9. Gadis pembuat onar

18 5 0
                                    

"Lain kali lihat kalender," ucap pria itu di telinga Tanisha dan berjalan kembali menuju meja bar.

.......

Tanisha mematung setelah pria itu mengatakan sesuatu di telinga nya. Itu sangat dekat rasanya, terlebih lagi itu terjadi bersamaan dengan saat dia mengikat kan Hoodie nya di pinggang Tanisha.

"Tanisha? Lo mau pulang aja gak?" Tanya Yuna menyadarkan Tanisha dari lamunannya.

"Ah? Minumannya gimana?" Tanya Gadis itu balik kepada Yuna.

"Yaudah di bawa pulang aja," jawab Yuna kepada Tanisha.

"Tapi Tanisha masih mau ngelihat  Galaksi kerja. Yuna ... Boleh ya?" Ucap gadis itu dengan wajah memelas.

"Yaudah, gw kerumah lo dulu buat ambil baju ganti lo," ucap Yuna yang selalu peka dengan sahabatnya ini yang tengah jatuh cinta.

Tanisha langsung tersenyum gembira mendengar penuturan Yuna itu, dia langsung memeluk erat sahabatnya itu yang tampak memperlihatkan tampang kesal padahal dia biasa saja.

"Jangan peluk peluk!" Ucap Yuna sambil sedikit mendorong bahu Tanisha agar menjauh dari nya.

"Iya, Yuna," ucap Gadis itu bahagia.

Yuna hanya menghela nafas nya dan berjalan menuju halte bus yang tak jauh dari sana.

Setelah Yuna tak terlihat lagi, Tanisha langsung mendudukkan dirinya di bangku kosong yang ada di luar cafe.

Tak lama datang seseorang yang mengantarkan minuman Tanisha dan Yuna tadi. Dia bukan Galaksi melainkan pelayan yang memang bekerja disana.

"Kenapa gak Galaksi yang antar?" Tanya Tanisha heran kepada pelayan itu.

"Ah, itu. Galaksi kan Barista nya, bukan pelayan, jadi itu bukan tugas dia," jawab pelayan itu dengan sopan kepada Tanisha.

"Minumannya Tanisha make cinta nya Galaksi gak?" Tanya gadis itu dengan semangat.

Pelayan itu sedikit berpikir dan hanya menganggukkan kepalanya kemudian pergi dari sana.

Tanisha sangat senang melihat jawabannya walau bukan dari Galaksi langsung.

Apa mungkin Galaksi perlahan luluh kepadanya? Entah lah, Tanisha hanya berandai-andai sekarang.

"Bank berjalan gw mana?!" Teriak seorang gadis dari belakang Tanisha.

Tanisha langsung berbalik dan melihat segerombolan gadis tengah berjalan sambil menggenggam erat tangan seorang gadis berpenampilan culun.

"Nah, ini dia," ucap gadis yang tadi sambil merangkul gadis berpenampilan culun itu.

Gadis itu tampak tak bisa melawan dan hanya mengikuti perintah gadis berambut pendek yang merangkul nya itu.

Tanisha hanya memperhatikan mereka sedari tadi, dia merasa ada yang aneh dengan perlakuan mereka ke gadis itu.

"Hei, kalian! Kalian ini temenan?" Tanya Tanisha kepada mereka saat mereka ada di dekat Tanisha.

"Iya? Emang kenapa?" Jawab gadis itu dengan nada jutek kepada Tanisha.

"Masa berteman gini? Kalian manfaatin dia kan!" Geram Tanisha saat gadis berpenampilan culun itu hanya menunduk takut.

"Jangan asal nuduh ya! Kami ini temenan!" Geram gadis yang satu nya lagi yang sedang mengoles liptin di bibir nya.

"Kalo temenan, kenapa dia yang harus bayar kalian? Kenapa dia kalian perlakuan gak adil?!" Interogasi Tanisha kepada empat orang gadis di depannya ini.

"Ya suka suka kita dong! Lagian dia juga ikhlas bayarin kita. Iya kan, Clara?" Ucap gadis itu sambil merangkul gadis culun di sebelah nya.

Tanisha menarik gadis culun yang diketahui bernama Clara itu ke sebelah nya dan menatap empat orang gadis di depannya dengan sinis.

"Kalian gak boleh kayak gitu sama teman sendiri!" Gertak Tanisha kepada mereka.

"Clara! Lo mau ikut dia atau kita!" Ancam gadis itu kepada gadis culun yang saat ini tengah bersama Tanisha.

"Clara ... Kamu jangan takut, kamu pilih ikut aku atau mereka?" Ucap Tanisha meyakinkan gadis bernama Clara itu.

"Ka --- kamu," jawab Clara dengan perasaan takut.

Gadis berambut pendek itu menggeram kesal. Dia mengambil minuman Tanisha yang ada di atas meja, dan ...

Srash!

Dia menyiram air itu kearah Tanisha, sehingga membuat baju dan wajah gadis itu basah dan juga lengket.

Tanisha membuka matanya dan menatap gadis berambut pendek itu dengan tajam.

"Kamu! Gak sopan!" Gertak Tanisha kepada gadis berambut pendek itu.

"Lo duluan yang mulai!" Jawab nya tak terima.

Sekarang mereka menjadi perhatian orang orang di sana, bahkan ada yang merekam pertengkaran mereka berdua, ada juga yang membicarakan mereka.

Galaksi yang tengah menyiapkan minuman itu langsung mengalihkan perhatian nya kearah Tanisha dan orang yang tengah bertengkar di luar cafe itu.

Galaksi hanya menggelengkan kepalanya, dia tidak ingin ikut campur, tetapi entah mengapa dia merasa harus membantu gadis itu.

Tanpa pikir panjang dia langsung  berjalan kearah luar cafe itu sambil melepaskan apron yang di pakainya itu.

Biru yang baru saja kembali dari toilet langsung menatap Galaksi yang berjalan menuju pintu keluar cafe.

"Tu anak mau kemana?" Tanya nya kepada pelayan cafe yang tengah duduk bersantai di dekat meja bar.

"Palingan mau bantuin pacarnya," jawab pelayan itu sambil terus menatap kearah luar cafe.

"Pacar?" Tanya Biru lagi.

"Iya, tadi ada cewek yang datang, kek nya perlakuan nya ke Galaksi kayak orang pacaran. Mungkin aja itu pacar nya," jawab pelayan itu.

Biru hanya mengangguk paham sambil menyiapkan minuman yang masih setengah jadi dibuat Galaksi tadi.

.
.
.
.
.
.
.

Gadis berambut pendek itu hendak menampar Tanisha sebelum sebuah tangan mencekal pergelangan tangan nya.

Tanisha yang tadinya memejamkan matanya langsung membuka mata nya saat merasakan tak ada pembalasan dari gadis tadi.

"Galaksi?" Pastikan Tanisha saat melihat punggung seorang pria di depannya.

Galaksi langsung menepis tangan gadis yang hendak menampar Tanisha itu.

Galaksi langsung berbalik dan menghela nafasnya sambil menatap Tanisha jengah.

"Lo ngapain?" ucap Galaksi dengan nada datar bertanya kepada Tanisha di depannya ini.

"Tadi mereka mau malak dia sambil ngancam. Pokoknya memperlakukan dia gak adil," jawab Tanisha kepada Galaksi.

Galaksi langsung menatap gadis yang tampak ketakutan di sebelah Tanisha dan paham yang terjadi sebenarnya.

Gadis berambut pendek itu tampak terus memperhatikan Galaksi. Entah apa arti tatapan nya itu kepada Galaksi yang saat ini tengah mendengarkan penjelasan Tanisha.

Dia memiringkan senyuman seolah tengah memikirkan sesuatu. Dia langsung menarik kerah baju Galaksi dan mencium pipi Galaksi.

Tanisha yang di sana langsung terkejut dibuat nya begitu juga orang lain yang berada di sana.

Tanisha kesal, marah, cemburu, saat melihat nya, sedang kan gadis berambut pendek itu tersenyum manis kearah Galaksi.

Talaksi (END) (GHS GEN 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang