Bab 01 - Hukuman

8 3 5
                                    

Jakarta, 25 Februari 2021.

Altha menancap gas motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Hidupnya menjadi lebih gelap setelah tiga tahun lalu Anya memutuskan hubungan dengannya lalu hilang tanpa kabar. Altha benar-benar hancur ketika malam itu Anya memilih untuk pergi disaat ia sangat membutuhkan peran Anya dalam hidupnya.

Mencari keberadaan Anya yang sampai saat ini belum ada kabar, membuat Altha kehilangan kendali. Waktu siang ia habiskan untuk balapan liar dan tawuran, sedangkan malam hari ia menghabiskan waktunya di bar untuk mabuk-mabukkan.

Pada dasarnya Altha memang anak nakal yang suka balapan, tetapi ia tidak pernah sampai berani mabuk-mabukkan. Pertama kali ia mabuk ketika tiga tahun lalu saat Anya melabrak dirinya. Itu pun diajak oleh Roni yang sudah terbiasa menenangkan pikiran dengan minuman beralkohol.

Brak!

Motor yang di kendarai Altha tiba-tiba jatuh ke aspal ketika sebuah motor CBR merah sengaja menyenggol stang motornya. Altha mengeraskan rahangnya ketika Si Pemilik motor CBR tersebut berjalan ke arahnya.

"Danil! Dasar pecundang!" geram Altha lalu bangkit dan menatap seorang pemuda berjaket hitam itu dengan tajam.

"Sampai kapan pun lo nggak akan bisa ngalahin geng gue," sahut Danil sambil menyeringai licik.

Altha melepas helm fullface-nya dan membantingkannya pada kepala Danil. Namun, gerakan Altha kalah cepat. Danil dengan cepat menangkis pukulan Altha dan melemparkan helmnya ke sembarang arah.

Sekarang Altha harus siap berkelahi tanpa senjata. Ia memberanikan diri untuk maju dan memukul bagian perut Danil. Namun, lagi-lagi Danil menangkis pukulan itu dan membalas pukulan Altha dengan meninju bagian wajahnya.

Altha mengusap sudut kiri bibirnya yang berdarah. Pukulan keras kembali mendarat di mata bagian kanannya membuat Altha mengerang karena ngilu. Belum sempat Altha membuka matanya yang masih terasa ngilu, Danil kembali mendaratkan pukulan di perut Altha sehingga Altha kehilangan keseimbangan tubuhnya dan limbung.

"Ketua geng macam apa lo?" cibir Danil. Tangannya merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan sebuah pisau lipat. Perlahan langkah Danil semakin mendekat ke arah Altha dengan pisau teracung ke atas. Bersiap menurihkan pisau itu pada bagian tubuh Altha.

Namun, langkah Danil terhenti ketika suara sirene polisi mendekat. Danil kembali melipat pisaunya dan kembali memasukkan pisau itu ke dalam saku. Ia hendak melarikan diri, tetapi polisi lebih cepat menembak bagian betisnya.

Dua mobil polisi berhenti antara Altha dan Danil, meringkus mereka berdua dan membawanya ke kantor polisi. Altha meneguk ludah kasar, ia tidak tahu bagaimana nasibnya jika pihak kepolisian memanggil kedua orang tuanya.

"Danil sialan!" umpat Altha, "Habis uang jajan gue di sita Papi!"

=====

Dengan mata kanan yang masih bengkak, Altha menatap lamat lantai pualam itu sambil memainkan jari layaknya seorang anak kecil yang sudah melakukan kesalahan. Ia sudah kembali di rumahnya sepuluh menit lalu setelah di jemput Rafi dan Mira, orang tua Altha.

"Tawuran terus!" sindir Rafi, "Kamu mau jadi apa kalo setiap hari cuma balapan dan tawuran!"

"Altha mau jadi suami Anya, Pi," timpal Altha tanpa berdosa.

"Ngawur! Anya pasti udah nikah sama cowok yang lebih baik dari kamu," tambah Mira menyentil dahi Altha.

Altha membuka matanya lebar-lebar saat Mira mengatakan hal itu. Ia masih menaruh harap pada Anya, bahkan sampai sekarang Altha belum bisa menemukan gadis lain karena terlalu sibuk mencari Anya.

Hai, Mantan. Hijrah, Yuk!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang