26. Dia di masa lalu

10 1 0
                                    

Sekarang mereka tengah berkumpul di satu ruangan, tampak Tanisha yang sudah sadar, dan Alan yang tampak terus meminta maaf kepada gadis itu.

"Alan, kamu gak tau apa-apa, jadi kamu gak usah minta maaf segitu nya," ujar Tanisha sambil tersenyum kecil.

"Iya, sekali lagi gw minta maaf, gw gatau kalo lo ada alergi kacang. Seharusnya lo bilang kalo lo ada alergi kacang. Gw jadi merasa bersalah sama lo," ujar Alan membuat Tanisha terkekeh kecil.

"It doesn't matter, kamu gak salah kok," jawab Tanisha sambil tersenyum manis.

Tak lama pintu ruangan Tanisha terbuka memperlihatkan Papa nya yang datang sambil membawa beberapa makanan untuk gadis itu.

"Astaga Tanisha, kenapa kamu sampe masuk rumah sakit, Papa khawatir!" Ujar Papa nya sambil memeluk erat tubuh gadis itu.

"Pah ... Tanisha gak apa apa kok, cuma alergi kacang nya kumat," jawab gadis itu sambil tersenyum manis.

"Kamu makan kacang?! Kenapa di makan?! Kan kamu tau kalo kamu alergi!" Ujar Papa nya yang merasa khawatir terhadap gadis itu.

"Om ... Maafin saya, saya gak tau kalo Tanisha punya alergi," ujar Alan membuka suara.

"Gak apa-apa Alan," ucap Tanisha lagi sambil tersenyum manis.

"Haduh, untung Tanisha nya maafin kamu. Yasudah, lain kali jangan ceroboh," ujar Papa Tanisha sambil menggelengkan kepalanya.

Papa Tanisha menoleh, melihat kearah sofa, terlihat dua orang pria dan wanita seumuran Tanisha tengah duduk disana. Dia mengernyitkan keningnya saat melihat pria itu.

"Galaksi?" Ujar Papa Tanisha saat melihat pria itu.

"Pah ... Anu ... " Omongan Tanisha terpotong oleh Papanya.

"Papa tau masalah itu. Tenang aja, Papa gak akan marah seperti Mama mu dulu," ujar Papa nya sambil tersenyum kecil. "Galaksi, bisa kita ngomong sebentar di luar?"

Galaksi yang merasa dirinya di panggil langsung menoleh, "bisa Om."

Dengan segera kedua pria itu keluar, Tanisha yang melihat itu heran sekaligus penasaran dengan apa yang ingin mereka bicarakan.

Sedangkan di luar ada Papa Tanisha dan juga Galaksi yang tengah berdiri berhadapan.

"Om mau ngomong apa?" Tanya Galaksi kepada Papa Tanisha.

"Saya tau masalah kamu dan mendiang Mama Tanisha dulu. Saya minta maaf sebesar-besarnya sama kamu, kamu sebenarnya gak ada sangkut pautnya dengan pembunuhan yang dilakukan Papa kamu, hanya saja Mama Tanisha lah yang sangat membenci hal itu," ujar Papa Tanisha sambil tersenyum kecil.

"Iya Om, saya juga udah lupain tentang itu," jawab Galaksi.

"Saya cuma mau bilang pesan terakhir Mama Tanisha, dia minta maaf sama kamu, dia sebenarnya juga tau kalo kamu gak ada sangkut pautnya, tapi karena rasa bencinya itu belum hilang, jadilah dia juga membenci mu, saya mohon maafkan perilaku istri saya yang dulu sama kamu," ujar Papa Tanisha sambil menghapus jejak air matanya.

"O --- om, saya udah maafin Mama Tanisha," ujar Galaksi yang terkejut kala melihat pria itu menangis.

"Tidak, saya menangis bukan karena itu. Saya hanya teringat akan istri saya ketika dia masih di rawat di rumah sakit sebelum kehilangan nyawa nya," ucap Papa Tanisha sambil tersenyum kecil.

"Ah ... Maaf om kalo saya ngingatin om tentang itu," ujar Galaksi yang nerasa tak enak.

"Tidak, tidak apa-apa. Ngomong ngomong, apa kamu tau alasan Tanisha akhir akhir ini terlihat murung, bahkan dia pernah menangis waktu malam," ujar Papa Tanisha kala mengingat saat dia melihat putrinya yang menangis di kamarnya waktu malam hari.

Galaksi mengernyitkan keningnya. dia menggelengkan kepalanya, "enggak, om."

Papa Tanisha hanya mengangguk paham, " yasudahlah, saya cuma mau mengatakan itu."

Setelah mengatakan itu kedua pria itu langsung masuk kembali kedalam ruangan dan melihat Tanisha yang tengah duduk di atas brankar sambil berbincang kecil dengan Alan.

Tanisha yang melihat kehadiran dua orang itu langsung menoleh dan tersenyum kecil. "Papa tadi ngapain?"

Papa Tanisha hanya menggelengkan kepalanya. "Cuma ngomong aja sebentar."

"Oh, kirain apa. Oh ya, yang Papa bawa itu apa?" Tanya Tanisha menunjuk kearah totebag yang berlogo layaknya makanan itu.

"Ah, itu blueberry cheesecake, sama beberapa minuman," jawab Papa nya kepada Tanisha.

Tanisha yang mendengar makanan kesukaannya itu langsung berbinar dan mengambil totebag itu.

"Makasih Papa," jawab Tanisha yang merasa senang.

Papa gadis itu hanya mengangguk kemudian mengelus puncuk kepala putri semata wayangnya itu. Ada perasaan senang saat melihat putrinya yang tersenyum lebar.

"Kalian mau?" Tawar Tanisha kepada mereka yang ada disana.

"Mau!" Jawab Livia dengan semangat kepada Tanisha.

Galaksi tampak mencubit pergelangan tangan gadis itu. "Yang sopan." Bisik nya.

"Gak apa-apa kok, sini ayo kita makan bareng," ujar Tanisha sambil tersenyum kearah mereka.

"Oh iya, ini ada beberapa minuman untuk kalian, pilih aja. Dan makasih udah bantuin anak saya," ujar Papa Tanisha kepada mereka.

"Gak apa-apa kok om, sebagai teman baru satu kampus itu adalah hal yang wajar," jawab Livia saat di beri sepotong cake oleh Tanisha.

Papa Tanisha terkekeh mendengar penuturan gadis itu. "Yasudah, makan yang sepuasnya."

Ting!

Terdengar suara notifikasi handphone seseorang. Tampak Galaksi yang langsung menyalakan handphone nya karena suara notifikasi itu berasal dari handphone nya.

+62 8512 0970 **** **

Lo masih ingat gak sama gw?
Mungkin gak ya, karena kita punya masa lalu yang gak mengenakkan.

Tapi gak mungkin lo gak ingat Genta.
Teman yang ngekhianatin lo sendiri. Sekarang teman busuk lo ini lagi butuh lo nih, kira kira lo mau bantu gak?

Send a photo

Galaksi yang membaca itu langsung mengernyitkan keningnya, setelah itu dia membuka foto yang dikirimkan oleh nomor tak di kenal itu.

Terlihat foto seorang pria yang tengah pingsan dengan keadaan yang sangat miris. Wajah penuh darah, dan tubuh yang di penuhi luka lebam.

"Genta ... " Gumam Galaksi kala menyadari bahwa orang yang di foto itu ialah temannya saat dia bersekolah di SMA lama nya dulu.

+62 8512 0970 **** **

Gimana?  Lo mau datang gak? Sekalian kita urusin urusan kita yang belum selesai dulu.

+62 8512 0970 **** ** share the location.

Dengan segera pria itu pergi dari sana meninggalkan mereka membuat semua orang yang ada disana menatap nya bingung, termasuk Tanisha.

Livia yang sedang meminum minuman nya pun ikut bingung saat melihat Galaksi yang pergi begitu. Dengan segera gadis itu berdiri hendak menyusul Galaksi.

"Gw pergi dulu ya. Makasih buat makanan nya, dan Tanisha ... persaingan kita belum selesai, tapi lo harus jaga kesehatan, kalo lo sakit, saingan gw ilang. Oke bay," ujar Livia sebelum akhirnya pergi meninggalkan mereka semua.

Talaksi (END) (GHS GEN 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang