[19] Satu Biru, Dua Biru

9 0 0
                                    

[] []

Sudah beberapa hari berlalu, kami juga sudah beraktivitas kembali seperti biasanya. Aku dengan kuliahku, Kak Seokjin dengan kuliah-kerjanya. Aku sudah cukup tenang, entah apa aku dapat bersikap seperti ini atau tidak. Tapi aku hanya ingin menjalani kehidupan yang sedang berjalan saja.

"Hey!" Aku pun terhenyuk dan melihat samping pundak ku.

"Oh? Kak, Yoongi?" Dia hanya tersenyum melihatku.

"Sudah lama ya tidak bertemu?"

"Iya, kamu gimana, kak?"

"Aku, ya seperti biasanya" Ucapnya dengan gaya khasnya dengan memasukkan satu tanganya ke dalam saku celana. Aku pun teringat sesuatu.

"Kak, aku ingin bertanya" Kak Yoongi hanya menaikkan sebelah alisnya.

"Terkait malam itu, bagaimana kamu bisa tau, atau tidak, mengapa kamu ajak aku—"

"Malam saat Jin melakukan balap liar?" Aku hanya menundukkan kepalaku dan mengangguk. Dia menghela napasnya berat.

"Aku sengaja" Aku pun tersentak dan menatapnya tak mengerti.

"Ada dua hal, salah satunya aku ingin kamu mengetahui jika Jin melakukan hal yang kamu benci, kedua aku ingin menyelamatkan dia dari hal berisiko seperti itu karena aku dan yang lain tidak dapat membujuk dia sedikit pun"

"Hanya kamu yang bisa"

"Aku? Tapi mengapa Kak Yoon mau aku melihat hal itu?"

"Agar kamu kecewa dan meninggalkannya"

"—dan akan jatuh cinta padaku nanti, mungkin" Aku pun terhenyuk dan menatapnya tak percaya.

"Tapi Aku salah. Setelah melihatmu sangat terpuruk ketika melihat keadaannya, Aku merasa bahwa bahkan hanya untuk sejengkal pun aku tidak bisa menyingkirkan posisinya di hidupmu"

"Jadi, tanpa menunggumu pun aku sudah membulatkan dan menemukan jawabanku sendiri"

"Berbahagialah, Haneul-ah. Mungkin ke depannya akan ada banyak ombak yang menerpa. Tapi jangan lepaskan genggaman kalian. Bertahanlah hingga akhir"

Aku hanya diam, mendengar dan memahami setiap perkataannya. Kucoba untuk menatapnya yang berada di sampingku.

"Kak" Dia pun menatapku dan aku pun segera menghambur untuk mendekapnya.

Dia pun membalas pelukanku, memelukku erat dan mengusap helai-helai rambutku dengan perlahan.

"Terima kasih banyak, Kak. Atas, segalanya" ucapku dengan tanpa kusadari air mataku jatuh begitu saja.

Dia hanya membalasku dengan anggukan pelan dan menepuk punggungku dengan perlahan. Setelah itu, dia menjauhkan diri sedikit dan menjulurkan tangannya padaku dengan selembar kertas dengan keterangan penerbangan ke Swiss. Seketika aku gemetar.

"Kak? Ini tiket untuk"

"Ya? Malam ini" Seketika aku menangis, aku tidak dapat menahannya. Cukup sakit untuk merelakan seseorang yang berarti buatku pergi bahkan berkilo meter jauhnya denganku.

Kak Yoon pun mengusap air mataku dengan ibu jarinya.

"Jangan menangis"

"Jika aku tidak menangis, apakah Kak Yoon tidak jadi pergi?"

"Hahaha, kau ini. Lihatlah di sana. Pangeran mu sudah menjemput tuh" Aku pun menoleh ke arah yang ditunjuk olehnya. Aku melihat Kak Seokjin yang telah berdiri menyandar di depan pintu mobilnya dengan perlahan menghampiri kami.

"Kak, aku ikut ke bandara, ya—" Seketika Kak Yoongi menggelengkan kepalanya.

"Tidak, itu terlalu emosional"

"Hey, jaga perempuan ini. Jangan sampai dia mengikutiku hahaha" Kak Seokjin pun mendekat ke arah Kak Yoongi dan memeluknya.

"Jaga diri di sana ya, Bro" Kak Yoongi pun membalas pelukannya. Tak lama pun terdapat mobil yang menghampiri kami.

"Pergi dulu, ya" Ucapnya dengan melepas pelukan perpisahan dengan kami dan memasuki mobil tanpa melihat ke belakang.

"Hati-hati, Kak" ucapku dan hanya dibalas dengan lambaian tangan oleh nya. Mobil itu pun berlalu dari hadapan kami begitu saja.

"Masih mau jalan-jalan di sini?" Aku pun menatap Kak Seokjin dan menggelengkan kepala. Kak Seokjin pun memelukku dan mengusap kepala pun perlahan.

"Yampun, sedih banget kamu. Kalau aku pergi kerja ke luar nanti gimana ya?" Aku langsung menatapnya dengan lekat.

"Awas saja, aku ikut pokonya!"

"Hehehe. Sudah malam, ayo pulang. Nanti ku belikan es krim kesukaanmu" Aku pun tersenyum dan mengecup pipinya.

"Terima kasih karena sudah selalu ada untukku" Dia pun tersenyum, mengaitkan kedua tangan kami dan mengecupnya.

Kami pun memasuki mobil untuk perjalanan pulang. Aku pun menyandarkan tubuhku dan menatap ke arah luar. Dengan tanpa sengaja air mataku, lagi-lagi jatuh.

"Bahkan hingga saat ini aku selalu merasakan kekhawatiran itu"

Tanganku seketika digenggam olehnya seakan memberikan kekuatan padaku bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Malam ini tidur bersamaku saja, ya. Jangan ditahan sendirian. Kamu punya aku di sini. You know that, right" Aku pun mengangguk.

"Terima kasih—"

"No, anything. Anything for you"














I will love you either way, and it will be okay


FABULOUS📸Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang