Four | 16:10

18.3K 3K 245
                                    

Aneh, merupakan kata yang tepat untuk menggambarkan Jannah. Kakaknya yang beberapa menit lebih awal lahir ke dunia tapi seolah telah hidup puluhan tahun darinya itu tiba-tiba saja mengatakan bahwa Bara harus menemui Lavandel June hari ini mengingat penulis itu sedang memiliki waktu luang.

Jannah telah mengatakan pada Bara jika Lavandel June setuju, tapi karena ada beberapa perubahan, Jannah memutuskan untuk Bara berdiskusi ulang.

Alih-alih menyuruh sang penulis yang bersangkutan untuk datang ke gedung HS Entertainment, Jannah justru membuatkan janji dirinya dan Lavandel June bertemu di luar tanpa persetujuan Bara sama sekali! Apakah kakaknya tersebut tidak tahu kalau "menemui" penulis langsung dan membahas kerja sama bukanlah tugasnya?

Nasi sudah menjadi bubur. Bara yang tidak ingin dicap sebagai orang yang ingkar janji—sekalipun bukan dirinyalah yang merencanakan—pun tetap datang ke kafe yang "kata Jannah" merupakan lokasi terdekat dengan tempat tinggal Lavandel June.

Bara mendengus saat ide Jannah tersebut kembali terlintas dalam benak. Seistimewa apa seorang Lavandel June sampai Jannah ingin Bara memperlakukannya dengan cara "berbeda" dari biasanya?

Penulis yang sedang dibicarakan ini bahkan tidak diketahui banyak orang. Belum tentu juga karyanya yang Jannah bilang sangat "berkualitas" itu sesuai dengan selera Bara. Suka itu, kan, relatif.

Lelaki itu bersedekap seraya menggoyang-goyangkan sebelah kakinya. Sudah 10 menit berlalu dari jam yang ditentukan, tapi sosok yang ditunggu belum datang. Lalu Bara berdecak mengingat semalam Jannah mengatakan bahwa Lavandel June adalah sosok yang selalu on time. Omong kosong!

Apa Lavandel-Lavandel itu tidak tahu jika Bara adalah orang sibuk? Ke kantor saja—terlebih sejak pandemi—ia jarang. Hanya jika ada keperluan penting dan janji. Bagaimana bisa sekarang ia harus menunggu lama hanya untuk "menemui penulis kecil" sepertinya?

Drrt... drrrt...

Bara meraih ponsel pada saku jas yang dipadu dengan kaus turtleneck berwarna serupa sebagai dalamannya. Serba hitam. Mulai pakaian, celana, arloji, masker, hingga sepatunya. Ia memang sangat suka berpenampilan seperti ini di luar rumah. Layaknya Steve Jobs, Bara juga merupakan orang yang terlalu "malas" pusing dalam memadukan warna pakaian. Supaya praktis dan tidak repot memikirkan harus pakai warna apa hari ini atau besok juga lusa, walk in closet-nya didominasi sebanyak 96% oleh warna hitam.

Selain itu, warna hitam pada dirinya membuat Bara tampak lebih disegani. Ia mampu mengintimidasi siapa pun hanya dengan penampilannya. Ditambah postur tubuh yang sangat tinggi dan bahu lebarnya. Bara adalah definisi sesungguhnya dari "sosok yang diinginkan, tapi tidak sanggup digapai".

Jannah:

Dia udah sampai

Pakai baju blouse putih dan celana jeans. Ada?

Pesan Jannah membuat Bara sontak mengangkat kepalanya kembali. Sambil sibuk mencari dan menyisir pandangan di seluruh sudut kafe yang tidak terlalu besar, sepasang alisnya bertaut karena tidak menemukan seseorang yang sesuai dengan ciri-ciri Jannah.

Apakah dia tersasar? Pikir Bara, tidak masuk akal. Karena seperti yang Jannah katakan, kafe yang dikunjunginya kini begitu dekat dengan domisili Lavandel June sendiri. Sudah pasti sang penulis akrab dengan tempat ini.

Baru Bara akan membalas pesan Jannah, seorang perempuan dengan blouse putih dan celana jeans putih datang menghampirinya. Melihat penampilan keduanya yang berbanding terbalik, orang-orang mungkin akan berpikir ini bukanlah meeting biasa. Melainkan pertemuan antara malaikat penjaga pintu neraka dan pintu surga.

00:00 (a New Beginning) #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang