♡♡
"Aku harap kamu mempertimbangkan semuanya, Han"
Ucap Kak Yoongi sebelum dia pulang beberapa menit yang lalu. Aku yang tidak mengerti atau aku yang menghindar untuk mempertimbangkannya. Aku bukan tanpa alasan merasa seperti ini. Aku hanya tidak ingin kehilangannya, lagi.
"Krrek"
Bunyi pintu rumah terbuka dan jelas siapa penghuni rumah lainnya yang sudah pulang. Aku tidak ingin menanggapi semua ini. Sehingga aku membaringkan tubuhku dan mulai memenjamkan mataku.
Kurasakan dia mendekat ke arahku. Dan duduk di belakangku. Namun aku tetap berpura-pura tidur. Entahlah, mungkin saja dia akan menjelaskan maksud dia melakukan ini semua.
"Haneul-ah" Aku tetap diam, tak berkutik.
"Han, kamu belum tidur, kan?"
"Jika belum, mungkin kamu dapat mendengar ini. Aku tidak tau harus memulai ini dari mana. Namun aku melakukan segalanya demi kita, Han" Aku membelalakan mataku namun tetap membelakanginya.
"Han, tadinya saat aku menang. Aku ingin menjelaskannya padamu. Namun sepertinya, aku memang tidak dapat berbohong padamu sedikit lama"
"Han, aku mengikuti balapan itu untuk suatu taruhan. Uang ini akan kugunakan untuk membungkam wanita itu"
"Agar tidak menganggu kita lagi" Omong kosong macam apa itu.
Ketika Kak Seokjin hendak pergi, aku berbalik dan mencekal lengannya.
"Tidak masuk akal. Jadi kamu mau membayar wanita itu?"
Kak Seokjin dengan cepat membalikan tubuhnya.
"Bukan begitu. Tapi aku-aku hanya—"
"Pengecut. Jika ada suatu hal, bicarakan. Entah mengapa aku mulai tidak merasa kita berada pada posisi yang seharusnya"
"Maksudmu?" Aku pun mulai melonggarkan cekatanku padanya dan luruh menggenggam tangannya.
"Kak, aku merasa jika semesta mulai menunjukkan bahwa kita tidak seharusnya bersama"
"Han—"
"Kak, aku sudah cukup bergantung padamu. Mungkin ini saatnya aku untuk percaya pada diriku sendiri" Aku pun melangkah untuk merapikan barang-barangku.
"Han, kamu mau ngapain?—Ha-Han— kamu mau kemana?" Ucapnya dengan berusaha menghentikanku.
"Tidak, Han. Kamu harus tetap di sini" Kak Seokjin mencekal lenganku. Aku pun menghela napasku.
"Kak, kumohon jangan seperti ini" Aku pun melanjutkan untuk memasukan barangku ke dalam koper. Ketika koperku sudah siap dan hendak pergi. Kak Seokjin tiba-tiba memelukku.
"Han, kumohon tetaplah disini. I'm sorry, okay? I'm so so sorry. I'm sorry that i let you down. Han, kamu tetap di sini, ya? Umm?" Seketika air mataku seketika lolos begitu saja.
"Kak, jangan gini. Kumohon beri aku waktu" Dia semakin mengeratkan pelukannya padaku. Hingga pada akhirnya, aku pun tak bisa menahannya dan berbalik memeluknya.
Ya, lagi-lagi aku hanya diam dan selalu melakukan hal yang sama.
---
Tidak, aku tidak bisa seperti ini. Aku hanya akan menyakiti diriku dan dirinya. Aku tidak bisa tidur atau bahkan memejamkan mata. Ketika aku melihatnya berbaring di sampingku. Hatiku semakin sakit—bahkan sulit hanya untuk sekedar bernapas.
Hingga ketika sudah mulai menjelang pagi. Aku pun bergegas pergi tanpa diketahui olehnya. Tapi aku menulis catatan untuknya. Setidaknya dia tau jika aku akan pergi beberapa saat. Sungguh, aku hanya tidak ingin dia khawatir padaku. Karena aku hanya ingin lebih berpikir jernih setelah ini.
"Maafkan aku, Kak. Aku menunggumu namun mungkin tidak selamanya jika kamu terus saja seperti ini" Ucap batinku dan memantapkan langkahku untuk menuju tujuanku.
Gwanju, 04:37 AM
KAMU SEDANG MEMBACA
FABULOUS📸
Fanfiction"Kamu tau ga kalau makan pisang goreng pas lagi panas-panas namanya bisa berubah loh" "Hah?" "Jadi Hihang Hoheng, HAHAHAHA!" [Est.2021-Never Ending]