Aku benar-benar benci sebuah diskriminasiBukan tanpa alasan, melainkan masa lalu ku yang benar-benar memberi kenangan buruk. Menodai kebahagiaan seseorang hanya karena perasaan iri juga tak terima, melukai tanpa membunuh dan mematikan tanpa menyentuh.
Airin Yukimura, gadis manis berambut pendek yang merupakan kakak kesayangan ku itu pernah hampir bunuh diri karena menjadi korban perundungan. Nee-san harus menerima teror mengerikan dari kakak kelas bahkan teman-temannya sendiri selama bangku sekolah menengah atas, Airin Nee-san hanya di manfaatkan karena kecerdasannya. Selebihnya? Orang-orang akan tetap menghinanya seperti biasa.
Di kelas itu, hanya Airin Nee-san yang tidak memiliki orang tua. Kakakku itu juga harus bekerja sepulang dari sekolah di kedai-kedai kelontong, walaupun sebenarnya sulit sekali untuk bisa mencari uang dengan umurnya yang belum sesuai dengan kriteria persetujuan penerimaan pegawai. Airin Nee-san tetap berusaha mencari cara agar aku bisa makan dan tetap bisa bersekolah.
Kedua orang tua kami meninggal dalam sebuah kecelakaan pesawat, meninggalkanku dan Nee-san begitu saja. Aku ingat sekali, ketika Airin Nee-san pulang ke rumah dalam keadaan mata yang memerah karena menangis setelah mendengar kejadian itu dari paman kami di Nagoya, kakakku itu masih saja memberikanku ketenangan dengan mengatakan kita akan baik-baik saja. Tapi pada akhirnya, aku tetap menangis walaupun tak tau apa yang ku tangisi.
Apa mungkin, karena hatiku sakit melihat kakak yang berusaha baik-baik saja?
Fakta bahwa kini kami berdua adalah yatim piatu tak berarti membuat orang-orang iba, mereka menatap kami dengan pandangan meremehkan. Sejak saat itu, baik aku dan Nee-san. Kami berusaha keras untuk memperbaiki hidup.
Airin Nee-san di terima untuk berkuliah dengan beasiswa, hanya butuh waktu 2 tahun baginya mendapat gelar Magister. Setelah itu, banyak ilmuan yang memintanya bergabung dalam project mereka, dan salah satu yang Nee-san pilih adalah tentang penelitian sebuah serum kekuatan kepada manusia. Tapi, tugasnya hanyalah mengawasi objek percobaan. Untuk tanggung jawab mengenai seluruh penelitian itu beserta serum yang di ujikan, tetap di tangan sang ketua peneliti. Kotaro Yanagisawa.
Awalnya, semua berjalan baik-baik saja. Nee-san juga terkadang suka menceritakan hal uniknya selama bekerja, sering kali Airin Nee-san membawa pekerjaan ke rumah dan aku yang memang tak paham tentang bidang biologi hanya bisa bertanya.
Di umurku yang ke 10 tahun, aku mendapatkan hadiah dari Airin Nee-san. Kakak memberikanku sebuah piano, rumah kami pun pindah ke sebuah mansion yang cukup besar, gajinya sebagai peneliti negara memang tidaklah sedikit. Tapi tetap ada resiko yang harus di bayar, walau begitu. Nee-san tetap bertanggung jawab atas ku dan pekerjaan nya. Bahkan, untuk mengisi waktu luangnya di kala kosong, kakak akan mengajar di salah satu sekolah menengah atas ternama Jepang. SMA Kunugigaoka.
Ingat jika aku pernah bilang ingin sekali masuk ke sana pada Karasuma? Ya, aku pernah bilang hal serupa kepada kak Airin. Alasanku hanya karena Nee-san mengajar di sana, jadi aku bisa merasakan bagaimana di ajar oleh kakakku sendiri.
Tapi, belum saja aku lulus sekolah dasar. Aku mendapatkan sebuah panggilan mengenai kematian kak Airin, saat itu aku tengah memainkan piano dan bahkan hampir mengira jika itu hanya lelucon.
Tidak, itu terlalu nyata.
Orang-orang yang di utus oleh pemerintah datang ke mansion, membawa sebuah jas putih dengan noda darah yang masih melekat di sana. Jantungku berpacu begitu kencang, ada rasa sakit di sana.
Mereka membawaku untuk di lindungi, mendidikku dengan begitu keras. Menciptakan sosok Assasin di dalam diriku yang bahkan tak pernah memegang pisau sebelumnya, berlatih dan belajar untuk bisa menghabisi musuh negara juga menyelesaikan konflik yang terjadi.
Aku rasanya ingin berteriak, apa yang bisa seorang bocah umur 12 tahun lakukan selain menurut kepada para manusia yang selalu bicara dengan kalimat formal juga menyembunyikan pistol di dalam jas kerja mereka?
Setelah aku lulus menjadi pembunuh bayaran profesional, aku bertemu dengan Irina. Latar belakangnya tak jauh berbeda denganku, hanya saja ia masih memiliki keluarga yang mau merawatnya. Irina Jelavic seumuran dengan Airin Nee-san, karena itu aku sangat dekat dengannya di banding dengan para anak-anak Assasin lainnya.
Di sela pekerjaan dan kuliahku, terkadang untuk membunuh kebosanan. Aku akan menyibukkan diri dengan mencari data mengenai penelitian yang Nee-san lakukan, atau karakteristik kelas yang Nee-san ajar.
Kelas 3-E, SMA Kunugigaoka. End Class.
Murid dengan nilai akademis rendah dan para pembuat onar, aku hampir tak percaya jika Nee-san bisa memilih kelas itu untuk mengajar. Tapi jika ingat satu hal, aku tampaknya mengerti mengenai alasannya.
Kelas diskriminasi
Airin Nee-san pernah menjadi korban diskriminasi perundungan di sekolahnya dulu, jadi untuk membantu para murid yang memiliki nasib serupa sepertinya. Ia mengajar di kelas itu.
Hingga di tugas ke 190 yang ku dapatkan, membunuh sebuah makhluk yang ternyata adalah ciptaan dari penelitian Yanagisawa. Alien berbentuk gurita yang di katakan dapat menghancurkan bumi dan mengaku telah merusak 70% bentuk bulan.
Itu hanya omong kosong!
Bukan Koro Sensei yang melakukannya, dalam data yang Airin Nee-san miliki di mansion. Terdapat penjelasan jika itu adalah ulah dari tikus yang bermutasi dan meledak, lalu kenapa Koro Sensei mengaku bersalah untuk hal yang sama sekali ia tak lakukan?
Apa, alasannya?
Aku membaca semua catatan yang Nee-san miliki, dengan kecerdasan yang ku miliki. Bukan tak mungkin, mencari sumber fakta hanya butuh beberapa detik dan voila! Aku sudah bisa menebak apa yang sebenarnya terjadi.
Masa lalu dari si korban tikus percobaan, perasaan bersalah karena tak bisa menyelamatkan sosok yang ia cintai serta perasaan hampa tanpa tujuan yang ia rasakan. Koro Sensei adalah aktor yang sangat hebat dalam menyembunyikan kesedihannya, dia harus mendapatkan penghargaan.
Kalaupun Koro Sensei tak bisa di bunuh, dia akan tetap mati dengan meledak setelah satu tahun berubah wujud. Sesuai dengan ketentuan yang serupa, seperti yang dialami oleh tikus bulan yang sudah bermutasi itu.
Jadi, kelas pembunuhan itu hanya di buat oleh koro Sensei untuk melatih anak didiknya yang di cap orang-orang sebagai manusia gagal untuk sukses dan bahagia atas diri mereka sendiri.
Bagaimana jika seluruh dunia tau akan fakta ini?
Hm, sepertinya memposting semua data ini di situs online akan menarik! Orang-orang tak bertanggung jawab yang bersembunyi di dalam pemerintah harus bertanggung jawab dengan apa yang mereka perbuat. atas penelitian mereka yang membuat banyak nyawa peneliti tak berdosa tewas.
" Apa yang bisa ku lakukan, Miyamizu-Chan? " Sebuah layar tab menyala, tampak sosok wanita dengan retina keunguan itu bertanya.
" Ritsu, apa kau bisa melakukan satu hal untukku? "
" Tentu, aku dapat membantumu dalam bidang pencarian informasi paling rahasia di pihak militer sekalipun. Apa yang bisa ku lakukan? "
Aku tersenyum, menunjukan sebuah flashdisk kepadanya yang masih menunggu jawabanku mengenai pertanyaannya.
" Di dalam memori ini, ada semua bukti mengenai penelitian yang telah di lakukan negara dengan melibatkan manusia yang tentu saja bagaimanapun juga di larang dalam undang-undang. Selain itu, fakta tentang Koro Sensei juga bulan yang hancur ada di dalam flashdisk ini. Bisa kau sebar luaskan di internet agar semua orang tau apa yang sebenarnya terjadi? Selain itu, tolong sembunyikan identitas ku agar tidak ada pihak yang curiga tentang kebocoran data ini "
" Tentu, aku akan menganalisisnya dan akan segera mengirimkannya ke segala perangkat elektronik. Dalam waktu 5 menit, menampilkan data ke seluruh situs web baik yang terdaftar ataupun tidak. Tapi, Ai-Chan. Apa alasanmu melakukan ini semua? "
" Aku mau dunia tak lagi menghakimi Koro Sensei, dia sudah terlalu banyak terluka selama hidup. Setidaknya, orang-orang akan mengenangnya sebagai pahlawan " kataku sambil berusaha tersenyum. Ritsu mengangguk mengerti dan segera memproses data di dalam flashdisk itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assassination Classroom : [ The Battle Past ] • Tahap Revisi •
Fanfiction" Jika membunuh dapat menyelesaikan masalah, maka seluruh tanah di muka bumi sudah menjadi makam para pecundang " - Miyamizu Airu