***
Pantas saja bunda selalu kesal padaku, Juna.
_14_
"Ayah cuma pergi 3 hari kok, nanti kalo udah selesai ayah langsung pulang."
Reaksi kedua anak kembar itu biasa saja, malah kelewat sepi. Hey! Ingat pertengkaran mereka kemarin? Mereka bahkan belum berbicara satu sama lain. Suasana seperti terjebak di dalam lemari es tercipta begitu saja ketika kedua mata mereka bertatapan.
Lagipula, ayah itu jarang berada di rumah. Rasanya akan sama saja. Bahkan dibanding dekat dengan ayah, keduanya lebih dekat pada sosok Pak Awan. Mereka lebih sedih karena Pak Awan tidak lagi bekerja di rumah mereka.
Ngomong-ngomong, pria paruh baya itu telah memundurkan diri dari pekerjaannya karena ingin menjadi petani di kampung halamannya.
"Kabar buruknya, gak ada yang bakal nemenin kalian di rumah ini selama ayah di luar kota."
"Palingan juga Jean kesini." Celetuk Juna.
Akhir-akhir ini, Jean memang lebih sering main ke rumahnya. Fakta menyedihkannya, sahabatnya yang selalu heboh itu lebih tertarik bermain dengan Ananta dibanding dirinya.
"Kalo Jean, ayah kurang yakin deh. Dia kan bucin banget sama bayinya. Saking bucinnya, sampai lupa mikirin yang lain."
-Uhuk!
"Pelan-pelan minumnya." Meski mengatakannya dengan datar, Juna tetap memberikan segelas air putih pada adiknya.
Anan tak sengaja menarik nafas ketika sedang meminum susunya, hingga akhirnya ia terbatuk.
Sepertinya ada yang salah pada ayah hari ini. Pria itu jarang sekali menggoda anak-anaknya. Biasanya, hal tersebut terjadi jika suasana hati pria paruh baya itu sedang sangat baik. Atau mungkin-
"Ayah gak ada niatan buat nikah lagi, kan?"
Ketiganya lalu terdiam setelah Juna mengatakannya.
1 detik...
2 detik...
3 detik...
Hingga-
"AYAH! KITA BELUM SIAP PUNYA IBU TIRI!"
-keduanya berteriak bersamaan. Memang benar-benar anak kembar. Mereka bahkan kompak meneriaki ayahnya yang malah tertawa keras.
"Gak usah ngawur, kalian!"
.
.
.Arjuna dan Ananta benar-benar tidak berinteraksi ketika berada di sekolah, bahkan sampai bell pulang berbunyi. Keduanya sama-sama sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing.
Sepeeti biasa, Anan sibuk dengan ocehan Jean juga Raka yang mengomel secara bersamaan, padahal mereka sedang berada di parkiran sepeda yang tentunya cukup ramai dan panas.
Kedua sahabatnya itu baru saja berpamitan akan ke luar kota, ke rumah nenek mereka. Padahal, baru saja Anan ingin meminta keduanya menginap, karena ayah sedang pergi ke luar kota untuk bekerja.
Sebenarnya, Anan bukanlah orang yang setakut itu untuk tinggal berdua saja dengan Juna. Tapi, sikap Juna kemarin membuatnya berpikir dua kali untuk berinteraksi bersama sang kakak.
Seharian ini pun, ia berusaha untuk menghindari kembarannya itu. Ia tidak ingin terjadi pertengkaran seperti semalam.
"Maaf banget ya, Nan. Kita udah janji buat ngunjungin nenek di hari libur."
Anan hanya mengangguk dan tersenyum menanggapi ucapan Raka. Padahal sahabatnya itu telah mengatakannya berkali-kali, tapi tetap saja.
Ia jadi rindu neneknya. Nenek meninggal ketika ia baru saja mendaftar di sekolah dasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANDROMEDA (TAMAT)
Fanfic(Brothership) "Ketika mencoba untuk lebih berani, semua rasa sakit yang dirasa tidak seburuk luka yang diterima." ... Arjuna, aku memutuskan untuk menulis ini karena aku tidak bisa menjawab semua pertanyaanmu saat itu. Andai kamu tahu, aku ini muna...