~Happy Reading~
Asahi bergulung ke sana ke mari di atas ranjang. Sudah pukul dua belas malam, tapi ia tidak dapat tidur meski matanya cukup berat dibuka. Sudah beberapa kali mencoba tidur, tapi tak berhasil.
Asahi tidak betah lagi di dalam kamar. Mengeratkan piyama satinnya, malam ini sangat dingin, salju belum juga turun. Dia berpindah tempat dari kamar ke ruang kerja suaminya.
Pintu dibuka sedikit dan Asahi menyembulkan kepalanya. Pria beranak satu itu belum juga tidur karena pekerjaannya. "Jae." Panggil Asahi secara parau.
"Ya?" Perhatian Jaehyuk sangat terpaku di layar laptop, hingga Asahi mengagetkannya dengan duduk di atas pangkuannya. Asahi melingkarkan kedua tangannya di leher Jaehyuk, lalu menyandarkan kepala pada dada bidang tersebut.
"Jae, aku tidak bisa tidur tanpa guling." Begitu menghirup aroma tubuh Jaehyuk, kantuknya kian berat. Tidak bohong.
Jaehyuk mendesah pelan sembari mengaktifkan mode sleep untuk laptopnya. "Di kamar ada dua guling."
Asahi menggeleng lemah. "Kau adalah gulingku. Ayo tidur, Jae." Rengeknya.
"Tidak sekarang. Maafkan aku, Asa." Jaehyuk menarik laci meja kerjanya, mengeluarkan kunci mobil. "Aku meninggalkan file penting di kantor."
Jaehyuk menggendong bayi besarnya menuju kamar. Asahi terus mendusal di tengah dada bidangnya, membuatnya sedikit geli juga gemas.
"Besok saja. Apakah tidak bisa?" Asahi terus merengek, tapi dihentikan oleh ciuman.
Tubuh kecil itu diturunkan secara perlahan. "Tenggatnya besok pagi dan aku sangat membutuhkan file itu sekarang." Membungkus Asahi dengan selimut. Jaehyuk mengulum senyum, bagaimana kepala kecil itu menyembul dari balik selimut tebal
.... Astaga, sangat menggemaskan."Setelah menyelesaikan pekerjaanmu, langsung tidur. Mengerti?" Asahi berucap dengan mata tertutup. Sungguh, kali ini matanya tidak bisa dibuka lagi.
"Ya. Aku janji takkan lama." Jaehyuk membuka lemari dan mengeluarkan jaket tebal. "Tidurlah lebih dulu. Selamat malam."
Memakan waktu hingga dua puluh menit dan sudah termasuk berdiri di depan meja yang selalu ia pakai saat bekerja.
Memegang janjinya pada Asahi, bahwasanya ia tidak berlama-lama di sini. Niatnya hanya membawa flashdisk yang di sana menyimpan file yang ia perlukan, lalu pulang. Namun, irisnya terlalu jeli menemukan kunci yang menancap pada pintu ruangan Haruto.
Seingatnya, dirinya merupakan orang terakhir yang mengunci pintu itu dan yakin jika kuncinya sudah tercabut. Jaehyuk masuk ke dalam untuk mengecek siapa yang datang selarut ini. Terlebih lagi kunci ruangan ini hanyalah dua, hanya dirinya dan Haruto saja yang punya.
Jaehyuk tak menemukan siapapun mulanya. Sampai kakinya melangkah ke perpustakaan pribadi itu, nampak tubuh bagian belakang yang cukup Jaehyuk kenal.
Dia harus pergi dari sini dan berpura-pura seakan tak melihat hal ini terjadi.
"Junkyu, itu kau?" Ingat, Jaehyuk adalah iblis pembawa masalah. Sifat alamiahnya tidak bisa dihilangkan, tapi bisa dikendalikan. Namun mengapa kali ini mulutnya bergerak secara otomatis? Padahal niatnya adalah pergi diam-diam.
Junkyu berbalik. Wajah itu sangat syok. Jika sudah begini, Jaehyuk harus siap dibombardir dengan segala pertanyaan.
"Siapa Haruto sebenarnya?" Setidaknya Junkyu memberikan pertanyaan pemanasan terlebih dahulu, jangan langsung pertanyaan yang sulit dijawab.
'Jaehyuk sialan, dasar pengacau!' mengutuk kebodohannya sendiri. Terpaksa membuang wajahnya, kakinya sudah di langkahkan keluar. "Urusanku sudah selesai. Aku harus pulang, Asahi menunggu di rumah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil {HaruKyu}✓
Fantasi[END] Seharusnya dia mati di tangannya, bukan malah diajak berumah tangga. *** Dari masa depan ke masa lalu. Demi dendamnya, Haruto rela pergi dari neraka. Mencari Junkyu hingga ke ujung bumi, ia tak keberatan asal Junkyu kehilangan jiwanya. Di ma...