[21] Main

11 0 0
                                    

"Shi-"

"Aih, teamnya kok gini sih!"

"KE KANAN! KENAPA KE SITU ADUH ADA MUSUH—"

"Kak!" Panggilku mengalihkan pandangannya ke arahku. Untung saja, jika tidak tombol-tombol keyboard itu akan terlepas lagi dari tempatnya.

Aku pun mendekat padanya dan membawakan cemilan yang dia sukai sembari memeluk lehernya dari belakang.

"Sebentar ya, sayang. Dikit lagi selesai kok" ucapnya tanpa mengalihkan pandangannya ke arah monitor.

"Gapapa kok. Ayo menangin!" Ucapku dengan melepas pelukan dan beranjak duduk di sofa dekat dengan kursi gamingnya.

Aku sangat suka melihatnya berambisi akan sesuatu entah itu pekerjaan, tugas perkuliahan, atau permainan seperti ini. Melihat reaksi ketika dia memenangkan sesuatu membuatku merasa bahagia melebihi apapun.

"NAH GITU! 1 orang lagi, ya"

Dibandingkan merasa bosan karena diabaikan, diriku merasakan hal sebaliknya. Aku suka ketika menatapnya dalam diam dengan durasi waktu yang cukup lama.

"Gue liat. Yes!!!!!! Good game, guys. Thank you!"

Aku pun hendak menghampirinya lagi, namun dia mengisyaratkanku untuk tetap di sini. Dia datang dan menindih memelukku.

"Manja sekali, Kak" ucapku dengan mengusap pelan rambutnya.

"Kenapa? Kamu gasuka?" Tanya dengan sedikit mendongak padaku.

"Hahaha, tidak. Kamu lucu sekali soalnya seperti bayi"

"Bayi yang bisa membuat bayi, benar?" Aku tertegun. Tidak biasanya Kak Seokjin seperti ini.

"Nikahi aku dulu!" ucapku dengan sedikit menjauhkan diri sedikit darinya.

"Akan kulakukan, mau hari apa?"

"Huh? Kamu mau ajak nikah atau mau ajak main game? Tidak ada romantis-romantisnya"

"Yasudah jika tidak mau" Ucapnga dengan berduduk sila dan menatapku intens.

Kami hening beberapa menit.

"Kenapa kamu menatapku begitu?"

"Kamu juga menatapku ketika aku di sana bahkan dengan tersenyum ambigu. Rasanya kamu ingin memakanku"

Mendengar hal itu, aku tertawa dan berdiri, menarik diri mendekati dirinya. Mendudukan diriku di pangkuannya dan mengalungkan tanganku di leher jenjangnya. Diikuti dengan lengannya yang menangkup pinggangku.

"Itu tidak seperti yang kamu pikirin. Pikiran kamu aneh-aneh saja" ucapku dengan sedikit mencubit pelan hidungnya.

"Kamu, terus kenapa?" Tanya dengan sedikit menengadah.

"Karena aku, bersyukur punya kamu" Tatapannya seketika menjadi lebih sayu.

"Sungguh, bahkan aku tidak tau harus bagaimana mengungkapkan hal ini, Kak. Aku sangat bersyukur akan kehadiran kamu dulu hingga kini."

"Bahkan saat kamu berjalan membelakangiku dan menggenggam tanganku. Aku tertunduk mengagumimu"

Aku pun menjulurkan tanganku dan merasakan ukiran indah tuhan di wajahnya.

"Hanya sekedar mencintaimu, itu tidak cukup, Kak. Aku mengagumimu dan menyayangimu melebihi dari itu"

"Kau membuatku seperti ini, Kak" Kak Seokjin hanya diam dan menyisipkan helai rambutku ke sisi telingaku. Dengan tanpa aku sadari setitik air mataku dapat lolos begitu saja padahal sudah mati-matian ku tahan.

"Kau menangis?" Tanyanya kebingungan

"Huh? Tidak. Ungh, kau memakai dukun ya?" Dia menyeka air mataku dengan ibu jarinya.

"Kau sangat mencintaiku, ya?"

"Kak! Menyebalkan sekali" jelas. Mengapa harus ditanyakan lagi.

"Kemarilah" ucapnya dengan menarikku ke dalam pelukannya. Aku dapat mendengar suara detak jantungnya yang begitu cepat namun menenangkan.

"Kau mendengar laju jantungku?" Aku pun mengangguk.

"Itulah yang kurasakan ketika mendengar ucapanmu dan bentuk perasaanku padamu" Aku mengernyit.

"Bukankah walaupun dengan orang lain juga jantungmu akan berdetak?" Dia menggeleng.

"Tidak akan. Karena jantungku hanya akan berdetak lebih cepat jika denganmu"

His simple words. Hanya dengan ucapan singkatnya aku dapat tersipu dan semakin jatuh cinta padanya.

"Haneul-ah"

Aku menengadah menatap iris hitam lekat matanya.

"wanna dating with me?"








Loving you with all of my heart is the greatful thing.

FABULOUS📸Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang