🌻10🌻

1.7K 205 5
                                    

***

Tentang bunda, maaf karena semua permasalahan ini bersumber dariku.

_10_

"Jeje yang gendong!"

"Raka aja!"

Mama Wina menghela nafasnya ketika lagi-lagi pertengkaran terjadi di antara Jean dan Raka.

"Aku bisa jalan sendiri kok-"

"GAK BOLEH!"/"BAYI DIEM!"

Ananta langsung terdiam. Percuma saja ia melayangkan protes pada kedua sahabatnya itu, mereka sama-sama tidak mau mengalah.

Setelah dirawat selama lebih dari 24 jam, akhirnya Ananta diperbolehkan untuk pulang. Lukanya tidak begitu parah, hanya saja ia disarankan untuk tidak banyak melalukan aktivitas yang berat.

Ngomong-ngomong, ayah dan Juna belum terlihat batang hidungnya sejak kemarin, padahal hari ini adalah hari libur. Ayah juga tidak akan bekerja di hari libur. Ia jadi cemas. Apakah terjadi sesuatu kepada Juna? Karena seingatnya, Juna-

"Papa aja yang gendong. Nan, ayok naik ke punggung Papa."

Anan terdiam sesaat. "Ta-tapi Anan berat." Lirihnya yang mengundang dengusan dari kedua sahabatnya itu.

"Papa kuat kok. Ayok naik, kasihan Papa udah jongkok gitu kayak ayam nyari makan."

Yang lainnya menahan tawa, berbeda dengan Papa Yudha yang mendengus. Sepertinya Jean sedang membalas dendam kepada papanya.

Akhirnya, remaja 16 tahun itu turun dari ranjangnya dibantu Mama Wina yang kebetulan berada disampingnya. Anan mengalungkan kedua tangannya di leher tegap Papa Yudha, dan sesaat kemudian tubuhnya terangkat ketika Papa mulai beranjak.

"Gak berat kok. Kamu jarang makan ya, Nan? Kita mampir ke tempat makan ya, kamu harus makan yang banyak."

.
.
.

"Ayah gak pernah ngajarin kamu berantem, Juna! Mau jadi apa kamu, hah?!"

"Juna cuma-"

"Cuma apa?! Ayah sampai gak bisa nemuin adik kamu karena ngurus permasalahan kamu di sekolah!"

"Ta-tapi, Yah-"

"Tetap di rumah sampai Ayah pulang!"

Entah sudah berapa kali Juna menghembuskan nafasnya kasar. Bosan sekali! Harusnya ia tidak membuat ayah kesal, agar ia dapat menghabiskan waktu liburannya dengan bersepeda di luar, seperti biasa. Bukannya jadi tidak berguna dengan terus saja berbaring di sofa ruang tengah seperti ini.

Sebenarnya apa yang membuat ayah sangat marah? Pria paruh baya itu bahkan sudah mengetahui semua permasalahannya. Sudah jelas ia hanya-

Ah, Ananta.

"Ngapain sih gue bantuin dia?!"

Tapi lagi-lagi remaja itu menghembuskan nafasnya kasar. Hatinya sedikit lega, entah karena apa.

"WOY! LO MANUSIA KAN?!"

Baru saja Juna berguling, mendekatkan tubuhnya dengan sandaran sofa, tiba-tiba saja teriakan yang menggelegar mengagetkannya. Siapa yang bertamu malam-malam seperti ini?

"JEAN?! Lo ngapain-"

"Ssst... Bayi gue lagi tidur! Cepetan nyalain lampunya!"

Juna mendengus, tapi remaja itu tetap saja menuruti perkataan Jean. Ia beranjak dan menyalakan semua lampu di rumah. Ternyata sudah larut, bisa-bisanya ia tidak sadar.

"Kenapa diem? Gak berat lo ngangkat dia?"

Ya, Juna sebenarnya agak kasihan dengan sahabatnya itu. Anan mungkin lebih pendek dari Jean, tapi tubuhnya lebih berisi dibanding Jean yang- ah sudahlah!

"Berat Jun! Tapi gue tuh gak tau kamarnya dimana! Anter gue cepet!"

Lagi-lagi Juna mendengus. Kenapa tidak mengatakannya sejak tadi?

Mereka berakhir di kamar Anan yang cukup luas. Tentunya dengan Jean yang kini tengah terkapar di lantai yang terselimuti karpet berbulu, untungnya.

"Gila! Gue ga nyangka, papa boongin gue! Tadi katanya enteng, eh ternyata berat juga."

Inginnya Juna tertawa, tapi ia memilih untuk menahannya. Ia lebih memilih untuk duduk berselonjor, menyender ranjang milik Anan.

"Memangnya Papa Yudha kemana? Kok lo cuma sendiri?"

Sepertinya pertanyaan Juna salah, karena Jean tiba-tiba saja berubah mendung. Ya, karena Jean itu berlebihan, jadi Juna bukannya prihatin malah kesal dibuatnya.

"Gue kayaknya udah gak dianggap anak deh! Gue diusir! Mereka udah punya anak baru! Huweeee!!!"

Jika sudah seperti ini, selamat tinggal pada kedamaian hidup seorang Arjuna Gala Mahesa!

"GUE MAU TIDUR SAMA KALIAN BERDUA! GAK MAU TAU!"

Nah kan.

.
.
.

"Anan gak papa kan?"

Entah sudah yang ke berapa kalinya Raka bertanya hal yang sama kepada paman dan bibinya. Ia sebenarnya agak ragu untuk meninggalkan sahabatnya itu bersama Jean, sepupunya. Jean itu-

Oh Ayolah? Apa perlu Raka jelaskan satu per satu kekonyolan saudara sepupunya itu? Mungkin bisa-bisa ia menulis satu buku penuh berisi kekonyolan seorang Jean.

"Anan pasti bakal baik-baik aja, sayang. Anan itu udah dianggap Jean sebagai anak kandungnya sendiri. Udah percayain aja sama Jean. Lagipula, Jean pasti bakal bantu banyak buat Anan dan Juna baikan."

Iya,

Mereka diam-diam sedang merencanakan sesuatu, termasuk Jayandra yang pergi entah kemana. Operasi dadakan dengan tujuan membuat hubungan Anan dan Juna membaik. Siapa lagi jika bukan Jean otaknya?

Untungnya Anan tertidur saat perjalanan pulang, jadi mereka dapat dengan mudah melancarkan aksi mereka.

.
.
.

"Bayi! Masih malem, kok udah bangun?! Tidur lagi!"

Anan yang masih mengucek kedua matanya dibuat terkejut dengan teriakkan Jean yang sangat heboh. Ada Juna juga di dekat Jean, dari raut wajahnya, terlihat sekali remaja itu tengah menahan kesal pada sahabatnya itu.

"Kok kalian ada disini?" Nah kan, Anan jadi linglung.

Ia jadi bingung sendiri, karena seingatnya tadi ia sedang bersama Papa Yudha dan Mama Wina, tapi sekarang-

APA MEREKA BERUBAH MENJADI JEAN DAN JUNA?! Ah tidak mungkin.

Anan menggeleng cukup kencang, pikirannya sudah melayang entah kemana. Jangan-jangan, otaknya sudah berhasil terkontaminasi oleh kenyolan seorang Jean.

"Eh bayinya Jeje kenapa?! Kepalanya sakit? Jeje pesenin makanan ya? Kata papa, lo harus makan yang banyak!"

Inginnya sih menggeleng, tapi cacing-cacing di perutnya sudah berdemo, minta diisi. Ingatkan jika mereka bertiga belum makan malam.

"Je, gue kebawah dulu. Lo pesen apa aja, gue pemakan segala." Dan setelah mengatakannya, Juna langsung pergi dari kamar Anan.

Terlihat sekali Juna tidak nyaman, dan Anan tahu itu pasti karena dirinya. Juna bahkan tidak menanyakan kabarnya, padahal ia baru saja pulang dari rumah sakit.

"Dih, pemakan segala. Dikira Ayam!"

Pandangan Anan berpindah pada Jean. Ia lupa jika masih ada Jean di kamarnya.

"Oh ya! Bayinya Jeje makan bubur ayam aja ya? Mama bilang lo gak boleh makan yang terlalu berat dulu. Abis itu minum obatnya, oke!"

...

TBC

...

ANDROMEDA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang