🌻11🌻

1.7K 201 7
                                    

***

Aku tidak pernah ingin berada di keadaan yang seperti ini, Juna.

_11_

Sesuai permintaan Jean, akhirnya mereka tidur bersama-sama. Tentunya dengan akal Jean yang tidak masuk akal, Juna dan Anan tidur bersebelahan. Alasannya? Karena Jean ingin memeluk bayinya! Tentu saja.

Tapi pada akhirnya, Jean yang tengah tertidur pulas lebih mengerikan daripada saat remaja itu tersadar. Lagaknya seperti penguasa ranjang, berguling-guling tidak jelas, kakinya menendak banyak objek, termasuk Ananta yang disampingnya. Padahal ranjang Anan sudah cukup pas untuk mereka bertiga, tidak terlalu luas ataupun terlalu sempit.

Jika sudah seperti ini, bagaimana Anan dan Juna tidur?

"Pindah ke kamar gue aja."

Anan nampak ragu, awalnya. Tapi akhirnya, ia mengikuti Juna yang lebih dulu beranjak pergi, meski lebih lambat. Perutnya dan punggungnya masih terasa sakit, langkahnya menjadi pelan karena ia harus menahannya.

Untungnya, jarak kamar mereka tidak begitu jauh. Ia hanya perlu berjalan beberapa langkah, hingga akhirnya sampai di kamar Juna yang begitu kontras dengan kamarnya.

Kamar Juna bercat abu-abu gelap, berbeda dengan kamarnya yang diwarnai dengan warna-warna cerah seperti biru muda dan putih.

"Nah selesai. Lo tidur disini, gue di sebelah kanan."

Senyumnya mengembang tipis. Perlakuan Juna mengingatkannya pada sosok Juna kecil yang selalu memperlakukannya sebagai seorang adik.

Dulu Juna selalu menjaganya. Bahkan ketika mereka terjatuh, Juna berusaha untuk menahan rasa sakit demi menghibur Anan yang telah lebih dahulu menangis kala itu.

"M-ma-kasih, Jun."

"Hmm."

Akhirnya, mereka tidur berdampingan di kasur sempit milik Juna. Pulas mereka tertidur, hingga tak sadar jika mobil ayah sudah memasuki halaman rumah.

.
.
.

Paginya, Jean seperti orang kesetanan. Remaja itu terkejut setengah mati ketika tidak menemukan siapa-siapa di sampingnya. Apa jangan-jangan-

Jean bergegas keluar dari kamar Anan, lalu mengambil nafas dalam-dalam.  "BAYINYA JEJE DICULIK TITAN!"

Brukkk

Teriakannya memenuhi seluruh penjuru rumah berlantai dua itu, sampai membuat semua penghuninya terbangun. Oh ayolah! Ini masih jam 4 pagi, masih terlalu gelap untuk berteriak!

"ARGH! Jean sial! Gue jatuh dari kasur gara-gara teriakan lo yang cempreng itu!" Sahut Juna masih dalam kamar, yang tentunya langsung dibuka oleh Jean.

Cklekk.. "Bayi!"

Nah, dampaknya terlalu buruk ternyata. Untung Juna yang tertidur di pinggir. Coba saja jika Anan yang terjatuh, mungkin Jean akan lebih heboh dari saat ini.

Tapi bukannya membantu sahabatnya yang terjatuh, Jean malah lebih memilih untuk mendekati Anan. Anan mulai terbangun dari tidurnya, nampaknya ia mulai terganggu dengan guncangan di ranjang Juna. Jean terlalu heboh hingga tak sadar ia melompat ke ranjang milik Juna.

"Bayinya Jeje kenapa?!"

Jean mulai panik ketika Anan tiba-tiba saja meremat perutnya dan meringkuk kesakitan.

.
.
.

"Tuh kan apa Raka bilang?! Raka gak pernah bisa percaya sama Jean!"

Remaja itu bersungut kesal. Kedua tangannya terlipat di depan dada, dan menatap tajam ke arah Jean yang menunduk dalam.

ANDROMEDA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang