Assasination Classroom : [ We Meet Again ]

335 44 0
                                    


" Haah, anginnya kencang sekali di atas sini. "

Jika di ingat, ini adalah tempat pertama kali aku dan koro Sensei bicara secara langsung. Di saat musim panas, bulan Maret. Saat ia sudah mengajar di sini pada hari ketiga. Aroma perbukitan hijau nya bahkan masih terasa samar hingga detik ini, semuanya tak terlihat berbeda sejak hari itu hingga saat ini. Kecuali, kenyataan bahwa sosok Sensei yang kami cintai, alasan kami berjuang dan melampaui batasan yang telah orang-orang tetapkan bahwa kami tak akan bisa menang di kelas ini. Kelas, tiga E. Sudah pergi.

" Sekarang, aku datang untuk melanggar janjiku. Maafkan aku, tapi selama tujuh tahun ini. Aku sudah cukup lama menahannya, maafkan aku Koro Sensei. " Aku berusaha untuk tersenyum, tapi rasanya begitu sulit sekali.

Terbayang, ketika partikel bercahaya itu terbang dan menghilang di langit malam. Tangisan semua orang yang benar-benar merasa kehilangan, yang secara paksa harus melepaskan sosok yang mereka cintai. Makhluk, ah. Tidak. Monster gurita berkepala bulat kuning dengan kecepatan 20 Mach yang menjadi wali kelas dan guru kami selama 1 tahun.

" Aku mungkin akan membuat janji baru di sini, walau tanpa adanya dirimu di hadapan ku. Tapi aku tau, kau akan mendengarkan ku, aku akan berusaha untuk jadi lebih kuat. Aku akan buktikan bahwa setelah aku melanggar satu sumpah ini, aku akan hidup dengan lebih baik. "

Ya, dadaku terasa sesak. Mataku memanas, bintang-bintang bahkan sama sekali tak bisa menghibur ku, terlalu berat rasanya bahkan untuk bernafas.

Aku, menumpahkan segalanya. Rasa sakit yang terbayang selama 7 tahun terakhir, kenangan indah dan sedih serta semua hal yang tak bisa ku jelaskan lewat ucapan kata-kata karena mungkin air mata ini adalah jawabannya. Aku, menangis. Menatap rapuhan bulan yang sudah membentuk bagian yang sedikit lebih kecil, di bawah awan-awan tipis yang berkelana.

" Kau, menangis? " Karma datang, entah dari mana ia bisa tau aku seorang diri berada di balkon kelas 3-E.

Ku usap air mataku dengan kasar, tak ingin sampai membuat dirinya cemas.

" Tidak perlu lakukan itu jika kau memang ingin melakukannya, kau bisa menangis tanpa menghawatirkan apapun sekarang. Selesaikan. " Dirinya mulai melangkah sambil berucap meyakinkan. Aku melihatnya mulai mengikis jarak di antara kami yang terpisah beberapa meter.

Ya, dia datang. Berdiri di sampingku sambil menatap bulan yang sama. Tak menatapku, namun kata-katanya seolah berkata bahwa ' Tak perlu pedulikan keberadaan ku, selesaikan tangisanmu jika kau belum bisa menumpahkan semuanya ' ya, dia Akabane Karma. Sosok lelaki yang tak pernah berubah.

" Aku sedikit terkejut ketika menyadari ada seseorang di atas sini, terlebih lagi ia sedang menangis. Kau mengingat nya? " Tanya nya dengan suara pelan, aku mengangguk membenarkan.

" Bahkan aku tak bisa melupakannya sekalipun tak berada di tempat ini, aku merasa. Ini adalah saat yang tepat untuk jujur pada diriku, aku juga adalah manusia yang lemah dan tetap bisa merasa sedih "

"Kau tak pernah berubah, selalu menahan diri."

Aku tersentak, kata-katanya sama persis dengan apa yang pernah koro Sensei ucapkan padaku.

" Saat kejadian itu, aku melihat bahwa kau sama sekali tak menangis. Lalu kenapa baru sekarang? " Ucapnya, menatap wajahku yang masih menunduk menyembunyikan rasa sedih.

" Aku sudah berjanji kepada koro Sensei "

" Jadi, kau sudah menangis. Kau sudah melanggar janjimu. "

" Aku tau, karena itu aku membuat janji baru. Setelah aku menangis, aku akan menjadi lebih kuat dari sebelumnya. "

Karma tersenyum, ah. Tidak. Ia lebih tepatnya terkekeh pelan seolah-olah sudah menebak apa yang akan ku katakan.

" Cha! kalau begitu. Mari kita masuk, ini sudah mulai larut malam dan semuanya sudah tidur "

" Karma-kun! Aku mau memberikan sesuatu "

Ia berhenti melangkah, menoleh ke arahku dengan tatapan penuh tanya. Ku keluarkan sebuah tiket dari balik saku dan menyodorkan kepadanya.

" Minggu depan, aku ada konser solo pianis di Tokyo untuk memperingati 7 tahun debut ku sebagai pianis negara. Aku sudah memberikan tiketku kepada Karasuma Sensei dan juga Irina Sensei serta teman-teman yang lain tadi sore, tapi karena kau baru datang. Aku baru memberikannya untukmu sekarang. Aku harap, kau akan datang " ucapku penuh harap, ia mengangguk sambil menerima tiket itu.

" Tentu, aku akan datang. "

Aku bisa melihat senyumannya di balik redup cahaya bulan, seolah-olah dengan senyuman itu aku bisa melihat sosok koro Sensei di dalam dirinya. Ia mengelap air mata yang masih membekas di kedua pipiku,Kami berdua pun melangkah masuk untuk segera tidur dengan yang lain.

Bahkan, angin malam yang dingin ini terasa hangat saat berada di tempat ini.

Tujuh tahun setelah kejadian itu, kami menyadari suatu hal. Kenyataan bahwa kami kini hidup mewakili diri dengan kendali kami, kini bukan atas orang lain. Semua murid kelas 3-E mendapat sebuah buku yang sudah di tulis oleh Koro Sensei. Sebagai ungkapan serta dukungan, motivasi dan beberapa di antaranya adalah sebuah jawaban di saat kami terjebak dalam ruang gelap masalah. Bahkan, kami masih merasa bahwa dia bicara pada kami walaupun di hadapan kami hanya ada sebuah buku dengan yang ketebalan nya tak bisa di prediksi. Oke, itu kenyataannya memang benar-benar tebal. Bahkan tak ada satupun dari kami yang berhasil membacanya hingga paragraf terakhir. Namun, kami tau. Setiap masalah yang ada akan di jelaskan dalam buku itu, satu lembar pertanyaan akan berganti kata-kata singkat namun tepat. Ya, ciri khas Koro Sensei sekali.

Satu tahun bersama Koro Sensei benar-benar mengubah kami menjadi pribadi yang berbeda. Seolah-olah semangat yang sudah padam kembali terbakar, bagaikan kereta uap yang mulai melemah karena bahan bakarnya mulai berubah menjadi abu. Koro Sensei datang sebagai kayu bakar yang siap membuat lajunya kembali cepat, melintasi berbagai rel yang mungkin di penuhi oleh semak belukar juga kerikil tak berbentuk. Hingga saatnya, ia pergi. Dan kami tak bisa berbohong, ada satu hal yang besar mendadak hampa, kosong dan tak bertuan.

Kini, semua orang sudah menemukan dan menentukan jalannya masing-masing, ada yang sekarang telah memiliki hubungan baik antara anak dengan orang tua, ada yang sudah percaya diri dan mulai melangkah berani, ada yang mengikuti kata hatinya dalam menentukan masa depan, hingga ada yang menjadi pribadi lebih baik.

Mungkin waktu juga membantu kami mengubahnya, namun. Perasaan ini akan tetap sama dan tak akan terganti kan.

Koro Sensei

Kami sudah bahagia sekarang

Seperti harapanmu, kami sudah berhasil mencapainya dengan baik.

" Arigatou, Koro Sensei. " Ucapku pelan, mulai memejamkan mata dan memasuki dunia mimpi.

Assassination Classroom : [ The Battle Past ] • Tahap Revisi •Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang