[23] Imperfection

5 0 0
                                    

Sudah 25 menit berlalu dan Aku belum menemukan presensi dirinya setelah sambungan itu terputus.

"Sebenarnya apa yang terjadi sih, Kak?"

Hal-hal itu selalu mengganggu pikiranku. Aku hanya berharap Kak Seokjin tidak menanggung beban itu sendirian. Aku selalu merasa gagal jika tidak dapat menjadi tempat berbagi olehnya.

"Tidak bisa, Aku harus menemuinya" Aku pun bergegas dan hendak melangkah keluar setelah memastikan kondisi di sini baik-baik saja.

Namun ketika Aku akan membuka pintu, terdengar bunyi kode apartemenku dibuka. Ya, kondisinya berantakan.

Pintu apartemenku seketika terbuka dan memunculkan sosoknya yang masih saja menunduk dan perlahan menampakkan wajahnya dan tersenyum.

"Masih kurang 1 menit, aku tidak terlambat, kan?" dengan menunjukkan arloji pada lengan kirinya.

Aku pun menatapnya lekat dan memeluknya. Memerhatikan seluruh sisi dirinya, rambut yang tidak teratur, lengan kemeja yang tidak tergulung dengan rapi, dasi yang sudah terjuntai. Kenapa?

"Aku senang kamu ada disini" ucapku dengan merasa tangannya yang menjuntai di pinggangku kian erat.

"Aku lelah, haneul-ah" ucapnya dengan membenamkan wajahnya pada ceruk leherku.

"Aku tau. Kamu sudah melakukan yang terbaik" ucapku dengan mengusap pelan punggungnya.

"Maafkan Aku"

"Tidak. Tidak ada maaf. Sudah dulu peyuknya ya, Kak. Senyum gantengnya mana?" ucapku mengubah suasana.

"Han"

"Kak, belom makan kan? Ayo makan dulu! Aku masak lobster kesukaanmu!" Aku pun menarik tangannya ke arah meja makan dan duduk di hadapannya.

"Kok diem aja, Kak. Nanti lobsternya nangis. Mau aku suapin?" Membuatnya terkekeh dan akhirnya mulai memakan lobster kesukaannya.

"Enak ya? Iya dong. Oh iya, aku ada tebak-tebakan, nih. Mau dengar?"

"Apa?"

"Taksi, Taksi apa yang menyulitkan?" ucapku dengan merapikan sedikit beberapa helai rambutnya.

"Apa ya? Taksi elit?"

"Hahaha, coba lagi"

"Duh, kamu bikin aku makan sambil mikir, nih. Apa emang?" Ucapnya dengan sedikit memajukan bibir bawahnya. Lucu sekali.

"Okay, okay. Taksi, Taksi apa yang menyulitkan. Tak sigampang itu ku mencari penggantimu~" Dengan nada nyanyi pas-pas ku hingga dia sedikit tersedak.

"Hati-hati kalau makan tuh, bisa pelan-pelan gak, sih?" Ucapku panik dan segera mengambilkan minum untuknya.

"Uhuk-uhuk. Abis kamu, ya. Aku ga expect kalau jawabannya itu. Hahaha yampun lucu banget"

"Ada-ada aja. Kamu mau mandi gak abis ini? Biar aku hangatin dulu airnya" Ucapku hendak beranjak dari meja makan.

"Kalau dilihat-liat, kita udah seperti keluarga, ya?" ucapnya dengan menundukkan kepalanya.

"Iya, kamu seperti abangku sendiri" Dia berhenti melamun dan menatapku.

"Bukan itu maksudku. Kok kamu malah anggap aku keluarga kandung"

"Kan kamu yang bilang, gimana sih?" Ucapku dengan hendak melanjutkan langkahku. Namun tercekal olehnya.

"Kamu marah, ya?" Aku mengernyit sejenak dan tersenyum.

"Terus Aku harus bilang apa ya, Kak? Aku ada salah apa?"

"Kamu udah gak sayang sama Aku, ya? Kok malah anggap aku kayak Abang" ucapnya dengan menunduk.

"Yauda, kamu kapan nikahin Aku? Besok minggu, gimana?" Lagi-lagi dia menatapku dengan terkejut dan mengalihkan pandangannya.

"Kan? Dah, lepasin dulu. Kamu bau nih Aku gasuka kalau ini. Bau tante-tante" Aku pun melarikan diri setelah mengatakan itu. Dia hanya menatapku dengan senyumnya menahan malu.

"Awas, ya! Ngeselin banget dibilang bau tante-tante!"

Ya, benar. Itulah dirinya. Makhluk paling heboh sedunia. Tetap jadi sosok yang ekspresif, ya. Aku bingung kalau kamu memilih diam dan menyembunyikan apa yang kamu rasain.








For Godshaker, i love you for all your perfect imperfections, Kak. I'll be here with you until dusk and dawn.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FABULOUS📸Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang