SDTPP - 6. Lagi-lagi Menjadi Bahan Bully

270 39 0
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak.
Happy reading💗

_________________________________________________

Tettt...

Bel istirahat berbunyi, para siswa berhamburan keluar kelas menuju kantin untuk mengisi perutnya yang keroncongan.

Jino dan Jo berdiri dari duduknya, siap untuk pergi ke kantin.

"Jo, lo bawa uler tangga yang tadi, kita lanjut main di kantin," bisik Jino pada Jo.

"Tapi kalo si Sita liat gimana?"

"Udah lo tenang aja, Sita gak bakal tau, dia gak suka makan di kantin. Udah ayok." Jo pun mengangguk mengiyakan.

"Ta, ke kantin, ya," pamit Jino pada adiknya.

"Bodoamat, mau lo pergi ke luar bumi juga gue gak peduli," sahut Sita yang tak menatap abangnya.

"Yaudah, bye." Jino dan Jo melenggang pergi menuju kantin.

Sita membuka kotak bekalnya, ia lupa untuk memakan makannya tadi pagi. Sita memang jarang makan di kantin.

Terdapat nasi putih dan ikan asin, tempe serta tahu yang menjadi lauknya. Sita menyendok makanan tersebut siap melahapnya.

"Ada yang lagi makan, nih," ucap seseorang membuat pergerakan Sita terhenti.

Sita mendongak, mendapati dua teman sekelasnya tengah menatap lurus ke arahnya. Ya, mereka adalah Tania dan Cici.

"Makan sama apa tuh?" tanya Tania.

"Lo punya mata 'kan? Lo liat aja sendiri," sahut Sita cukup kesal dengan kedatangan Tania dan Cici mengganggu waktu makan siangnya.

"Oh, makanan orang miskin," ledek Tania.

"Kalo lo ke sini cuma mau hina gue, mending lo pergi, deh, gue mau makan," usir Sita.

"Eh, buruk rupa, berani banget lo usir gue. Gue juga males kali deket-deket sama lo, yang ada nanti gue ketularan jelek."

"Ya, terus ngapain lo nyamperin gue? Mau ikut makan?"

"Gue mau peringatin lo, jauhin Jino, lo jangan deket-deket sama dia! Cewek cupu buruk rupa dan miskin kayak lo gak pantes deket-deket sama cogan kayak Jino," seru Tania tak hentinya memaki Sita.

"Apa hak lo ngatur-ngatur gue? Emangnya lo ngerasa cantik? Lo ngaca gih, kalo bukan karena bedak lo yang tebel kayak tembok sekolah, lo juga sama burik-nya kayak gue. Gue tau, ya, muka asli lo kayak gimana, dulu pas jaman baru masuk SMA muka lo item, lo samain aja tuh muka sama kaki, bagai langit dan bumi tau gak!" Ucapan Sita berhasil memancing emosi Tania.

"Dan lo ngerasa kaya? Eh, yang kaya itu orangtua lo. Duit masih dari orangtua aja banyak gaya!" sambung Sita.

Wajah Tania merah padam menahan emosi. "Tapi gue gak kayak lo! Gue punya temen, gue punya segalanya. Lo punya apa, hah? Lo gak punya apa-apa, gak ada yang mau temenan sama lo karena lo buruk rupa, lo miskin!"

"Gue gak masalah gak ada yang mau temenan sama gue. Daripada punya banyak temen tapi palsu semua. Mereka mau temenan sama lo juga karena lo anak orang kaya. Coba kalo lo miskin, Cici aja gak akan mau temenan sama lo. Iya 'kan, Ci?" tanya Sita beralih menatap Cici. Cici hanya diam, tak mengatakan apapun.

"Ci, lo, kok, diem aja? Lo tulus 'kan temenan sama gue?" tanya Tania.

"Kalo Cici diem itu artinya apa yang gue bilang bener. Mending lo gak usah gede kepala. Gak usah banyak gaya nanti meninggal!"

Sita & Tiga Pria Posesif (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang