Prolog

3K 191 21
                                    

~Happy Reading~

Tak mempedulikan berapa lama dia mengumpulkan barang-barang langka yang menjadi pajangan di ruangannya. Kini mereka berserakan tanpa ada harga dirinya lagi. Asistennya tak dapat berbuat banyak selain berdiri tegap menunggu amarah atasannya reda.

Raut datar ditunjukkan seolah telah terbiasa dengan ini. "Sudah?" Menanyainya ketika Raja dari Segala Iblis itu membanting diri ke kursi dengan sandaran tinggi.

"Kevin." Napasnya memburu menatap asistennya. "Tanyakan pada tabib terkait perkembangan kondisi Dobby."

"Baik." Dia keluar dari ruangan ini untuk menjalankan perintah sang Raja.

Pria ini masih tetap pada posisinya. Tangannya meraih belati, membuat mata pisau bertumpu pada meja kayunya. Corak aksara terbentuk, semakin lama mereka saling berkaitan hingga membentuk suatu nama yang masuk ke dalam daftar hitamnya.

"Jangan harap esok hari kau masih bisa bernapas."



Lahar panas terjun bagaikan air dan tenangnya lahar yang mengalir bagai sungai, dua hal ini biasanya membawa ketenangan untuknya. Namun, untuk hari ini tidak ia dapatkan selama satu kuman itu ikut berdiri di tempat favoritnya.

"Trav?"

Memutar bola matanya jengah. Suara di belakangnya memang terdengar lembut, tapi memuakkan. Mendecih, tanpa berbalik badan. "Hanya Dobby yang boleh memanggilku seperti itu."

"Maafkan aku. Kupikir kita teman dekat, maka ..., aku bisa memanggil mu seperti itu."

"Jangan bodoh, David." Akhirnya ia berbalik, langkah tegasnya menghampiri David. Tak segan saat memberikan cekikan. "Puas kau melihatnya berbaring tanpa jiwa?!"

David kesulitan mengambil napas. Cekikannya semakin lama semakin kuat. Ujung kakinya menyeret, berputar tempat dengan penguasa dasar neraka ini.

"M-maaf ..., kan, a-akh!" David meronta ketika belati bersinar menyapanya.

"Aku sangat membencimu." Ujung belati telah tertancap di bagian perut tengah David. Ingat, di bawah mereka adalah lahar panas yang berenang begitu tenang. Travis menjatuhkan David ke lahar. Matanya menusuk tajam pada netra karamel David.

Walau iblis tercipta dari api, tidak semua iblis menyukai api. David contohnya.



Para penjaga yang berdiri di sayap kanan dan kiri pintu, tunduk sebagai rasa hormat sebelum dua daun pintu dibuka.

Suara dari sepatu pantofel-nya sudah menjadi bahasa isyarat tersendiri. Tiga tabib dalam ruangan ini melangkah mundur menuju pintu keluar. Menyisakan dirinya, Kevin dan sosok yang enggan membuka mata.

"Sudah ada perkembangan?" Travis bertanya kepada Kevin alih-alih pada tabib.

Kevin menggeleng. "Tidak ada perkembangan."

Tak ada jawaban lagi. Travis menghampiri ranjang yang di mana tempat Dobby berbaring tak berdaya. Melepas sarung tangan, ia ingin merasakan hangatnya pipi tirus itu kala disentuh.

"Sudah hari ke berapa ini?" Pandangannya penuh sayu menatap wajah damai tersebut.

"Hari ini adalah hari ke-735 semenjak dia tak sadarkan diri."

"Tinggalkan aku sendiri di sini."

Kevin mengangguk. Suara derit pintu yang tertutup, menandakan bahwa Travis benar-benar sendiri di dalam kamar senyap ini.

Travis duduk di kursi samping ranjang. Kursi yang selalu ia tempati ketika berbincang dengannya yang tak sadar.

"Apa kau tak lelah berbaring selama 735 hari di sini? Kau tak merindukanku?" Travis mengecup punggung tangan sebelah kanan Dobby.

"Apa lagi yang harus kulakukan agar kau terbangun?" Sangat langka, sang Penguasa Neraka sedang putus asa.

Momen hari dihancurkan oleh ketukan pintu yang bertubi beserta suara Kevin. Travis malas membuang energinya untuk berteriak, sehingga menghampiri pintu, membukanya. Dipertemukan langsung oleh raut khawatir dari asistennya.

"Hari itu, kau menusuk David di bagian mana?"

"Perut tengah."

"Bodoh." Kevin memberikan dorongan kepada dada Travis agar keduanya masuk ke dalam kamar Dobby. Kevin tak mau para penjaga mendengar pembahasan ini, sehingga ia mengusir mereka untuk sementara waktu.

"Seharusnya kau tusuk jantungnya! Dia bukan sembarang makhluk."

Travis menaikkan satu alisnya. "Jiwa exquisite?"

"Tepat! Dan kau terlambat mengetahuinya, Travis."

"Lalu, apa menariknya?" Travis hendak pergi, tapi Kevin lebih cekatan menahannya.

"Di masa lalu, David adalah seorang manusia. Kemudian dia bereinkarnasi menjadi iblis karena jiwa exquisite-nya." Mulutnya akan melanjutkan penjelasan. Namun, jari telunjuk Travis telah mengacung di depan bibirnya.

"Siapkan portal menuju bumi. Kita pergi sekarang."

-Devil-

Devil {HaruKyu}✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang