SDTPP - 52. Gawat!

72 20 0
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak.
Happy reading 💗

_________________________________________________

Di ruang tengah, Dona sedang duduk termenung, apa lagi jika bukan memikirkan kelakuan suaminya. Begitu sesak rasanya, laki-laki yang sangat ia cintai dengan tega melukai perasaannya.

Daniel merasa tidak tega, Dona terus bersedih bahkan dia sempat tak ingin makan. Daniel duduk di samping Dona, membiarkan Dona bersandar di pindaknya.

"Mami yang sabar, ya, soal papi jangan terlalu dipikirin. Gak guna juga kita mikirin laki-laki bejad macam dia. Mami tenangin hati dan pikiran Mami, jangan sampe Mami jatuh sakit," ucap Daniel berusaha menenangkan Dona.

"Hati Mami masih sangat sakit, Mami gak nyangka papi bakalan setega itu. Mami kira hanya Mami perempuan yang papi cinta, ternyata dia mencintai wanita lain," lirih Dona, raut wajahnya terlihat begitu sendu.

"Daniel," panggil Dona.

"Iya, Mam?"

"Kamu jangan seperti papi, ya, jangan pernah mencintai dua wanita dalam waktu yang bersamaan. Kamu hanya boleh menjatuhkan hati kamu pada satu wanita. Dan kamu sudah memilih Sita, kamu jangan pernah menyakiti perasaan dia. Kamu sudah punya Sita, jangan sampe kamu mencintai wanita lain. Kamu harus ingat Daniel, kalau kamu menyakiti perasaannya, sama aja kamu menyakiti perasaan Mami."

Entah mengapa Daniel begitu tertampar dengan ucapan Dona. Daniel terdiam, pikirannya tertuju pada Sita, ia merasa tak yakin dengan dirinya, ia takut akan menyakiti perasaan Sita saat Sita tahu suatu kebenaran yang selama ini Daniel sembunyikan.

Hari semakin sore, sudah waktunya Ferdi untuk pulang. Ia masuk ke dalam rumah menghampiri Dona yang tengah bersama putranya.

"Permisi, Bu," ucap Ferdi mengalihkan perhatian keduanya.

"Eh, iya, Pak?" tanya Dona, berusaha merubah raut wajahnya seperti biasa.

"Maaf saya lancang masuk ke sini, soalnya tadi saya panggil nggak ada yang nyaut."

"Iya, nggak apa-apa, kok. Pak Ferdi udah mau pulang, ya?"

Ferdi mengangguk. "Iya, Bu, kerjaan saya udah selesai, saya mau pamit pulang."

"Oh, iya, silakan. Tapi tunggu sebentar." Dona merogoh sejumlah uang dari saku celananya, lalu menyodorkan uang tersebut pada Ferdi. "Ini uang buat Bapak."

"Lho, saya 'kan baru beberapa hari kerja di sini," heran Ferdi.

"Nggak apa-apa ambil aja, siapa tau Bapak lagi butuh uang."

Ferdi memang sedang membutuhkan uang itu, ia pun menerimanya. "Terima kasih banyak, Bu."

"Sama-sama."

"Kalo gitu saya pamit."

"Pak, biar saya anter, ya," ujar Daniel.

"Eh, nggak perlu, saya bisa pulang sendiri," tolak Ferdi.

"Gapapa, sekalian saya mau ketemu Sita. Ayok, Pak." Daniel berjalan lebih dulu menuju garasi, Daniel akan mengantar Ferdi menggunakan mobil.

Kini keduanya sudah berada di dalam mobil. Daniel mengendarai mobil miliknya yang merupakan kado ulang tahun dari papinya. Ya, dulu Tedi begitu sayang dan peduli pada anak dan istrinya, namun sikapnya berubah ketika dia mengenal perempuan yang kini menjadi istri keduanya.

"Sebelumnya makasih Den Daniel udah mau anter Bapak pulang," ucap Ferdi memecah keheningan di antara keduanya.

"Sama-sama, Pak."

Sita & Tiga Pria Posesif (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang