[10] Lagi?

12 1 0
                                    

♡♡

Aku mulai membuka mataku ketika merasa terganggung dengan sesuatu di wajahku. Ya, hal random lainnya yang dilakukan olehnya.

"Ngapain sih, Kak? Niup-niup wajahku begitu. Dasar gajelas" ucapku dengan tersenyum dan menangkup lengannya.

"Sudah bangun ternyata"

Beberapa detik berlalu dengan kami yang saling menatap. Aku pun mengalah dan mengalihkan pandanganku.

"Kok balik badan sih?" Kak Seokjin membalikkan badanku menghadapnya lagi.

"Terus kita tatap-tatapan gini terus?"

"Iya"

"Aku mau ambil minum tapi"

"Gaboleh" Kak Seokjin terus saja mengurungku dalam pelukannya. Aku pun terkekeh geli melihatnya.

"Mau sampe kapan begini? Kakak gak lapar?" Dia hanya menggeleng dan tetap menatapku.

"Aku kasih tebak-tebakan deh, kalau Kakak bisa jawab nanti aku bakal di sini terus sampai Kakak puas. Gimana?"

"Aku pasti akan menang sih" Aku menghela napasku.

"Iya sih, Kakak kan handal dalam melakukan apapun"

"Bahkan dalam ciuman, kan?"

"Yakh! Apa-apaan ini? Kenapa kamu jadi nakal gini, Kak?" Protesku dan Kak Seokjin hanya tersenyum jahil. Menyebalkan.

"Apa emang tebak-tebakannya?" Aku pun mulai menghadap padanya.

"Nih ya, hehehe. Tebak ya, Kak—"

"Apa coba?"

"Ih sabar, mikir dulu"

"Nih, Kak. Negara-negara apa yang tidak akan pernah hilang?"

"Hah?"

"Yes! Gatau, kan? Coba tebak hahaha" Kini posisiku sudah berubah jadi duduk.

"Apa, ya? Mesir? Kan dia isinya gurun pasir semua"

"Ya terus kenapa, Kak?"

"Ya, gapapa sih. Gatau nih. Apa jawabannya?"

"Nyerah, ya?"

"Iya, jawabannya apa?"

"Jawabannya Kanada"

"Kanada? Ah, Aih kamu bego-bego in saya ya?"

"Ih namanya juga tebak-tebakan. Nih aku ada lagi" tawaku menanggapinya.

"Apa?"

"Gajah-gajah apa yang ga punya belalai panjang?"

"Anak gajah?"

"Salah!"

"Oh, ini mah saya tau"

"Apa?"

"Gajah pesek, ya? Saya mah tau"

"Ih, Kak!" Kak Seokjin pun terkejut melihatku.

"Kenapa?"

"Parah banget body shaming" ucapku menuduhnya dan mulai berangcang kabur dari sana.

"Ih Kak Seokjin body shaming harus aku spill di twitter" Kak Seokjin terlihat tidak terima.

"Apa sih, emang kenapa kalau pesek?"

"Ih gaboleh hina fisik dong mentang-mentang Kakak ganteng" ucapku pura-pura tidak terima.

"Yakh! Jadi kamu bandingin aku sama gajah?"

"Waduh ada gajah ngamuk, eh— bukan deh alpaca" Aku mengejeknya dengan menirukan caranya makan yang mirip dengan alpaca.

"Gabisa, gabisa begini. Sini kamu!"

-------

Kini kami sedang berada di salah satu minimarket terdekat. Persediaan bahan dapur kami hampir habis, jadi kami pun harus ke sini.

"Kak, aku ke bagian sana dulu, ya" Kak Seokjin hanya mendeham begitu saja karena dia sedang sibuk dengan pilihan sereal yang dia inginkan.

Aku pun melangkahkan kakiku menuju rak bumbu dapur. Ketika aku hendak mengambil bumbu yang ku inginkan tanpa saja aku menabrak tubuh seseorang.

"Ah, maafkan aku" ucapku sambil menundukkan kepala.

"Tidak apa-apa. Loh, Han?" Suaranya sedikit familiar.

"Eh? Kak Yoongi? Duh, Kak Yoongi ngapain ada di depanku coba, jadi ketabrakan"

"Loh, kok kamu ngeselin banget. Kamu yang nabrak saya juga. Lihat nih barangnya berantakan. Bantuin cepet"

"Loh, tadi Kakak bilang gapapa"

"Mau saya lapor ya? Karena sudah menabrak seseorang, kriminal nih" Aku pun hanya mendengus sebal dan turut membantunya.

"Sama siapa ke sini?"

"Kak Seokjin. Nih udah" ucapku berdiri dan lanjut mengambil bumbu dapur yang tadi hendak kuambil.

"Kirain"

"Kirain apa?" Dia menatapku sejenak dan mengalihkan pandangan begitu saja.

"Enggak, mau milih yang mana cepet"

"Dih, tidak jelas Anda" ucapku menggelengkan kepala, seperti ini Kak Yoongi pada realitanya.

Setelah beberapa saat, aku baru menyadari jika Kak Yoongi mulai mendekat padaku.

"Kak?" Tak ada jawaban darinya. Perlahan ku mulai mengalihkan pandanganku menatapnya.

"Kak, bisa mundur—"

"Han" ucapnya dengan suara baritonnya. Sial, Kak Yoongi.

"Aku sebenarnya mau bilang ini saat di festival malam itu. Namun terhalang, jadi aku akan mengatakan itu sekarang"

"Han, aku menyukaimu. Maaf jika aku tidak seromantis pria lainnya. Tapi aku tulus mencintaimu dan hanya dirimu" ucapnya tanpa sedetik pun melepas pandangannya dariku. Gila, aku harus jawab apa.

"Kak, aku—" belum sempat aku menjawabnya, panggilan ponsel Kak Seokjin pun berbunyi. Dia pun perlahan muncul dari balik tubuhku dan merangkul pinggangku.

"Kutunggu nanti. Kuharap kamu mempertimbangkannya dengan baik. Aku pamit" ucapnya perlahan pergi dari hadapanku.

"Eh? Kak?"

"Tadi dia bilang apa?" Aku terdiam sebentar, namun aku berpikir ini bukan waktu yang tepat untuk mengatakannya.

"Enggak ada kok" ucapku tersenyum dan mengajaknya pergi.

Aku tau ini tidak baik tapi aku berpikir bahwa aku tidak dapat dengan begitu saja yakin padanya. Aku takut dikecewakan pada akhirnya nanti.



FABULOUS📸Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang