[22] Be Ordinary

4 0 0
                                    

"Duk, Duk, Duk" suara itu terdengar lagi. Siapa lagi kalau bukan, makhluk tuhan paling seksi yang ternyata mendapati panggilan dari atasannya untuk melakukan penelitian. Lihat saja sebentar lagi dia akan memanggilku.

"Han!" aku menghela napas ku dan menghampirinya.

"Tolong siapkan sepa—"

"Sudah" Dia masih terburu-buru dengan simpul dasinya.

"Biar aku bantu" Aku pun membantu merapikan dasi, rambut dan jasnya.

"Tenang saja, okay. Gausah terburu-buru" Aku pun menatapnya dengan mendalam.

"Kamu selalu melakukannya dengan baik, Kak. Kamu tau itu, kan" Dia pun menunduk.

"Maaf, kita tidak jadi pergi. Seharusnya kan..."

"Kak, udahlah. Aku kan selalu di sini. Kita bisa lakukan apapun yang kamu mau nanti, ya"

Melihat hal itu, Kak Seokjin pun memelukku. Setelah menurutnya sudah cukup, dia berjalan melewati pintu dan pergi menuju tujuannya dengan tersenyum padaku.

Aku mengusap surai rambutku dengan peluh karena urusan mendadak dirinya di sore hari ini. Pun bergegas membersihkan badanku dan mempersiapkan diriku untuk membuat laporan hasil magangku.

Tak lama pun aku tersadar jika waktu sudah pukul 9 malam. Nyatanya Kak Seokjin pun belum pulang dari urusannya.

Kak Seokjin
21.07
Kak, sudah dimana?

Selagi menunggu balasannya, tiba-tiba saja aku mendapati panggilan video dari nomor asing. Aku pun mengerutkan dahiku melihat nomor tersebut dan mengangkatnya.

"Yak! Jimin! Mengapa kamu pakai nomor ini? Buat aku takut aja, kau sedang dimana?"

"Hei, aku sedang ada acara di sini karena perusahaan keluargaku sedang merayakan sesuatu"

"Hah? Suaramu kurang keras, bertabrakan dengan suara musiknya"

"Sebentar aku akan keluar"

"Tunggu!" Jimin pun menghentikan langkahnya.

"Coba arahkan ponselmu ke arah bartender" Jimin pun mengarahkannya.

"Bukankah itu Kak Seokjin?"

"Hah? Dia ada disini?" Jimin pun mengalihkan pandangannya ke arah Kak Seokjin.

"Wah, Hahaha. Aku tidak menyangka dia punya bakat juga" Ya, itu Kak Seokjin sedang melakukan teknik bartender dengan memutar balikkan botol seperti ahlinya dan dikelilingi teriakan wanita, lagi. Tebar pesona.

"Tolong sampaikan padanya hati-hati"

"Huh? Oh, C'mon. Aku bukan tukang pos penyampai surat cintamu, kau tahu" Aku hanya memutar bola mataku dengan malas.

"Hey, bagaimana jika kau menemuiku di sini, cukup membosankan. Tidak ada yang dapat diajak bicara".

"Tidak, terima kasih. Napasmu bau alkohol"

"Hahaha. Oh, ya? Bagaimana dengan pangeranmu? Dia asik sekali di sana coba lihat." Kak Seokjin masih berkutat dengan botol-botol itu dengan ekspresi dinginnya. Aku merasa ada yang tidak beres di sini.

"Aku akhiri panggilannya"

Aku pun menelpon Kak Seokjin segera. Beberapa lama panggilan ku terjawab.

"Kamu dimana?" Tidak ada jawaban, mendengar dari suaranya pun aku mendengar dia menghelas napas.

"Kamu hanya perlu menjawab Iya atau Tidak dari pertanyaanku. Mengerti?"

"Iya"

"Kamu sedang berada di Club?" Beberapa detik Kak Seokjin terdiam.

"Ya" Aku tidak siap tapi aku sangat ingin dia pulang.

"Kamu perlu bantuan?"

"Tidak"

"Kau bisa melakukannya?"

"Iya" Aku pun menarik napasku perlahan.

"Aku merindukanmu. Kamu bisa pulang sekarang?"

"Iya"

"Aku tunggu 30 menit jika tidak aku akan ke sana. Tidak ada negosiasi."

Sambungan kami terputus.

Tanpa sadar air mataku menetes begitu saja. Harus bagaimana lagi aku menampung perasaan ini. Selama ini aku mengira sudah cukup mengenalnya. Namun nyatanya banyak sekali kabut-kabut yang menghalangi kami. Seberapa banyak lagi yang belum ku ketahui.

"Kau semakin sulit untuk ku definisikan, Kak. Aku takut tersesat."








and until now, i still love the way you lie.

FABULOUS📸Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang