[9] Alasan

16 2 0
                                    

♡♡

Beberapa minggu kemudian

Hari ini aku sedang menjalankan kegiatan kuliah-rapatku seperti biasa. Aku memang tidak terlihat terlalu serius akhir-akhir ini. Karena beberapa hal bahkan Kak Yoona sudah sering datang ke apartemen seenaknya. Sejujurnya Kak Seokjin tidak menyukainya. Tapi jika tidak, wanita itu akan mengadu pada Ayahnya. Menyebalkan.

"Haneul? Apakah kamu mendengarkan?"

"Ya?" Aku terkejut karena panggilan Kak Jimin yang tiba-tiba. Kak Jimin pun mengela napasnya.

"Kita istirahat sebentar, ya" Ucapnya yang membuat seluruh anggota berpencar seketika. Aku hanha merenung, entah apa yang ada dipikiranku saat ini.

"Kamu ada masalah sama Kak Seokjin?"

"Kak Seokjin sudah dijodohkan"

"Aku tau" Pandanganku langsung tertuju padanya.

"Apa?" Kak Jimin hanya menghela napasnya.

"Kamu sudah tanyakan alasannya? Dan sudah tanya perasaanya? Sudah tau apa saja? Sudahlah kamu tenang saja. Kak Seokjin tidak sebodoh itu"

Sungguh aku tidak dapat berpikir jernih, aku tidak mengerti.

"Maksudnya, Kak? Tapi bahkan dia membawa wanita itu jika ke apartemen, Kak"

"Yampun, Cil. Kamu tuh kenal Kak Seokjin berapa lama sih?" Aku hanya diam dan memerhatikannya.

"Biarkan, dia menang sekarang. Dia itu licik namun begitu mudah dikelabui" Ucapnya dan berlalu begitu saja dari hadapanku.

Sungguh aku tidak ingin berharap lebih karena takut tapi aku harus bagaimana sekarang.

——

Sekarang aku sedang berada di apartemen dan memasak kimchi jigae kesukaanku dan Kak Seokjin. Setelah semuanya selesai aku pun menelpon Kak Seokjin.

"Halo?"

Ah sial. Wanita ular ini lagi. Sekarang dia berani memegang ponsel Kak Seokjin.

"Kak Seokjin mana?"

"Lagi sibuk"

"Cepetan kasih"

"Kalau saya tidak mau gimana?"

Aku pun mematikan ponselnya dan menunggu 20 menit dan menelpon Kak Seokjin lagi.

"Hal—"

"Kak, pulang"

"Tapi saya masih ada—"

"Jika tidak pulang sekarang, aku akan bunuh diri" Aku pun memutuskan sambungan telepon tersebut dan beranjak ke kamar mandi.

Setelah tidak lama dari aku menyelesaikan kegiatanku. Seseorang memasuki apartemenku.

"Haneul-ah!" Aku pun keluar dari kamar dan berlari menghampirinya.

"Kamu diman—" Aku pun memeluknya dan menciumnya. Aku tidak ingin kehilanganya, aku ingin egois sekarang.

Kak Seokjin membalas ciumanku tak kalah dalamnya. Mungkin karena kami merasakan rindu yang sama. Kami pun melepas pagutan kami ketika kami membutuhkan sedikit pasokan udara.

"Mengapa kamu tiba-tiba seperti ini?"

"Apakah kamu menyukaiku kak?"

"Apakah itu sebuah pertanyaan? Apakah saya perlu membuktikannya lagi?" Ucapnya dengan mulai mendekatkan diri padaku.

"Hahaha, aku ingin memilikimu, Kak"

"Pasti, dari Jimin ya?"

"Yah, ketahuan" ucapku cemberut sehingga membuat Kak Seokjin gemas mencubiti pipiku.

"Dasar tsundere. Kamu tau, Kak. Aku sangat ingin menamparmu ketika membawa wanita itu ke sini"

"Oh, gadisku cemburu?"

"Hey, sepertinya aku ada kencan dengan Kak Yoongi" mendengar itu Kak Seokjin langsung melepas pelukannya padaku dan pergi berlalu begitu saja.

"Kakkk, makan dulu sini!" Tidak ada sahutan.

"Nanti aku suapin deh terus nanti aku temenin bobonya" Dan tiba-tiba Kak Seokjin datang seperti anak kecil dan duduk di hadapanku.

"Makan apa kita sekarang? Wah, kimchi jigae! Enak! Enak!" Ucapnya mencicipi asal kuah kimchi jigae itu. Aku hanya tersenyum dan menyiapkan semuanya.

"Cini Jinnie buka mulutnya, keretanya mau masuk, Tuttt Tutt Tutt... Aaa..Aaaammm" ucapku seperti menyuapi bayi berumur 3 tahun padahal sekarang umurnya sudah menginjak 21 tahun.

"Enak, enak!" Ucapnya dengan mengunyah makanannya lahap.

"Pintar, Jinnie" ucapku sambil mengusap sela bibirnya yang sedikit kotor.

——

"Kak"

"Hm?" Aku pun memandang wajahnya yang mulai terlelap.

"Kenapa Kakak membiarkan Kak Yoona sesukanya seperti ini? Tidakkah Kakak memikirkan perasaanku?"

"Sebenarnya aku tidak ingin menyakitimu. Tapi kamu tau, seseorang akan semakin lemah ketika merasa menang"

"Dengan melihat dan berada di dekatnya, aku banyak mengetahui kelemahannya dan kukumpulkan jadi satu. Hal itu akan menjadi bom waktu untuknya nanti"

Aku pun memeluk tubuh Kak Seokjin. Aku tidak ingin kehilangannya ataupun berpisah dengannya. Kak Seokjin pun tak kalah erat memelukku.

"Jangan tinggalkan aku ya, Kak. Aku sudah terlanjur bergantung padamu"

Ya, inilah mengapa aku tidak ingin bergantung padanya. Karena aku tidak mampu untuk kehilangannya nantinya.

"Aku yang seharusnya berkata itu padamu. Hanya kamu yang selalu ada untukku. Kumohon bantu aku lolos dari penderitaan ini"

"Kita akan melaluinya bersama, Kak. Jangan lagi bertahan sendirian. Ikut sertakan aku juga"

"Baiklah, jangan khawatir" ucapnya dan mengelus rambutku membuatku mulai menyelam ke alam mimpiku.



Yuk yuk bisa yukkkk:) pastia ada jalan.

FABULOUS📸Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang