[2] Sofunkah begitu?

27 2 2
                                    

♡♡

Hari ini aku disibukkan dengan rapat organisasi, lagi dan lagi. Kalau kata orang, aku itu kura-kura—kuliah-rapat, kuliah-rapat. Tapi aku ga se'monoton' itu. Aku kalau diajak jalan-jalan juga mau. Siapa yang nolak diajak 'haha-hihi' ya, kan?

"Okay, sampai di sini dulu rapat kita kali ini, sisanya bisa kita bahas nanti mungkin di grup ya" setelah Kepala Bidangku mengucapkan itu—rasanya duniaku telah kembali seperti semula. Aku ingin pulang.

"Han"

"Oh, shit. Here we go again"

"Ya?" Aku pun menolehkan kepalaku padanya. Dia tidak lihat apa jika aku ingin cepat pulang.

"Jangan lupa kirim notulensinya padaku" ucap Kak Jimin tanpa beralih dari Tab besarnya itu.

"Ya, Kak" aku pun melanjutkan langkahku untuk keluar ruangan itu.

"Han"

"Sial, baru aja mau buka pintu" aku pun menoleh lagi.

"Ya, kak?"

"Gapapa, cuman mau manggil aja" lanjutnya dengan meminum susu kotak.

"Kak, kita betumbuk aja lah" ucapku dengan tatapan tak suka.

"Gak, pawang kamu serem. Bisa-bisa budek telinga saya"

Aku pun memutar bola mataku malas dan berlalu dari sana. Kalau tidak, bisa-bisa gila nanti. Sayang muka cantik menawan begini malah masuk rumah sakit jiwa.

Aku pun melangkahkan kakiku menuju halte bus. Namun mataku tertuju pada supermarket di depan halte—bukan itu, tapi tulisan diskon yang tertampang di sana. Aku pun segera ke sana, lumayan kan.

Aku pun memasuki supermarket dan mencari barang-barang yang kuperlukan. Setelah aku menemukan semuanya, tanpa sengaja aku melihat ramen yang sangat kusukai. Namun letaknya terlalu tinggi. Iya, aku tau. Aku tidak semampai tapi aku juga ingin tinggi sebenarnya.

"Duh, kenapa tinggi sekali, sih" tiba-tiba saja terdapat tangan yang mengambilkan ramen tersebut.

"Eh—maka.." tidak, bukan untukku. Ternyata dia hanya mengambil untuk dirinya sendiri. Memang makhluk ini.

"Yakh, Kak Yoongi. Kamu ga bisa seperti ini padaku. Tolong ambilkan, dong" dia hanya terdiam.

"Hm? Seperti ada suara orang. Apa supermarket ini sudah berubah jadi tempat horor"

"Kalian naik pitam, tidak? Aku sih naik pitam"

"Kak Yoongi!"

"Iya, iya. Lu reseh kalau lagi gila" baru saja aku hendak memakinya. Dia sudah berlalu begitu saja.

"Dasar batu es."

Aku pun membayar belanjaanku dan berjalan menuju ke apartemenku. Tidak jalan kaki, naik bus dong. Capek kalau jalan kaki bisa-bisa betisku akan membengkak sebesar talas bogor.

Kurasakan ponselku bergetar dan tertera nama yang seharian ini tidak terlihat olehku.

Jwan Handsome is calling

"Halo, Haneul-ah"

"Maaf salah sambung"

"Yah, kumat ni anak" aku pun tertawa menanggapinya.

"Lagi dimana?"

"Di Ancol, ya di jalan pulang dong"

"Ke apartemen?"

"Ke kuburan! Biar sekalian aja pulang ke akhirat"

"Jangan dong, nanti yang ngasih makan saya siapa?"

"Emang saya ibu burung apa?"

"Iya, kamu kan ibu dari anak-anak saya nanti" Aku pun terdiam. Tidak, Kak Seokjin memang suka seperti ini.

"Hahaha. Bercanda, cuman omong kosong kok. Jangan dimasukin ke hati" Kan, sudah ku bilang apa.

"Hah? Apa sih, kak. Tadi cuman ada monyet aja lewat makanya saya bengong dulu"

"Oh, gantengan saya atau monyetnya?"

"Monyetnya dong. Kakak mah standar"

"Heh, mulai songong ya? Tidak ada yang bisa lepas dari pesona tampan saya. Worldwide Handsome, you know?"

"Yes, know-know deh biar cepet"

"Bagus, kamu cepet pulang. Saya lapar banget ini"

"Hah? Kak Seokjin di apart?"

"Cepet makanya ke sini. Saya udah masak—"

"Yes! Dikit lagi sampai! Sisain aku, jangan dihabisin!"

"Iya, bawel"

Aku pun mempercepat jalanku menuju apartemen. Aku tak sabar ingin makan masakan Kak Seokjin. Serius, bahkan aku lebih suka masakannya daripada masakan restoran. Selain gratis, percayalah masakannya sangat enak.

Serius, aku update selama liburan aja. Enjoy, ya.

FABULOUS📸Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang