa terlempar karena karma menendangnya, tapi pemuda dengan rambut biru itu berhasil melakukan pertahanan dengan mengeluarkan keahliannya. Karasuma mengingat kembali di kala saat-saat pelatihan, Nagisa bisa menyerangnya begitu saja dengan cepat tanpa ia sadari.
Dan, kali ini. Nagisa melakukan nya lagi kepada Karma. Namun, pemuda dengan surai merah itu tampaknya tak mau menyerah dengan cepat begitu saja. Ia mengunci pergerakan lawannya, Karma dan Nagisa memang lawan yang benar-benar sempurna.
Tapi, tampaknya dengan melihat kesungguhan di mata si pemuda Shiota. Ia memutuskan untuk menyerah dan mengakui bahwa dirinya kalah, dengan itu dia harus menuruti keinginan Nagisa untuk menyelamatkan Koro Sensei.
Karasuma tak menampilkan ekspresi apapun, setelah mengetahui siapa yang menang dalam pertandingan ini. Ia pergi dan menghubungi seseorang, Airu pikir mungkin saja Mentri pertahanan itu kini tengah berbicara dengan presiden.
Tim Karma memberi selamat kepada Nagisa, semuanya menerima kemenangan ini dengan hati terbuka. Sekarang, tujuan mereka berubah dari yang membunuh menjadi Melindungi Koro Sensei.
" Kau melakukannya dengan sangat baik " Airu melangkah mendekati Karma, memberikannya semangat.
Setan merah itu hanya tersenyum, ia menatap gedung kelas 3-E dan menghela nafas tenang.
" Aku melihat keyakinan di dalam dirinya, dan lagipula seperti nya aku mulai menyukai si gurita itu. Bagaimana denganmu? "
" Aku berada di tim Nagisa, sejak awal aku memang tak ingin membunuh Koro Sensei karena sebuah alasan. Tapi bagaimanapun juga, aku tetap mengapresiasi mu " ujar gadis itu lalu mengajak Karma untuk pergi ke suatu tempat.
Pohon sakura di atas bukit, tempat Karma Akabane biasanya membolos jam pelajaran.
Airu menjelaskan alasannya kepada Karma, semua hal di dalam hidupnya dan apa yang melatar belakangi keputusan nya untuk mendukung Nagisa. Tampaknya, pria itu kini jauh lebih mengerti kenapa si Shiota itu berkeinginan kuat untuk tak membunuh wali kelas mereka.
" Koro Sensei lebih berharga dari 10 juta Yen " gumam Karma sambil memejamkan matanya.
Kelopak-kelopak bunga itu mulai berterbangan jatuh tertiup angin, suasana sore yang begitu indah begitu membuatnya tenang. Ucapan-ucapan Airu begitu memberikannya keyakinan lebih kuat untuk melindungi Koro Sensei, terlebih lagi jika di ingat mengenai semua perbuatan baik yang di lakukan guru mereka, kekonyolan yang hanya bisa di rasakan di kelas dan cerita-cerita serta semangat baru untuk bergerak maju.
Siapa sangka, alien kuning yang di katakan telah menghancurkan bulan justru bisa membangun kekuatan kepada murid-muridnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Assassination Classroom : [ The Battle Past ] • Tahap Revisi •
Fanfiction" Jika membunuh dapat menyelesaikan masalah, maka seluruh tanah di muka bumi sudah menjadi makam para pecundang " - Miyamizu Airu