SDTPP - 7. Rapuh

203 36 0
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak.
Happy reading💗

_________________________________________________


Bel masuk sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, semua murid sudah masuk ke dalam kelasnya masing-masing. Jino dan Jo saat ini tengah duduk di kursinya, Jino dengan senyum yang mengembang dan Jo dengan raut wajah yang terlihat sendu. Pasalnya hasil dari bermain ular tangga tadi Jino lah yang menjadi pemenangnya.

Jino mengangkat satu kakinya lalu ia taruh di atas kedua paha Jo. "Pijitin kaki gue," perintah Jino, mau tidak mau Jo pun menuruti perintah sang pemenang.

Pandangan Jino tertuju pada kursi Sita yang masih kosong. Sita belum masuk ke kelas, di mana dia sekarang?

"Jo..." panggil Jino.

"Hm?"

"Lo liat Sita gak?"

"Nggak, emang Sita ke mana?"

Jino menoyor kapala Jo. "Bego, kalo gue tau gue gak akan nanya." Jino kembali menurunkan kakinya. "Gue mau cari Sita, takut dia kenapa-kenapa."

"Gue ikut."

"Yaudah, ayok."

Keduanya keluar kelas mencoba mencari keberadaan Sita.

Mereka menelusuri lorong kelas yang sepi, hanya ada beberapa murid saja yang masih berada di luar kelas. Jino dan Jo menghampiri dua orang siswi yang tengah duduk di depan kelasnya.

Keduanya yang melihat kedatangan duo J sontak merapikan rambut dan menampakkan senyum terbaiknya.

"Demi apa duo J nyamperin kita?" ucap salah satu siswi pada teman di sebelahnya.

"Ini gak mimpi 'kan? Jangan-jangan Jino sama Jo mau ngajak kita jalan."

Jino dan Jo berhenti tepat di hadapan dua siswi itu. "Hai, Jino, hai Jo," sapa keduanya secara bersamaan.

"Ada apa kalian nyamperin kita? Tumben banget."

"Kalian liat Sita gak?" tanya Jino sontak senyuman keduanya hilang. Raut wajah kedua siswi itu seketika berubah, ternyata duo J menghampirinya hanya untuk menanyakan Sita. Siapa yang tak kenal Sita? Sama halnya dengan duo J yang terkenal karena memiliki paras yang tampan. Sita juga terkenal karena sering jadi bahan bully siswi populer di SMA Nusantara.

"Lo ngapain nyariin si buruk rupa itu?"

"Nama dia Sita bukan si buruk rupa!" timpal Jino sedikit meninggikan nada suaranya. Jino tak terima mereka menyebut adiknya dengan sebutan itu.

"Jadi lo liat Sita atau nggak?" tanya Jino lagi.

"Tadi sih pas jam istirahat gue liat Sita di lapangan, dia diketawain sama anak yang lagi nonton basket gara-gara dia kena bola terus jatoh. Darisitu dia pergi tapi gue gak tau dia pergi ke mana," jelasnya.

'Pantes Sita gak ada di kelas, saat ini dia pasti lagi di suatu tempat buat nenangin diri. Sita pasti lagi sedih banget.'

"Oke, makasih," ucap Jino lalu kembali melangkahkan kakinya diikuti oleh Jo. Kedua siswi itu menatap kepergian Jino dan Jo dengan wajah kesal.

"Mereka, kok, nyebelin, sih? Ngapain coba pake nyariin si buruk rupa itu. Emang dasar, ya, si Sita, pake pelet apa, sih, dia sampe bisa naklulin cogan jutek kayak Jino?"

Jino dan Jo kembali mencari keberadaan Sita. Mereka menelusuri setiap lorong kelas, namun tak menemukannya.

"Jin, kayaknya Sita gak ada di sekolah, deh," ujar Jo.

Sita & Tiga Pria Posesif (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang