[12] Bangun Siang

11 1 0
                                    

♡♡

Sudah lebih dari beberapa minggu setelah kejadian di rooftop. Kini hubungan kami kembali menjadi seperti sebelumnya—entah sebelumnya seperti apa.

Kak Seokjin sibuk dengan kuliah-kerjanya dan aku sibuk dengan pikiranku sendiri. Tidak, aku akan memasuki masa magang saat ini.

Kini aku sedang menyiapkan makan siang kami. Selalu seperti ini memang, apa yang aku harapkan. Namun, aku cukup sadar diri dengan posisiku. Melihat jarum jam yang sudah menuju tengah hari dan Kak Seokjin belum juga keluar dari kamarnya. Aku pun menyusulnya ke kamar.

Aku pun mengetuk pelan kamarnya karena aku menyadari jika akhir-akhir ini dia lebih lelah dari sebelumnya.

"Kak, sudah siang. Mau makan dulu?" Tidak ada jawaban darinya sehingga aku mau tidak mau aku harus masuk ke dalam kamarnya.

Namun yang kutemukan hanya kamar kosong. Aku pun mulai menyusurinya, hingga aku mendengar gemericik air dari kamar mandi. Pantas saja dia tidak mendengarku. Jelas, lagu yang dia putar kencang sekali sepertinya.

Ketika aku hendak keluar dari kamarnya. Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka begitu saja dan muncul sosok manusia yang sedari tadi kucari.

"Loh—Han, kamu kenapa di sini?" Lihatlah, dengan tidak sopannya, hanya dengan balutan handuk di pinggangnya dia berjalan di hadapanku.

"Gak, tadi mau manggil makan aja" Kak Seokjin mengerutkan keningnya dan mulai melirikku dengan tatapan aneh.

"Kenapa ngeliatin begitu?"

"Hey, kamu sengaja, ya?" Aku pun menatapnya tidak percaya.

"Kak, jangan ngajak berantem, ya" ucapku dengan melipat lenganku di depan dada, terlihat keren di mataku pastinya.

Kak Seokjin mendekat padaku dan mengurungku dengan lengan kekarnya.

"Mau berantem? Aku mungkin tidak bisa berhenti nantinya" ucapnya dengan tatapan intimidasi.

Aku pun tersenyum dan mengacak rambut basahnya. Kemudian menangkup wajahnya.

"Pakai baju dulu sana, nanti kamu masuk angin" Aku pun melepaskan diri darinya.

"Nanti nyusul makan siang, ya. Udah aku masakin" Setelah mengatakan itu aku pun bergegas keluar dari sana. Hingga aku mendengar sesuatu.

"Bisa-bisanya malah jadi aku yang begini, manisnya"

Ya, aku tau, Kak. Emang aku itu limited edition, makanya jangan disia-siakan dong.

---

"Enak banget" Ucapnya ketika memakan masakanku. Aku pun tersenyum bangga mendengar hal itu, sudah cocok banget padahal jadi menantu idaman.

"Jelas, aku gitu loh"

"Lebih enak lagi kalau aku disuapin" ucapnya dengan cemberut yang dibuat-buat.

"Jangan manja ya, Kak. Udah bongsor gini" ucapku dengan menyentil pelan keningnya.

"Han"

"Hm?"

"Nanti malam kayaknya aku bakal pulang larut deh" ucapnya dengan nada tidak seperti biasanya.

"Bukannya sudah biasa?"

"Iya, tapi kali ini lebih malam. Jadi jangan nunggu aku pulang kayak biasanya" Aku tidak ambil pusing lagi. Karena aku ingin keadaan ini tetap seperti ini.

"Baiklah"

Aku pun berdiri mengambil piring dan mencucinya. Karena aku tidak terlalu suka dengan cucian piring yang ditumpuk. Melelahkan.

"Biar aku saja" Aku pun menoleh padanya yang sibuk dengan sabun cuci piring.

"Kak, aku bisa kok. Ya ampun-itu busanya kemana-mana"

"Gapapa, kan bagus kalau busanya banyak" Sekte mana lagi ini, ada-ada aja.

"Kak, bukan gitu konsepnya"

"Kak, ya ampun kok malah ngelemparin busanya ke aku"

"Lihat nih" Aku pun menatap Kak Seokjin langsung tertawa seketika. Bagaimana tidak, lihat wajahnya dipenuhi busa seperti jenggot.

"Kak ya ampun! Hahaha" Aku pun menambah busanya agar semakin besar.

"Jangan ditambahin dong"

"Hahaha, gapapa, Kak. Kan jadi—" ucapanku terputua ketika ponselku berbunyi. Memunculkan nama yang membuatku teringat suatu hal.

"Kenapa lama angkatnya? Angkat aja dulu. Siapa tau penting" ucap Kak Seokjin yang sudah ke arah kamar mandi untuk membersihkan kekacauan yang dia buat.

Aku pun menjauh sedikit dari sana dan mengangkat teleponnya.

"Kenapa, Kak?"

"Lagi sibuk, gak? Aku dapat kupon gratis tteobokki. Jadi keingat kamu"

"Beneran, Kak? Mau deh" Urusan makanan harus hal utama.

"Nanti aku chat aja, ya"

"Oke" Sambungan pun terputus begitu saja.

"Siapa?" Tanya Kak Seokjin dengan minuman cola di tangannya.

"Teman aku. Nanti sore ajak main"

"Jangan pulang malam. Awas saja sampai aku tau kamu pulang malam"

"Iya, Kak" Aku pun merampas colanya sedari tadi jadi perhatianku.

"Ih, kok habis sih"

"Masih terasa nih di mulut, mau?" Bisa-bisanya dia berpikir seperti itu.

"Kak, sungguh, kamu cringe banget"

"Loh gitu-gitu banyak wanita yang berbaris untuk—"

"Ya, ya, ya. Aku tidak peduli" Aku pun melewati oknum itu dengan sedikit menabrakkan bahuku yang tidak seberapa ini padanya.

"Ih, jangan ngambek gitu dong"

"Biarin"

"Han! Haneull-ah!" Ucapnya berteriak tanpa kugubris sama sekali.

Sudah tau tampan. Dasar sombong sekali.



FABULOUS📸Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang