~Happy Reading~
"Siapa pria telanjang di ruanganmu? Junghwan menceritakannya padaku."
Cairan kopi gagal meluncur ke kerongkongan dan kembali naik ke mulut, sehingga Haruto tersedak.
"A-APA?! ODGJ ITU?!"
Tidak menyesuaikan tempat dengan kemampuan suaranya, maka balasannya menjadi pusat perhatian seisi cafe.
Junkyu menundukkan kepalanya, sangat malu. "Aku tidak mengenalnya, sungguh." Bergumam kecil sebelum mengangkat kepalanya. "Memangnya seorang ODGJ bisa masuk ke ruangan mu?"
"Sudah aku ceritakan belum, ya?" Haruto memutar kepalanya ke samping kanan atas dan melipat tangannya di depan dada. "Kurasa sudah kuceritakan padamu. Tentang orang gila yang mondar-mandir di depan kantor."
Kenyataannya Haruto tidak pernah menceritakannya, karena memang belum terjadi. Akting berhasil menarik istrinya untuk mengingat.
Sekali Iblis Pembohong tetaplah pembohong.
"Kau belum pernah menceritakannya padaku." Junkyu menggeleng ragu. "Atau aku saja yang lupa."
"Tidak apa. Biar aku ceritakan lagi." Haruto berdeham. Memilah kata secara cepat. "Dia memang selalu mondar-mandir dalam keadaan telanjang di pelataran gedung. Itu terjadi sekitar, eung, lima atau enam bulan yang lalu."
Junkyu mengangguk kecil, mulai paham. "Teruskan."
"Selama ini baik-baik saja karena penjaga yang aku rekrut tidak lalai. Namun, kata Junghwan pria telanjang? Baru-baru ini? Di ruangan ku?" Haruto mengusap ujung dagunya dan berpura-pura memakai otaknya untuk berpikir. "Kira-kira sejak kapan dia masuk?"
Junkyu memajukan tubuhnya. Terpancing sudah. "Ya. Dia tidak mungkin masuk saat pagi. Apakah malam atau dini hari?"
"Bisa jadi. Kemungkinan juga penjaga pos mengantuk dan akhirnya lalai. Mereka juga manusia."
Junkyu menjentikkan jarinya. "Nanti kau cek kamera pengawas. Kau akan tahu lewat sana."
Haruto ingin menepuk bangga kepada dirinya sendiri. Aktingnya sangat natural dan ia pandai menggiring opini Junkyu supaya sesuai dengan apa yang diharapkan. Haruto patut mendapat penghargaan sebagai Aktor Terbaik di tahun ini.
"Akhirnya aku menang!"
"Baiklah. Sentil dahi ku sekarang."
"Jangan mengadu pada ibumu."
"Ibuku sudah meninggal dunia, sialan!"
Pukul sembilan, seharusnya sekumpulan anak SMA itu berada di sekolah, bukan di tempat seperti ini. Keramaian mereka menarik perhatian beberapa pengunjung cafe, termasuk Junkyu. Ulas senyum tipis tercetak, merindukan masa SMA-nya.
Haruto melirik mengikuti arah pandangan Junkyu. Dia mengerti bahwa Junkyu menginginkannya. "Ayo kita main Batu Gunting Kertas."
Junkyu menatap Haruto kaget, lalu menggeleng kecil. "Malu dengan umur. Kita bukan anak kecil lagi."
"Ayolah." Haruto siap menyodorkan kepalan tangan kanan. "Aku juga rindu masa muda ku."
Junkyu terkekeh dan melakukan hal yang sama seperti Haruto. "Kau siap? Batu, gunting, kertas!"
Membuka kepalan tangan secara bersamaan. Hasilnya berbeda, Haruto mengeluarkan gunting dan Junkyu mengeluarkan kertas.
Pria berhidung bak perosotan itu tertawa puas mendengar keluhan Junkyu akibat kalah. "Aku akan sentil keningmu, Sayang. Bersiaplah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil {HaruKyu}✓
Fantasi[END] Seharusnya dia mati di tangannya, bukan malah diajak berumah tangga. *** Dari masa depan ke masa lalu. Demi dendamnya, Haruto rela pergi dari neraka. Mencari Junkyu hingga ke ujung bumi, ia tak keberatan asal Junkyu kehilangan jiwanya. Di ma...