SDTPP - 68. Ternyata Benar Cinta

77 15 0
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak.
Happy reading 💗

_________________________________________________

Kedua alis Ferdi mengerut, tak mengerti maksud ucapan Bagus.

"Maksud kamu apa, Gus, kenapa kamu bilang Daniel gak baik?" tanya Ferdi.

"Jadi gini, Yah, Daniel udah bikin Sit-"

"Pak Ferdi, tolong beliin makanan buat mami saya, tadi makanan yang saya beli tumpah soalnya," potong Daniel membuat ucapan Bagus terhenti.

"Tapi Bagus belum selesai-"

"Pak tolong, mami saya udah kelaperan," potong Daniel lagi, kemudian memberikan uang lembar lima puluh ribu pada Ferdi.

"Yaudah, biar saya belikan." Ferdi kembali menatap Bagus. "Bapak mau beli makanan dulu, ya, Gus."

Bagus mengangguk, sepertinya Daniel sengaja agar Bagus tak memberitahu Ferdi. Bagus akan memberitahu Ferdi perihal Daniel lain kali.

Sepeninggal Ferdi, Daniel dapat bernafas lega untuk saat ini. Keduanya kembali saling melempar tatapan menusuk.

"Lo pasti sengaja supaya gue gak cerita tentang kebusukan lo ke bokap-nya Sita," tebak Bagus.

"Gue gak mau lo ngomong hal buruk tentang gue," sahut Daniel.

Bagus tersenyum miring. "Gak masalah gue gak bisa cerita sekarang, tapi gue pastiin nyokap sama bokap-nya Sita bakalan tau sifat asli lo."

Daniel mengangkat jari telunjuknya, menunjuk Bagus dengan tatapan nyalang. "Jangan berani-berani lo cerita soal masalah gue sama Sita ke siapapun, atau lo tau akibatnya!" tegas Daniel.

Bagus menepis kasar tangan Daniel. "Gue gak takut sama ancaman lo, tapi meski pun gue gak cerita, mereka pasti bakalan tau dari Jino atau dari Sitanya sendiri. Lagian kenapa, sih, lo musti repot-repot nutupin semuanya? Emangnya bakalan jadi masalah kalo keluarga Sita tau? Lo 'kan sama Sita udah gak ada hubungan apa-apa, dan lo sendiri yang bilang lo gak suka sama dia. Jadi apa masalahnya kalo mereka tau?" tanya Bagus, namun Daniel hanya diam.

"Gue tegasin sama lo, jangan lagi lo deketin Sita, apapun alasannya. Sekalipun lo beneran suka sama dia, lo gak pantes dapetin Sita, lo gak pantes dapet cinta dari dia. Ngerti lo?!" ucap Bagus dengan penekanan di setiap kata, kemudian kembali mengendarai motornya pergi dari sana.

Daniel masih terdiam di tempat, pikirannya tertuju pada Sita.

"Jujur, sebenernya gue sayang sama Sita dan gue gak mau putus dari dia, tapi ..."

Flashback On.

"Lo ngapain ke sini?" tanya Daniel.

"Gue ke sini mau berangkat sekolah bareng lo, dan ada hal yang mau gue omongin."

"Soal apa?"

"Soal hubungan lo sama Sita," sahut Risa.

Dahi Daniel mengerut. "Soal hubungan gue sama Sita?"

"Iya, gue mau hari ini juga lo putus sama dia," pinta Risa.

"Putus? Gak bisa gitu dong, Sa, kalo gue putus sama Sita sekarang, nanti mami curiga," jawab Daniel tak setuju.

"Niel, Tante Dona 'kan udah mulai bisa terima gue, jadi buat apa lagi lo pertahanin hubungan lo sama Sita?"

Daniel terdiam, rasanya berat untuk ia melepas gadis itu.

Sita & Tiga Pria Posesif (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang