Twenty Seven | 12:52

9.3K 2K 228
                                    

Bara memperkenalkan Laras pada semua kru dan pemain, satu per satu, sampai berhenti pada sosok yang menjadi tujuan keduanya ke tempat ini.

"Ar, kenalin ini Laras. Laras, ini Ares yang meranin Bima."

Ares mengulurkan tangannya pada Laras saat sepupunya membuka pembicaraan. "Halo, Laras. Saya Ares."

"Laras." Perempuan itu menjabat tangan Ares dengan sopan.

Ares tersenyum. Suara lembut Laras berhasil membuat benaknya bernostalgia selama beberapa detik. Ya, sampai dehaman Bara yang cukup keras menyentaknya dari lamunan. Sadar bahwa mereka masih bersalaman, Ares pun segera menarik tangannya. "Ah, sorry. Saya baru kali ini soalnya ketemu penulis secantik kamu."

Laras hanya tertawa kikuk meresponsnya.

Sadar bahwa perempuannya tidak nyaman, Bara pun berniat memperingati Ares. Namun, baru dirinya akan bersuara, ponselnya berdering dan membuatnya harus pamit sebentar untuk mengangkat panggilan di luar. Menjauhi dari kerumunan.

Meninggalkan Laras bersama Ares. Berdua. Berhubung kru dan pemain lainnya tengah sibuk dengan urusan masing-masing karena sedang beristirahat.

"Kamu berhasil, Ras." Ares tersenyum miring. "He's head over heels for you."

Benar, pujian Ares barusan pada Laras hanyalah pancingan untuk mengetahui reaksi Bara. Dan benar saja, sepupunya tersebut tampak gerah saat Ares tidak lepas memandangi Laras. Apa Bara buta? Laras bahkan tengah memakai masker yang artinya Ares tidak bisa melihat wajah Laras sepenuhnya.

Kebisuan Laras lantas membuat Ares lagi-lagi mengamati perempuan itu dan mau tidak mau kembali melempar pujian. Kali ini bukan karena Bara. Terlebih, karena Laras sendiri.

"You doing great, Laras."

"Thank you."

"You are very wel—"

"Bukan buat pujian kamu barusan. Ini beneran terima kasih."

Ares terkekeh. "Emangnya ada terima kasih pura-pura?" guraunya, berusaha mencairkan suasana yang terlalu kaku di antara mereka. Meski begitu, ia memahami apa yang Laras maksud. "I told you, you can go through all this."

"Nggak tanpa kamu dan yang lainnya." Laras menatap Ares penuh arti. "Sekali lagi makasih."

"Don't mention it." Ares membalas apa adanya. "Anyways, apa aku beneran mirip Bima dalam bayangan kamu kayak yang Bara bilang?"

"Not even close."

"Ouch!" Ares menyentuh dadanya, berpura-pura sakit hati. "Tapi nggak apa-apa, aku tetap akan buktiin ke kamu kalau Promise You bakalan sukses karena Ares Pramudya," ucapnya dengan dagu terangkat.

Laras hanya tertawa kecil menanggapinya.

"Aku serius, Ras." Tidak ada lagi raut jenaka di wajah tampannya. Ares tidak main-main. "Promise You bakal sukses. Aku akan buat nama kamu semakin dikenal karena series ini. Kamu akan selalu dipermudah setelah ini."

Di luar, Bara mengatupkan rahangnya saat informasi akan keberadaan Hamish akhirnya ia dapatkan. Setelah sekian lama. Bajingan itu ternyata tidak mudah ditemukan dengan mengandalkan kemampuan sendiri. Alhasil, Bara pun sampai melibatkan sekertarisnya untuk turut andil mengurusi kehidupan "pribadi" satu ini.

"Pak Bara bisa bertemu lusa. Kebetulan beliau ada meeting di restoran Italia dekat HS."

"HS?" Dahi Bara berkerut mendengarnya. Jadi, selama ini Hamish masih berkeliaran di sekitarnya? Make sense. Pantas saja jika Jannah kerap khawatir dan cemas berlebih ketika Azka diajak Bara keluar tanpa kehadiran perempuan itu. Dan selama ini juga, bajingan itu ternyata "memanfaatkan" kesempatan dengan mengancam Jannah karena keadaan Bara yang lupa akan segalanya. "Are you sure? Nggak salah orang, kan?"

00:00 (a New Beginning) #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang