Chapter 7-The Only Choice

852 128 10
                                    

~Happy Reading~

Haruto mencengkeram rahang Hyunsuk dan satu erangan keluar. "Dasar masokis."

Mata Hyunsuk terpejam saat Haruto mendekatkan wajahnya. Haruto mendecih, padahal dia hanya berniat berbisik, tidak sudi menciumnya. "Aku tak mau berbasa-basi lagi."

Haruto menunjukkan gambar abstrak Junghwan pada Hyunsuk. "Selain ini, anakku bertingkah laku aneh. Membunuh kelinci dan mengaku jika itu bukan perbuatannya."

Haruto mengembuskan napas beratnya. "Anakku mengaku, bila dia tidak sadar melakukan itu, seperti sesuatu telah merenggut kesadarannya."

Si manis tersenyum miring. "Saya bisa menjelaskan maksudnya. Namun, apa yang nanti saya dapatkan?"

Sudah Haruto tebak sejak awal. Jika menemuinya, dia pasti meminta imbalan. Hyunsuk tidak pernah berubah.

"Menyentuhku." Balasan singkat Haruto mampu mengembangkan senyuman lebar.

Hyunsuk melompat kecil. "Saya rindu menyentuh permukaan kulit Anda!" Selepasnya, ia meringis karena Haruto mencekik lehernya.

"Dengan syarat, kau tak boleh berlebihan."

Hyunsuk mengangguk ribut. Begitu cekikan terlepas, napas diraup rakus.
"Saya terima syarat Anda dengan senang hati."

Dengan nakalnya tangan kecil Hyunsuk ke dalam saku celana Haruto yang menggembung. Bukan apa-apa, dia hanya ingin mengeluarkan benda pipih dari sana. Hyunsuk dibebaskan mengetikkan nomornya di dalam buku kontak Haruto.

"Saya akan menghubungi Anda nanti." Hyunsuk melemparkan tatapan nakal sebelum pergi menyisakan Haruto seorang diri.

Haruto menyandarkan tubuhnya ke dinding. Ia terpaksa menemui sang Pemuas setelah sekian lama. Dulu, Hyunsuk adalah jalangnya di neraka, seseorang yang memuaskan nafsunya saat Dobby lama tak bangun.

Hanya Hyunsuk yang dapat memecahkan semua masalah yang menimpa Junghwan. Hyunsuk merupakan pilihan satu-satunya sebelum 'Dia' memunculkan wujud dan mengacak-acak segala kebahagian yang susah payah Haruto susun.



Hyunsuk menyambut hangat akan datangnya Haruto dengan membawa aura dingin. Haruto menarik lengannya di saat Hyunsuk hendak merangkulnya layaknya pasangan.

"Yang Mulia, sesuai pernjanjian, kan? Saya boleh menyentuh Anda asal tidak berlebihan."

Haruto mendengkus seraya membantingkan tubuhnya ke sofa panjang. Bagai perangko, Hyunsuk langsung menempel padanya. Tiga hasil gambar Junghwan diletakkan sedikit kasar pada meja. "Jelaskan, sekarang." Berucap datar.

"Apakah ini pertama kalinya bocah itu menggambar seper-"

"Anakku punya nama, asal kau tahu." Haruto menyela.

Hyunsuk mendengkus malas mendengar pembelaan Haruto terhadap Junghwan. "Saya sangat kesal karena dia adalah anak dari musuh Anda sendiri! Kenapa saya tidak mengandung bayi dari benih Anda?"

"Lebih baik benihku tertanam pada Junkyu daripada kau...," Haruto menelisik wajah kecil yang sering mendapat perlakuan kasar darinya. "...bahkan Dobby sekalipun."

Hyunsuk meneguk ludahnya susah payah. Entah mengapa ia mendadak takut mendengar suara yang meredam amarah itu. Hyunsuk berdeham.

"Ini pertama kalinya? Menggambar seperti ini?" Mengulangi kalimatnya.

"Jika ini bukan pertama kalinya, aku takkan memanggilmu." Lidah licin Haruto nampaknya sudah ditarik paksa apabila Hyunsuk tidak sadar kedudukan.

Hyunsuk memutar jarinya acak pada satu kancing kemeja Haruto yang terletak di tengah dada bidang tersebut. "Berarti, anak Anda hanya dipakai sebagai perantaranya."

Devil {HaruKyu}✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang