SDTPP - 17. Boneka Beruang, Siapakah Pemberinya?

116 30 1
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak.
Happy reading 💗

_________________________________________________

Sita duduk menghadap ayahnya yang tengah memeriksa ponsel miliknya. Sita sangat berharap ponselnya dapat diperbaiki.

"Gimana, Yah?" tanya Sita memecah keheningan.

"Kayanya musti diservis, deh, besok Ayah bawa ke konter."

Sita menghela napas kasar. "Semoga aja hp Sita secepatnya bisa diperbaiki."

"Kamu jangan sedih, Ayah akan bawa hp kamu ke konter yang bagus."

"Tapi ... emangnya Ayah punya uang buat benerin hp Sita?" tanya Sita dengan ragu.

"Ayah bakalan coba cari kerjaan lagi besok. Kamu doain Ayah, semoga cepet dapet kerjaan."

Sita mengangguk mengiyakan, sepertinya ia harus bersabar untuk ponselnya dapat diperbaiki. Sita ingin segera membalas pesan dari Bagus, Bagus pasti menunggu balasan darinya.

"Yaudah, kalo gitu Sita ke kamar dulu, ya, Yah," pamit Sita berdiri dari duduknya lalu masuk ke dalam kamar.

Sita duduk di kursi yang menghadap ke jendela. Pandangannya menatap lurus ke arah langit yang saat ini tak ada satupun bintang di sana. Gelap, suram, sama seperti perasaan Sita saat ini. Ia tengah merasa tidak baik-baik saja. Pikirannya bercabang, memikirkan ayahnya yang belum mendapat pekerjaan, ponselnya yang rusak, tentang sahabatnya, juga kekasihnya, Daniel.

"Apa lagi yang harus gue lakuin buat bantu ayah sama bunda? Gue merasa jadi anak yang gak berguna, gue gak bisa apa-apa," lirih Sita matanya kini mulai berkaca-kaca. "Gak ada satupun tempat yang mau terima gue. Kalo gue cantik, mungkin gue bakalan mudah buat dapet kerjaan," sambungnya, sedetik kemudian air matanya jatuh, namun ia segera menghapusnya.

"Bagus ... gue butuh lo, kapan lo dateng buat nemuin gue? Gue gak kuat pengen unyeng-unyeng lo karena bikin gue nunggu selama ini," gumam Sita tak sabar ingin segera bertemu dengan sahabatnya.

Pikiran Sita beralih tertuju pada Daniel. Sita masih sangat merasa penasaran, siapa gadis yang bersama Daniel saat pulang sekolah.

"Cewek itu ... apa mungkin Daniel ..." Sita segera menggeleng cepat. "Nggak, gak mungkin Daniel selingkuh. Kita aja baru pacaran, gue gak boleh mikir yang nggak-nggak. Gue harus tanya ke Daniel besok."

Sita kembali terdiam, sesekali menghela napas panjang. Ia terus menatap langit meskipun tak ada yang bisa ia lihat di sana.

Sita...

Terdengar suara sayup memanggil namanya, sontak Sita menoleh ke kanan dan kiri mencari sumber suara itu.

"Kok, kayak ada yang manggil gue, sih?" Tiba-tiba Sita merasa bulu kuduknya berdiri. "Duh, kenapa jadi merinding kayak gini? Perasaan ini bukan malem jum'at, kenapa jadi horor gini, ya?"

Sita merasakan ada sebuah tangan menepuk pundaknya. Tubuh Sita seketika mematung, matanya membulat sempurna. Dengan tubuh yang gemetar, Sita memberanikan untuk menoleh. Perlahan ia membalikan tubuhnya, dan

HUAAA!

BUGH!

"AW, PALA GUE BENJOL!" pekik Jino yang mengelus-ngelus kepalanya. Ya, ternyata itu bukanlah hantu, melainkan Jino yang berniat menjahili Sita. Bukanya teriak ketakutan Sita malah refleks memukul kepala Jino dengan buku novel yang lumayan tebal. Niat menjahili malah ia yang kena batunya.

"Jino kampret! Ngapain lo masuk ke kamar gue?" umpat Sita meminta penjelasan.

"Tadinya gue mau nemuin lo, terus pintu lo kebuka sedikit, gue liat lo kayak lagi ngelamun, yaudah gue berniat buat jailin lo, tapi malah kepala gue kena pukul," jelas Jino sambil terus mengelus kepalanya.

Sita & Tiga Pria Posesif (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang