~• Airu Miyamizu Side •~
Hari yang padat dan melelahkan.
Kata-kata itu sesuai dengan kondisi yang ku alami saat ini, kepalaku berdenyut dan rasanya tulang belakang ini pegal bukan main. Mata mengantuk juga rasa perih di lambung, aku seperti makhluk menyedihkan yang tak bisa hidup dengan baik. Ya, setidaknya sampai Irana datang ke kamarku dan membawa semangkuk bubur.
Wanita itu pulang terlebih dahulu karena memiliki pertemuan penting dengan Lovro, mungkin membahas sesuatu yang berkaitan dengan Koro Sensei. Anak-anak di kelas 3-E juga tampak sibuk berlatih alat musik, semuanya sudah mendapat bagian mereka masing-masing. Hanya tinggal aku yang belum memutuskan benda apa yang akan di mainkan dalam perlombaan itu.
" Kau terlihat pucat, Nee-san. "
" Hanya merasa stress, aku akan segera membaik dengan memakan bubur buatan mu. Terimakasih banyak, Irina-San " ucapku sambil menyunggingkan senyum, dia hanya mengangguk mengerti lalu keluar.
Entahlah, belakangan ini setelah pulang dari trip musim panas Kyoto aku merasa tubuhku jauh lebih lemah dan mudah sakit. Mungkin karena agenda padat, saat menjadi Assasin biasanya pekerjaan ku hanya mengeksekusi dan bersantai saat tugas selesai. Tapi mengingat jika sekarang aku kembali menjadi anak sekolahan, mau tak mau harus membiasakan diri dengan membagi pekerjaan serta tugas kelas.
" Apa yang harus ku mainkan... "
Pikiran-pikiran itu membayang di bawah kesadaran ku, sebenarnya aku hanya bisa memainkan satu alat musik. Tapi sialnya, di sisi lain alat musik itu menciptakan kenangan buruk bagiku.
Rasa sakit dan perih yang menyatu menjadi satu kesatuan harmonis, aku tak bisa menemukan kebahagiaan juga ketenangan saat menyentuhnya. Bukannya menciptakan mood yang bagus, alat itu justru hanya menambah luka lama untuk kembali terbuka.
Ting!
Sebuah pesan masuk, ku raih ponsel di dalam tas dan mulai membaca pesan dari seseorang.
Okuda
Ai-Chan
Apa kamu ada di rumah sekarang?Airu
Ya
Kenapa?Okuda
Bisa kita bicara
Aku mau bertemu denganmu
Di cafe dekat SMA Kunugigaoka sekitar jam 7 malam, Apakah bisa?" Ah, aku ingat. Aku juga mau menanyakan alasan di saat pertandingan waktu itu... " Gumam ku lalu dengan cepat membalas.
Airu
Tentu
Aku akan datangOkuda
Baik!
Aku akan menunggumu, Ai-Chan.•••
[ Assasination Classroom: The Battle Past ]
•••" Aku di sini, Ai-Chan! " Seseorang berteriak sambil melambaikan tangan, terlihat sosok gadis dengan dress selutut juga rambut yang di gerai. Ia tak memakai kacamata, bibirnya memberikan senyuman manis.
Aku melangkah mendekatinya, duduk di salah satu kursi dan meletakan tas selempangku pada meja makan.
" Senang sekali, Ai-Chan bisa datang "
" Apa yang mau kau bicarakan, Manami-san? "
Okuda tak berhenti tersenyum, bahkan saat aku memanggilnya dengan nama marganya dan langsung bertanya maksud ajakannya. Seolah-olah dia sudah menyadari apa yang akan dia alami dengan memintaku datang.
" Ai-Chan, ternyata kalau di luar sekolah cukup galak juga yaa. Aku terkejut lho. Sebenarnya, aku hanya mau meminta tolong dan bertanya mengenai suatu hal dengan Ai-Chan. " Tanyanya lalu menunduk.
" Apakah, Ai-Chan menyukai Karma-Kun? " Ucapnya sambil mengepalkan tangan, ia tampak grogi saat bertanya hal itu.
Aku langsung mengerti kemana topik ini berakar, mungkin saja selama beberapa bulan ini Karma cukup dekat denganku karena kami sama-sama memiliki misi untuk membunuh Koro Sensei, teman samping meja belajar di kelas, juga terkadang menjadi lawan berlatih di jam olahraga. Waktu aku sakit di Kyoto, Karma juga yang merawatku dan ketika para tim basket wanita kelas 3-E mulai berjalan memasuki gedung indoor. Setan merah Akabane itu memanggil namaku dan memberiku sebuah kata-kata penyemangat (?) Mungkin.
" Aku sering memperhatikan kalian, tampaknya Ai-Chan tak masalah selalu berada di dekat Karma-Kun. Apa benar begitu? "
" Tentu saja kami ini teman sekelas, lagipula sikapku tak hanya tertuju kepada si rambut merah itu. Kepada Isogai, Nagisa, Sugino dan yang lain juga sama. Apa sesuatu menganggu pikiranmu, Manami-San? " Tanyaku sembari menjelaskan.
" Anoo, aku sebenarnya menyukai Karma-Kun sejak lama. Teman-teman yang lain juga tau akan hal itu dan aku selalu mencoba membuatnya menyadari akan hal itu. Hanya saja, sejak Ai-Chan datang. Karma-Kun terlihat lebih dekat denganmu "
Tunggu? Barusan dia menyalahkanku hanya karena dapat membuat perhatian Karma beralih darinya? Wah, gadis ini benar-benar...
" Lalu, apa yang bisa ku lakukan? " Aku sudah muak dengan pembicaraan ini.
Cinta memang selalu merepotkan, aku juga sadar tanpa harus bertanya pada si maniak Kimia ini mengenai alasan kenapa dia melempar bola begitu keras kepadaku.
Mungkin saja, untuk meluapkan kekesalannya karena melihat orang yang dia sukai itu memberi semangat kepadaku. Bukan kepadanya.
" Ai-Chan, bisa bantu aku mengungkapkan perasaan ku pada Karma-Kun? Aku sudah menyiapkan rencananya " dia mengeluarkan sebuah buku catatan berisi langkah-langkah beserta urutan kegiatan yang sudah di susun.
" Aku harus mengajak dan menemani si Akabane itu ke taman sepulang sekolah, lalu di sana kau akan menunggunya. Hanya itu saja kan? " Tanyaku memastikan, aku ingin segera mengakhiri ini.
Okuda Mengangguk semangat, senyumannya kini tampak berbeda di mataku. Terlihat angkuh juga bangga, so. Selama aku bisa melakukannya maka kenapa tidak? Lagipula jadwal kerjaku dengan Karasuma juga sudah di selesaikan sejak seminggu lalu.
•••
[ Assasination Classroom: The Battle Past ]
•••Aku dan karma saling berjalan berdampingan, ia tampak menikmati suasana sore dengan minum susu strawberry sedangkan aku hanya diam menatap jalanan kota yang mulai ramai akan jam pulang kerja.
Suasana Tokyo yang tak pernah berubah.
" Memangnya kita akan menemui siapa? " Tanya si setan merah itu penasaran.
" Kau akan tau nanti "
" Profesor, kau akan menemaniku kan selama di sana? Kau tak akan pulang dan meninggalkan ku dengan orang itu? "
Aku menggeleng, menghentikan langkah.
" Aku tak punya urusan selain mengantarkanmu ke sana, aku punya banyak hal yang harus di selesaikan. Dan untuk yang kesekian kalinya, tolong berhenti memanggilku Profesor! Aku ini murid SMA sekarang " ucapku menekankan kata-kata terakhir sambil menatapnya jengah.
Karma tersenyum, ia membuang minumannya ke tempat sampah setelah menghabiskan nya. Berbalik menatapku yang hanya melihatnya dengan tatapan kesal juga malas.
" Miyamizu-San terlihat lebih imut ketika marah, kalau aku bisa selalu membuatmu seperti ini maka setiap hari aku akan membuatmu marah " ucapnya lalu berlari meninggalkan ku yang mengejarnya.
Sialan, Iblis itu benar-benar aneh dan sulit di tebak jalan pikirannya.
Kalau ada spesies aneh, mungkin Karma adalah kandidat yang cocok. Lelaki Akabane itu terkenal usil dan jail, korbannya anak wanita di kelas 3-E. Walau otaknya cerdas dengan IQ yang tinggi, aku yakin EQ nya benar-benar tak sampai 10%.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assassination Classroom : [ The Battle Past ] • Tahap Revisi •
Fiksi Penggemar" Jika membunuh dapat menyelesaikan masalah, maka seluruh tanah di muka bumi sudah menjadi makam para pecundang " - Miyamizu Airu