Chapter 4-Art From Beloved Hands

1K 135 7
                                    

~Happy Reading~

Walau posisinya sudah siap pergi bekerja, tapi ia masih sempat meluangkan waktu untuk memotongi buah demi keluarga kecilnya. Hasil potongan dadunya, dimasukkan ke dalam kotak makanan yang berbeda di setiap jenis buahnya. Junkyu menumpuk tiga kotak itu, membawanya menuju kulkas.

Perasaannya berbisik jika ada sesuatu yang janggal dengan kulkas itu. Sedikit miring menurutnya. Awalnya Junkyu tidak mempedulikannya dan memasukkan semua kotak ke dalam kulkas.

Mendorong kulkas besar itu agar terlihat lurus seperti semula. Benda besar itu bergeser, tapi saat ingin menggesernya lebih panjang lagi, benda itu tak mau lagi bergerak.

Junkyu berhenti. Sekuat apapun dia mendorongnya, itu takkan bergerak. Berjongkok dibantu oleh senter dari ponselnya. Rupanya kaki kulkas tersangkut pada ubin yang terangkat yang menyebabkan kulkas tak mau dibenahi di tempat semula.

"Kenapa bisa lepas?" Ditarik kulkas itu menjauh, agar ia lebih mudah membenahi satu ubin granit itu.

Ketika membenahi, Junkyu tentu mengangkatnya. Ia baru menyadari jika ubin ini memang dipakai penutup barang berharga. Cekung di dalamnya, terlihat sangat sengaja tidak disemen. Benaknya berpikir. Peristiwa di depannya pasti ulah dari pemilik rumah ini yang lebih awal.

Netra karamelnya membulat. Cahaya lampu menyinari satu benda silver. Itu kalung. Junkyu berdecak kagum seperti bertemu dengan harta karun.

"Keren sekali." Liontin tabung kaca itu menyimpan cairan merah pekat. "Ini darah asli?" Mengocok-ngocok untuk melihat betapa kentalnya cairan tersebut.



Sketsanya dibiarkan begitu saja tanpa tersentuh sepucuk pensil pun. Junkyu melamun menatap dinding. Kepalanya dipenuhi dengan Junghwan yang akhir-akhir ini bersikap aneh di rumah.

Lamunannya dibuyarkan oleh notifikasi pesan pada grup obrolan. Wali kelas membagikan hasil dari kelas seni hari ini. Junkyu tidak sabar mencari nama Junghwan untuk melihat betapa lucunya gambarnya nanti.

Deg!

Kertas gambar Junghwan dipenuhi warna merah. Sebenarnya tak ada masalah dengan warna dasar itu, tapi hubungan tiap garis dari warna hitam membentuk simbol yang sama seperti buku rekan bisnis suaminya.

Di saat-saat sebelumnya, Junghwan sangat menyukai warna-warna ceria saat menggambar. Bukan warna gelap dan kelam.

Kontak Asahi tertera jelas di layar ponselnya dan Junkyu masih mengumpulkan keberanian untuk meneleponnya. Dia tak terlalu akrab, hanya sekedar mengenal sebagai tetangga.

"Aku membutuhkanmu, Asahi!" Demi sang Buah Hati, hanya Asahi satu-satunya teman(?) yang bisa ia tanyai masalah ini.

Jika bertanya pada Mashiho, kawan dekatnya itu belum menikah, bahkan tidak pernah memiliki kekasih.

"Halo?"

"H-hai, Asahi." Junkyu tertawa canggung di akhir. "Bolehkah aku bertanya?"

"Hm ..., baiklah."

"Dan, aku ingin pendapatmu." Junkyu mengambil napas sejenak. "Belakangan ini, ada beberapa hal yang aneh pada Junghwan. Kebiasaannya, apa yang dia suka. Tiba-tiba menghilang."

"Ketika Haruto memarahinya, dia selalu takut dan sering kali menangis. Tapi kali ini, dia lebih berani."

Asahi terdiam di sana, tak ada balasan sama sekali, tapi mereka masih tersambung.

"Kasus yang sama pada Jeongwoo."

"Menurutku, setiap anak pasti berubah seiring waktu. Jeongwoo ..., lebih nakal dari sebelumnya. Kurasa itu masanya."

Devil {HaruKyu}✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang