25. Permintaan kecil

12 1 0
                                    

Galaksi terkejut mendengar permintaan gadis kecil itu, tetapi dia tak mungkin tidak menuruti permintaan gadis kecil itu.

"Kalo kakak gak mau, gak apa-apa," ujar gadis kecil itu yang langsung murung.

Tidak, Galaksi tak boleh membuat nya bersedih dan memperburuk kondisi kesehatan gadis kecil itu.

"Boleh ... Tapi kamu harus sembuh, jangan banyak pikiran, dan gak boleh nyimpan semua yang terjadi sendiri," ujar Galaksi kepada gadis kecil itu.

"Iya! Janji! Tapi kakak janji bawa kak Tanisha ya!" Ujar gadis kecil itu dengan senyuman yang menerkah. "Sekarang ya."

Galaksi terkejut saat gadis kecil itu memintanya sekarang, apa yang harus di katakan Galaksi kepada wanita itu. Apa mungkin wanita itu mau? Galaksi takut wanita itu menolaknya.

"Kak ... Ayo dong, telepon," ujar Jeje memohon kepada Galaksi.

"Nanti ... Biar kakak temuin langsung," ujar Galaksi. "Tapi kakak gak bisa janji."

"Iya! Ayo! Cepat temui sana!" Ujar gadis kecil itu sambil tersenyum lebar.

Galaksi hanya bisa mengangguk, dia kemudian berjalan keluar dari ruangan gadis kecil itu.

Sebenarnya dia bingung harus berkata apa nantinya kepada gadis itu, terlebih hatinya belum siap untuk melihat gadis itu lagi.

Tetapi apa boleh buat, tak mungkin dia tak menuruti permintaan gadis kecil itu. Dia harus membuang semua ego nya hanya untuk kali ini.

Galaksi berjalan, keluar dari kawasan rumah sakit, dia berjalan menuju halte bus. Jam menunjukkan pukul setengah tiga sore, biasanya gadis itu sudah pulang.

Sebuah bus berhenti, dengan segera Galaksi menaiki bus itu. Dia berharap gadis itu tak menolaknya kali ini.

Di dalam bus dia terus memikirkan akan berkata apa nantinya, rasa Ego itu terus menguasainya.

Dia mohon, hanya untuk kali ini, hilangkan lah semua Ego itu, hanya kali ini, demi Jeje.

.....

Bus berhenti, saat dia turun dia melihat gadis itu di depannya yang hendak naik kedalam bus.

Galaksi menatap manik mata gadis itu, dan tatapan mereka bersatu seolah olah tengah mengobati rindu yang telah lama di pendam.

Terlihat gadis itu memutus kontak mata diantara mereka dan langsung naik kedalam bus.

Galaksi langsung menarik tangan gadis itu. "Gw mau ngomong," ujarnya.

Tampak Tanisha yang seolah terkejut dengan perkataan Galaksi. Setelah sekian lama tak berbicara, akhirnya Galaksi mengajak nya berbicara.

Galaksi membawa gadis itu ke tempat yang tak ramai. Mereka berdiri di bawah sebuah pohon yang rindang.

"Mau ngomong apa?" Tanya Tanisha penasaran kepada Galaksi.

"Jeje ... Dia mau ketemu sama lo," jawab Galaksi. Tanisha sedikit kecewa dengan perkataan pria itu, padahal dia sudah berharap lebih.

"O -- oh. Memang nya dia kenapa?" Tanya Tanisha kepada Galaksi.

"Dia sakit, kena kanker otak, dan dia mau ketemu sama lo," ujar Galaksi kepada Tanisha.

Tampak Tanisha terkejut dengan perkataan pria itu. "Ka --- kanker?"

"Kalo lo gak mau, gak usah di paksain," ujar Galaksi yang hendak pergi sebelum tangan nya di cegat oleh gadis itu.

"Aku pikirin dulu, nan --- nanti kalo sempat aku datang," ujar Tanisha terbata bata.

Dia melangkahkan kakinya mendahului pria itu. Dalam hati Tanisha sedikit senang karena pria itu mengajak nya berbicara setelah sekian lamanya.

Tanisha berjalan mendahului pria itu yang tampak sedang melihat ke handphone nya. Sebenarnya Tanisha ingin bertanya sesuatu kepada pria itu, tentang apa dia sudah tak memiliki perasaan kepada Tanisha?

Dengan perasaan yang campur aduk Tanisha berbalik, baru saja berbalik dia melihat seorang gadis yang hari itu menghampiri Galaksi.

"Galaksi, Temani bentar dong," ujar gadis itu kepada Galaksi sambil menggenggam tangan pria itu.

"Kemana?" Tanya Galaksi singkat.

"Bentar doang, ke toko buah untuk Jeje," ujar gadis itu sambil tersenyum lebar.

Tanisha yang melihat itu langsung berbalik kembali. Untuk apa dia bertanya tentang hal bodoh semacam itu. Tentu saja jawaban pria itu pasti seperti yang di pikirkan nya.

Dengan perasaan gusar Tanisha meninggalkan pria itu. Dia padahal sudah senang tadi, tetapi harus di patahkan oleh kenyataan bahwa ada gadis lain di sisi gadis itu.

Segera gadis itu duduk di halte. Dia mengayunkan kakinya sambil menunggu taksi atau bus lewat disana, di sebelahnya terlihat Galaksi dengan gadis itu yang juga tengah menunggu bus.

"Hai Tanisha," ujar seorang pria yang baru saja datang dengan membawa dua cup minuman. "Nih, buat lo."

Tanisha mengangkat sebelah alisnya. "Buat aku?"

Pria itu mengangguk kemudian duduk di sebelah Tanisha. "Iya, buat Tanisha yang paling cantik."

Tanisha terkekeh kecil di buatnya. "Makasih Alan."

Tampak pria itu mengangguk. Tanisha langsung menyeruput minuman yang di berikan pria itu, tiba tiba saja tenggorokan nya terasa gatal dan kerongkongan nya terasa sempit.

"Al ... I --- ini kac --- kacang?" Ujar Tanisha terbata bata sambil menggaruk tenggorokan nya yang terasa sangat gatal, dan nafasnya yang sesak.

"Tan? Lo kenapa? Lo alergi kacang?!" Ujar Alan panik saat melihat gadis itu yang berjongkok sambil terengah-engah karena merasa sesak.

Galaksi yang melihat itu langsung menghampiri gadis itu mengabaikan Livia yang heran melihat nya.

"Lo kasih dia minuman yang ada kacangnya?!" Ujar Galaksi sambil menatap Alan yang tampak panik.

"Yoghurt kacang," jawab Alan dengan nada panik hendak menyentuh lengan gadis itu sebelum di tepis oleh Galaksi.

"Tanisha alergi kacang!" Ujar Galaksi kepada pria itu.

Bruk!

Tanisha yang sudah tak tahan lagi langsung tak sadarkan diri, terlihat ruam merah di tenggorokan dan juga lengannya.

Galaksi teringat, dulu gadis itu pernah mengatakan bahwa dia tidak menyukai kacang, dan dia juga memiliki alergi terhadap kacang.

"Liv! Berhentiin taksi!" Perintah Galaksi kepada Livia yang hanya menatap bingung kearah mereka.

"I --- iya," ujar Livia. Gadis itu langsung menjulurkan tangannya kearah jalanan saat sebuah taksi melintas.

Taksi itu berhenti, dengan segera Galaksi mengangkat tubuh gadis itu masuk kedalam taksi. Livia juga ikut masuk begitu juga dengan Alan.

Mereka memberitahu kan tujuan mereka, dan dengan segera taksi itu melaju menuju tujuan yang dikatakan oleh mereka.

Dalam hati Galaksi, dia merasa khawatir dengan keadaan gadis itu. Dia sebenarnya masih bingung dengan perasaannya sekarang ini, terlebih ego nya yang selalu di turuti nya itu.

Galaksi menatap gadis itu. Wajahnya memerah, tangan nya di penuhi ruam merah, dan tenggorokan juga yang memerah.

Ia merasa prihatin dengan keadaan gadis itu, gadis yang bisa meluluhkan hatinya itu, yang menemani masa lalu nya walau hanya sebentar.

Gadis itu kini tengah merasa sakit, dia sangat tidak ingin melihat gadis itu merasa sakit, tetapi dia rasa dia juga salah kepada gadis itu.

Talaksi (END) (GHS GEN 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang