***
Jika boleh meminta, aku tidak ingin dilahirkan dalam keadaan yang seperti ini.
_12_
Raka yang mendengar nama Kevin langsung menoleh. Kevin, nama yang selalu Jean sebutkan sebagai pelaku utama pemukulan Ananta kala itu.
Ah, ini buruk! Raka bergegas menarik lengan Anan, memaksa remaja itu untuk berdiri di belakangnya. Tubuhnya memang lebih mungil, tapi jika diadu kekuatanya pasti akan lebih dibanding Anan. Percayalah, dia itu kuat.
"Mau apa kamu?!"
Raka menatap Kevin garang, membuat suasana canggung yang tiba-tiba saja tercipta di antara mereka. Ya, bukan apa-apa, Kevin tiba-tiba saja menggaruk temgkuknya sembari tertawa.
Di mata Raka, itu adalah strategi musuh!
"Muka gue keliatan jahat banget ya? Duh maaf nih, dah cetakan dari lahir."
'Itu tipuan!' Raka memantrai dirinya sendiri dengan mengatakannya berkali-kali.
"Raka udah. Dia itu temenku." Suara Anan terdengar sedikit bergetar, dan Raka mendengarnya dengan jelas.
"Tapi Nan-"
"Gue gak mau ngapa-ngapain elah! Cuma mau ngomong ama Ananta. Udah gitu aja."
Raka menoleh ke Anan yang mengangguk. Remaja itu menghela nafas panjang sebelum akhirnya melepaskan cengkramannya pada lengan Anan. "Awas ya! Cuma ngomong, gak ada adegan pukul-pukulan!"
"Iya bawel! Lo tunggu aja pesenan lo."
Remaja itu mendecih. Kevin itu sombong sekali, pikirnya. Matanya mengikuti arah Kevin dan Ananta yang telah duduk berhadapan, cukup jauh darinya. Padahal ia juga ingin tahu apa yang mereka bicarakan.
Drrttt...
Raka merogoh ponselnya, seseorang menghubunginya. Dan dengan terpaksa Raka mengangkat panggilannya.
Beralih pada Anan, sungguh sebenarnya ia masih takut pada Kevin. Bagaimana jika ia lagi-lagi dikeroyok seperti kemarin. Sakitnya bahkan beberapa kali lipat dari yang pernah ia rasakan sebelumnya. Ah, ia tidak kuat membayangkannya lagi.
"Gue minta ma-"
"Udah aku maafin. Tolong jangan bahas itu lagi. Aku udah berusaha buat lupain, kok." Anan mengembangkan senyumnya.
"Nan, jangan baik kayak gini. Gue udah keterlaluan sama kalian berdua. Jujur gue malu, Nan. Gue udah ngelakuin sejauh ini, nurutin emosi gue. Gue harusnya nerima hukuman dari lo."
Hukuman? Anan menggeleng cepat. Kata itu mengingatkannya pada bunda. Tubuhnya ikut merespon. Ini tidak baik! Ia bisa mendengar teriakan bunda berdengung di telinganya. Suara pukulan itu sangat menggangu!
Anan menutup kedua telinganya erat, matanya juga terpejam. Sebelumnya ia tidak seperti ini. Sosok bundanya kembali lagi setelah sekian lama pergi. Wajahnya yang garang juga makiannya. Anan dapat mendengarnya dengan jelas!
Puk!
"Nan? Lo gak papa kan?"
Kesadarannya kembali seketika, Kevin menepuk bahunya. Matanya membelalak seketika. "K-Kev-"
"JAUHIN ADEK GUE!"
Keduanya menoleh, mendapati Juna yang terlihat terengah-engah, diikuti dengan Jean di belakangnya. Mereka berlari? Ada apa?
Raka menyusul setelah selesai membayar pesananya. Ah, ini buruk! Sesuai dugaannya sebelumnya. Ya, yang menelpon tadi adalah Jean. Remaja itu menghubunginya, berniat untuk bertanya apa mereka masih lama. Tapi entah mengapa, ketika ia menyebut nama Kevin, suara Jean berubah. Juna menyambarnya dengan banyak pertanyaan secara tiba-tiba, lalu setelahnya panggilan terputus secara sepihak.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANDROMEDA (TAMAT)
Fanfic(Brothership) "Ketika mencoba untuk lebih berani, semua rasa sakit yang dirasa tidak seburuk luka yang diterima." ... Arjuna, aku memutuskan untuk menulis ini karena aku tidak bisa menjawab semua pertanyaanmu saat itu. Andai kamu tahu, aku ini muna...