~Happy Reading~
Kakinya mengendap-endap. Tangannya meraih kenop dan pintu terbuka secara perlahan. Netranya mendapati dua orang saling mendengkur dalam keadaan kamar temaram.
Menemukan saklar lampu di samping pintu, sayangnya tinggi badannya tak semampai. Tak habis akal, berlari kecil menuju juntaian tirai panjang. Menarik tirai menjauh dari kaca sliding door yang menghalangi masuknya mentari pagi.
Dua orang yang mendengkur itu masih belum bangun juga. Naik ke atas ranjang untuk memberikan lompatan dan berseru. "MOMMY! DADDY! AYO BANGUN, SUDAH PAGI!"
Mentari pun kalah dengan lompatan brutal yang disebabkannya. Aksinya berhenti di kala salah satu dari mereka mengubah posisi baringnya menjadi duduk bersila.
"Daddy, ayo bangun!" Tangan mungilnya memaksa membangkitkan tubuh besar sang Kepala Keluarga.
"Ini adalah hari pertama Junghwan sekolah." Bocah itu masih berdiri menatap kedua orang tuanya yang masih melamun mengumpulkan nyawa.
Junkyu menoleh ke arah jam weker digital di nakas. Masih pukul lima pagi dan Junghwan sudah siap ke sekolah yang sejatinya akan dimulai pada pukul setengah delapan pagi.
Junkyu mengusap matanya dan terkekeh geli melihat putranya yang memakai seragam dengan acak-acakan. Ia tak marah, malah bangga putranya dapat memakai pakaiannya sendiri.
Memperbaiki kancing yang masih salah masuk lubang. "Memasang kancing mulai dari...."
"Atas." Jawaban benarnya mendapatkan usapan lembut di kepalanya. Junghwan mengangkat sebuah dasi yang belum terpasang. "Mom, bagaimana cara memakainya?"
Haruto, si Kepala Keluarga itu menguap lebar. "Junghwan, ini masih pagi." Keluh Haruto sebelum kembali membanting tubuh ke ranjang.
Junghwan melompat turun seusai dasinya terpasang rapi. "Ayo antarkan Junghwan ke sekolah!"
"Itu masih lama, Sayang." Balas Haruto penuh parau.
•
•
•Junghwan tetap dalam pengawasannya, walau dia juga sibuk di dapur untuk menyiapkan bekal putranya. Keadaan yang semula tenang, dihancurkan oleh serangan peluk dan cium dari suaminya secara mendadak.
Junkyu meletakkan pisau butter guna menjauhkan kepala Haruto yang berusaha terbenam dalam ceruk lehernya.
"Lepas, nanti Junghwan lihat!"
Iris tajamnya melirik ke arah Junghwan yang terkikik karena kartun di televisi. "Jika sudah dihadapkan dengan kartunnya, dia akan melupakan segalanya."
Junkyu menyikut perut samping dan
menginjak jari kaki pria di belakangnya itu. "Masih banyak yang harus kulakukan, Haruto."Pelukan itu terpaksa longgar. "Haruskah aku bolos kerja untuk cuddling seharian denganmu?"
"Tidak. Aku sibuk di Senin ini." Balasnya sambil menata isi kotak bekal dengan roti mentega beserta berbagai hiasan menggemaskan yang terbuat dari buah. "Junghwan, bekalmu sudah siap!"
Junghwan berlari kecil menghampiri pantry. "Sudah bisa berangkat sekarang?"
Pertanyaannya tak mendapat jawaban yang diharap. Pipinya malah mendapat cubitan kecil dan mengerikannya...,
"Tidak sabar sekali~" ...mendengar suara rendah yang diimut-imutkan. "Pamit dengan Mommy. Kita berangkat."
Pekikan senangnya hampir memecah sepasang gendang telinga milik orang tuanya. "Mommy~ Junghwanie berangkat, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil {HaruKyu}✓
Fantasy[END] Seharusnya dia mati di tangannya, bukan malah diajak berumah tangga. *** Dari masa depan ke masa lalu. Demi dendamnya, Haruto rela pergi dari neraka. Mencari Junkyu hingga ke ujung bumi, ia tak keberatan asal Junkyu kehilangan jiwanya. Di ma...