Semua murid di kelas 3-E sudah berkumpul di dalam salah satu ruang ujian, mereka tampak tegang di hadapan 50 soal Bahasa Inggris dengan berbagai macam model pertanyaan. Mulai dari pilihan ganda sampai essay bergambar dengan percakapan tokoh, Nakamura Rio. Gadis itu memang sangat memahami pelajaran ini, jadi sejak awal kertas di bagikan hanya dia yang langsung mengerjakan." Soal ini, bagaimana aku mengerjakannya dalam waktu 15 menit? " Gumam Nagisa sambil menatap berulang kali soal yang sama, pertanyaan teka teki silang pada nomor 43.
Tak jauh berbeda dengan keadaan sang pemuda dengan marga Shiota itu, sebagian murid lainnya tampak begitu berusaha keras untuk bisa menemuka jawabannya. Dalam bayangan mereka, soal-soal tersebut muncul dalam berbagai bentuk.
Ada yang melihat soal sebagai ombak tinggi pasang, monster kraken hingga Koro Sensei. Tunggu? Kenapa Alien itu bisa ada di dalam pemikiran mereka?! Sebuah tentakel kuning tampak membimbing mereka mengerjakan satu demi satu kata, ingatan akan ucapan sang wali kelas mendadak menjadi semangat yang membara.
Sebuah pohon kelapa yang berada di antara laut juga pantai dapat bertahan dari ombak besar sekalipun itu adalah Tsunami karena memiliki kekuatan akar yang menancap di tanah dengan dalam, sebuah monster yang terlihat mengerikan bahkan kini telah berevolusi menjadi sosok ikan fugu buntal lucu yang siap di olah menjadi sushi, mereka semua hanya terjebak dalam satu kasus yang sama. Mereka semua harus bertahan atau lari menjauh.
" Jika kau lari, maka kau akan selamat. Tapi tidak dengan soal-soal sebelumnya yang sudah kau kerjakan. Mereka akan mati secara sia-sia tenggelam ke dasar paling terdalam tanpa cahaya " bisikan itu seolah mengayun bersama dengan hembusan angin yang menerobos masuk melalui celah-celah ruang kelas, suara Koro Sensei dengan tawa khas nya.
" Aku, hanya harus menyelesaikannya. Aku hanya harus menancapkan topangan ku pada soal ini, maka sebesar apapun tingkat kesulitannya maka aku akan bisa bertahan. Aku percaya pada kemampuanku, kalaupun aku tak berhasil maka aku akan berusaha lebih keras di ujian selanjutnya " Jawab Nagisa tanpa suara pada udara kosong di hadapannya.
Tangan itu mulai menulis jawaban, percakapan bergambar yang memperlihatkan dua orang dalam satu tempat. Satu menyodorkan uang dan yang satu lagi memegang sebuah pensil serta buku tulis. Mereka semua ingat, kasus soal ini pernah di ajarkan Airu seminggu yang lalu saat tengah belajar kelompok.
" Berbeda dengan matematika, fisika serta Kimia yang mendasarkan jawaban pada rumus. Pelajaran bahasa tak hanya mengandalkan ingatan akan dasar-dasar konsonan ataupun tata cara, mereka juga bersifat logika dan butuh penalaran. Jika soal gambar itu berbentuk bahasa Inggris, maka lihat aktifitas yang tengah di lakukan orang di dalam percakapan, gunakan logika dan terjemahan ke dalam bahasa Jepang lalu temukan kata yang sesuai dengan bahasa Inggris "
" Aku mengerti! kedua orang ini sepertinya berada di sebuah toko. Mungkin yang satu adalah pembeli dan satu lagi adalah penjual karena mereka memegang barang yang berbeda, apakah dia akan membeli buku itu? Apakah orang yang memegang uang itu menanyakan harga buku yang harus ia beli? " Lelaki berambut biru itu kini menatap soal di hadapannya dengan serius, menemukan satu clue yang membuatnya tersenyum.
Di uang yang orang itu berikan, tertulis 2000 Yen sedangkan ada sebuah tulisan kecil di dalam percakapan yang mengatakan 1000 Yen dalam bahasa Inggris. Jadi jawabannya pasti orang itu harus membayar 1000 Yen untuk bisa mendapatkan barang yang ia inginkan. Nagisa sekarang hanya perlu mencocokan nya dengan kata yang sesuai.
Sedangkan pengawas ruang ujian mereka justru terlihat ketar ketir saat menyadari bahwa seluruh anak di kelas 3-E dengan percaya dirinya menuliskan, memilih dan menetapkan jawaban.
•••
[ Assasination Classroom: The Battle Past ]
•••Airu serta Karma di tempatkan di ruangan yang berbeda, pengawas mereka bukanlah guru melainkan kepala sekolah. Soal yang di berikan kepada keduanya juga berbeda, dan ini adalah bagian dari rencana para guru untuk menjatuhkan murid cerdas dari kelas 3-E. Mengubah bentuk soal.
Gadis Miyamizu itu tampak bersantai sambil mengetuk-ngetuk kan pulpen pada lembar soal, sedangkan Karma tampak diam dan mulai mengandalkan ingatannya untuk menemukan jawaban yang benar.
" Setan merah ini bisa serius juga ternyata, ku pikir tingkahnya tak akan jauh berbeda seperti saat berada di kelas. " batin Airu sambil menatap sosok Gakuho yang memberi pandang lekat kepada mereka berdua, seolah-olah tak membiarkan satu detik pun untuk berkedip.
Ah, dirinya jadi ingat waktu pertama kali datang ke sekolah itu dan menyerahkan surat yang ada di dalam map coklat itu kepada manusia yang mirip dengan Karma ini. Waktu itu, pemuda dengan jas yang berpangkat sebagai kepala sekolah ini hanya tertawa dan mengizinkannya pergi begitu saja.
" Akabane, Miyamizu. Waktu ujian telah berakhir... " Ucapnya sambil bangkit dari duduk, berjalan ke arah meja kami berdua yang berada di tengah ruangan.
Ayolah! Bukankah ini malah terlihat seperti mengintrogasi tahanan di bandingkan menjalani ujian?
" Ku harap jawaban mu banyak yang benar, Nona. Kau terlihat santai sekali saat menyelesaikan semua soal nya " ujar pria dengan marga Asano itu sambil membaca soal-soal dan jawaban milik Airu sekilas, lelaki itu juga meraih kertas ujian Karma di atas meja.
Mereka berdua di persilahkan untuk keluar dari ruangan setelah mendapat izin, berjalan menyusuri koridor kelas A hingga D. Tatapan yang menyebalkan dari para murid kelas lain tampak begitu Airu rasakan, seolah-olah di dalam bayangan dirinya dan Karma penuh terinjak oleh ucapan sinis juga tatapan miris.
" Kau harus menahan keinginanmu untuk membunuh mereka, tugas kita di sini hanya untuk membunuh si gurita itu " Entah telepati dari mana, Karma berucap dengan setengah berbisik kepada Airu yang hanya diam. Seolah-olah menyadari jika gadis itu telah menyusun rencana untuk meledakkan gedung utama SMA Kunugigaoka.
" Aku memang ingin membunuh mereka namun tidak dengan menggunakan peledak, Akabane Karma. Akan lebih menyenangkan dengan menghancurkan mental mereka terlebih dahulu, ketika mereka sudah putus asa dan mulai gila aku baru akan menyiksanya dengan caraku sendiri " jawab Airu sambil tersenyum kecil, berjalan mendahului pemuda berambut merah itu yang hanya menatap punggungnya jauh di depan pandangan.
Karma dapat melihat sosok yang berbeda di saat Airu berada di kelas 3-E dan berada di gedung utama, mungkin karena pandangan remeh dari siswa kelas A,B,C dan D kepada mereka semua dari kelas E. Gadis Miyamizu itu terlihat lebih banyak bicara saat berkumpul dengan teman-teman kelasnya, wajahnya juga tampak tenang dengan sesekali menjawab ledekan konyol dari Maehara. Tapi suasana mencekam seolah merasuki Airu dalam sekejap mata setelah kakinya melangkah masuk ke dalam ruang ujian.
_____
Halo semuanya, maaf karena aku telat update selama 2 Minggu lebih🙏
Di karenakan kesibukan kuliah, beberapa tes kesehatan dan juga terlalu fokus untuk menyelesaikan salah satu cerita ku yang lain. Aku bener-bener gak punya waktu untuk update Story ini, tapi...Sebagai permohonan maaf, aku akan up semua chapter Assasination Classroom The Battle Past. Gimana?
Dan, ya. Aku mau kasih info mengenai salah satu work yang berhasil aku selesaikan selama 1 Minggu sampai final.
Untuk penggemar Attack on Titan X OC aku saranin kalian untuk baca cerita ini, masih anget banget Story nya.
Sekali lagi, Gomenasai dan Arigatou:v
Parkaca_
KAMU SEDANG MEMBACA
Assassination Classroom : [ The Battle Past ] • Tahap Revisi •
Fanfiction" Jika membunuh dapat menyelesaikan masalah, maka seluruh tanah di muka bumi sudah menjadi makam para pecundang " - Miyamizu Airu