"Mama?" Azka menelengkan kepala, bingung. Bunda, om, dan auntynya memanggil gema dengan sebutan 'mama' juga. Azka pun jadi berpikir jika Laras adalah nenek keduanya. "Nte Yayas—"
"Ya ampun, Azka. Gema cariin ke mana-mana lho!" potong Ermina yang tiba-tiba muncul dan langsung menggendong Azka. "Ayuk main lagi. Jangan ganggu Bunda sama Tante Laras."
Azka yang polos pun hanya manggut-manggut mengikuti kemauan neneknya. Begitu mereka berlalu, Laras langsung menyenggol lengan Jannah.
"Kenapa lo bilang gitu ke Azka? Dia masih kecil. Nggak akan paham apa yang terjadi."
"Dia berhak tahu," tegas Jannah, memandang nanar pintu kamarnya di mana sosok mungil Azka menghilang. Ia akan kembali dihadapi kehilangan bila segalanya gagal. Bila semuanya tidak dapat diperbaiki. "Ada yang bakal pergi lagi dari gue nanti. Bukan begitu, Ras?"
"Maksudnya?"
Jannah memejamkan mata sejenak seraya menghirup udara seolah oksigen di bumi akan habis. "Mungkin harusnya lo emang tahu."
"Tahu apa?" Laras mengerutkan kening. "Apa yang lo sembunyiin dari gue, Jan?"
"Hubungan gue dan Hamish." Jannah memberanikan diri menatap lurus Laras yang tengah menunggu penjelasannya. "Kita pisah karena dia nggak mau ngerawat anak yang bukan darah dagingnya."
Laras sontak berdiri. Tercengang menatap Jannah yang masih terduduk di tempat. "K-kenapa lo baru bilang—"
"Apa dengan bilang dari dulu bakal ngebuat Hamish kembali sama gue?"
"Seenggaknya gue nggak ngebuat keputusan yang bikin lo menderita!" Laras memekik tertahankan. Kecewa, terlebih pada dirinya sendiri.
Jannah menggeleng. "Keputusan itu nggak sepenuhnya buruk. Gue jadi tahu apa isi hati Hamish. Kalau emang dia benar-benar cinta sama gue, dia nggak akan pergi gitu aja."
"Tetap aja, Jannah. Kalau seandainya lo bilang Hamish nggak mau, gue akan tarik ucapan gue." Kedua mata Laras berkaca. Mendadak ia ingat ucapan Ares tiga tahun lalu, di mana lelaki itu mempertanyakan jika semua ini "adil" bagi Jannah.
"Nggak ada yang perlu disesalin, Laras. Gue justru bersyukur, gue diperlihatkan semua itu sama Tuhan sebelum kami terikat pernikahan," jelas Jannah, bersungguh-sungguh.
"Aku bakal tetap merawatnya, meski tanpa persetujuan kamu!"
"Oke. Aku akan batalin pertunangan kita."
Ucapan Hamish yang terasa begitu enteng diutarakan, membuat Jannah seolah tersambar petir. "K-kamu—"
"Kamu yang milih anak itu, Jannah. What do you expect from me?"
Air mata mulai menetes, berlinang di pipi mulusnya. "Aku nggak pernah buat kamu jadi pilihan, Hamish! Aku cuma mau ngebantu ADIK aku sendiri."
"Dengan menyulitkan diri sendiri? Menyulitkan aku nantinya? Menyulitkan anak itu saat dia besar nanti?" Hamish menggeleng. "You're insane, Jannah."
Seperti tertampar oleh tangan tak kasat mata, Jannah menyentuh dadanya yang tiba-tiba terasa sesak. "Aku cuma mau menebus rasa bersalah aku sama Laras. Kamu masih nggak ngerti itu, Hamish?"
Hamish mengibaskan tangan acuh tak acuh dan mulai berbalik badan. Namun, Jannah mencegahnya. Tidak peduli akan pandangan pengunjung lain. Tidak peduli jika akhir dari makan malam romantis keduanya berujung menyedihkan.
"Hamish, if you really love me—"
"I do, Jannah. Tapi nggak untuk anak itu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
00:00 (a New Beginning) #1
Romance(Cerita ini akan kembali GRATIS pada 24 Juni 2024) Laras, seorang penulis underrated, menerima tawaran kerja sama dengan rumah produksi ternama demi menuntaskan balas dendamnya kepada pemilik HS Entertainment, Bara. **** Pandemi covid-19 membuat Ba...